2 - A Deal

126 21 23
                                    

Boleh marah??

Oh Sehun memperhatikan punggung Xi Luhan di deretan depan tempat duduk kelas siang ini. Rasa malu yang meningkat membuat cowok itu makin merasa kesal.

Tapi, apa alasannya??

Telunjuk Sehun makin cepat mengetuk-ngetuk di atas pahanya, sambil dia menimbang-nimbang bagaimana akan bicara dengan Xi Luhan.

Kau menipuku! atau Kau sengaja menulis surat untuk mengerjaiku, kan?? atau kenapa kau menulis surat seolah-olah itu adalah surat cinta??

Astaga, nggak bisa! Mengatakan kalimat yang terakhir itu akan lebih memalukan lagi.

Apa kalau dia marah, dia akan mempermalukan dirinya sendiri?

Sehun menjambak kepalanya, pusing.

Professor Nam akhirnya menyudahi kelas, dan Sehun bergegas berdiri dari bangkunya, menyusul Luhan yang sudah keluar lebih dulu bersama kelompok teman-temannya.

"Xi Luhan!"

Yang dipanggil berhenti, dan senyuman lebarnya merekah nol koma sekian detik kemudian.

"Oh Sehun!" Luhan melambaikan tangan.

Sial! Tingkah Luhan pasti membuat orang-orang berpikir kalau mereka berdua ini ada apa-apa. Haha, mereka belum tahu saja yang sebenarnya. Dengan kesal yang nggak mau disembunyikan lagi, Sehun menghampiri Luhan dan menyeretnya ke pojok koridor yang agak sepi.

"Ada apa??"

"Aku sudah baca suratmu, nona."

"Sudah??" Mata Luhan membulat senang.

Apa Luhan nggak merasa bersalah sama sekali? "Kau merasa nggak apa-apa dengan suratmu???"

"Eh? Ada yang salah??"

Tahan, Sehun. Tahan. "Semuanya salah! Kau membuatku berpikir surat itu untukku!"

Kening Luhan mengkerut. "Itu kan memang untukmu."

"Isinya nggak!"

"Hah??"

"Kalau kau suka Kim Jong In─"

"Stop!" Luhan langsung berjinjit dan membekap mulut Sehun dengan kedua tangannya. "Pelankan suaramu, aku mohon... Nanti ada yang dengar."

Oh Sehun mematung, dengan respon yang mendadak kacau. Matanya terpaku pada pipi Luhan yang merona seperti kemarin sore.

"Kau dengar??"

Sehun melepaskan kedua tangan Luhan dengan lemah. "A-Aku dengar..." Sehun berdehem untuk menenangkan dirinya.

"Tapi... kenapa kau sekesal ini?"

Karena aku malu setengah mati gara-gara salah paham!

Karena kau pakai amplop merah muda!

Karena kau menipuku!

Karena kau bertingkah seolah-olah kau...

Nggak. Sehun menggeleng menahan air mata darah. Dia nggak sanggup mengatakan semuanya. Biarlah malu ini dia tanggung sendiri, sebab Luhan pun nggak pernah bilang itu surat cinta atau apa. Hanya kebetulan sebuah surat dengan amplop merah muda dan beraroma wangi yang tajam. Lebih baik mengakhirinya sekarang dan nggak usah berurusan dengan Xi Luhan lagi.

"Alasannya nggak penting. Pokoknya, kalau kau suka dengan sahabatku, kau kirim surat langsung saja padanya, bilang kau menyukainya dan dekati dia sendiri."

How Do We Fall In Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang