Dekaplah Aku Pertiwi
Biarkan ku hirup aroma lembah Kerinci
Tundukanlah Aku Duhai Pertiwi
Biarkan raga ini tertusuk keris belati" Kepada Sang Merah Putih, siapp grakk.. !! " Ucap pemimpin upacara. Dengan sigap semua tangan mengikuti titah sang pemimpin. Apalah daya, ini sudah menjadi suatu tradisi di semua sekolah yang ada di nusantara.
Hingga tak ada yang menantikan hari itu, mulai dari alasan bolos, PPS alias "Pura - pura sakit", atau sekedar berlama - lama di wc.
Tapi itu semua tak ada di kamus seorang PASKIBRA yang satu ini.
Nama nya Hamzah atau sering di panggil Singa Nusantara, mungkin karena sikap nya yang dingin dan super disiplin. Apalagi soal cewek, jauh - jauh deh sama makhluk yang satu ini.
"Heyyy.. yang pakai kacamata ping, luruskan barusan nya !!"
Bentak Hamzah, dengan suara maut nya.
"Disuruh lurus kok..ya" Tangan nya segera meraih pundak gadis itu. Niat nya hanya ingin membetulkan posisi barisan gadis di hadapan nya itu. Seketika gadis itu pun bergeser ke kanan, takut kalau tangan itu mengenai pundak nya.
" Maaf kak, bukan mahram ." Tunduk gadis itu, tanpa memandang sang empu yang mentitah nya tadi.
Laki - laki itu hanya berjalan melewati nya tanpa, mengeluarkan ocehan nya lagi.
" Alhamdulillah.. slamet - slamet ni badan dari sentuhan Singa Nusantara. Sebenarnya bukan tak tau soal PBB, tapi kondisi tubuh dan cuaca yang kurang mendukung.
Di kelas suasana masih riuh, maklum hari ini guru Bahasa kami sedang melawan penyakit kronisnya. Entah apa yang membuat ia, memiliki riwayat penyakit seperti itu. Bayangkan, ada seorang wanita di usia mudanya tlah kehilangan rahim bagi buah hati di masa depan.
Sungguh pilu, membayangkan nya saja sudah cukup menguras air mata dan nestapa.
Tapi, gadis ini tak terganggu sedikit pun oleh suara bising di luar sana. Dihadapan nya kini tlah ada Al - Qur'an mini bercover pinky baby di hiasi motif berlafadzkan Allah dan Rasul - Nya.
" Hum.. Humaira !!! " Sambil menepukkan telapak tangan nya di pipi merona tanpa polesan make - up di atas nya.
Gadis berkacamata pink itu pun tak terganggu, oleh tangan jahil kawan sebangkunya itu.
Ia pun menaikkan volume suara bacaan Al - Qur'an nya.
Wajah gadis di depan nya, tlah tunjukkan mimik putus asa.
" Astaghfirullah.. Ning Hum - Hum ". Sambil mencubit gemas nama yang ia tuju dari tadi.
" Ono opo toh, Rum. Tingkah mu ini kaya cah cilik wae." Jawab Humaira dengan logat Jawa yang tlah menumbuh subur di kehidupan para pembesar Kyai.
Segera ia pun mengedarkan netranya ke penjuru kelas, tak menyangka jika hanya ada mereka berdua di kelas Asy - Syifa ( Nama kelas di salah satu Madrasah bernuansa pesantren )
"Tuh kan .. lihat sendiri. Kelase udah rampung dari tadi, cah ayu."
Timpal Rum sambil masang muka jutek ditambah gemesss 180 derajat pada ning nya itu.
" Yo wis.. ojo nesu nduk, nanti cepet tua. " Jawab Humaira
" Ngerti gitu, mending aku pulang dulu aja." Bangkit dari kursi sambil melipat kedua tangan.
" Ehhh.. kok, palah jadi baperan kamu Rum.. piye iki. Aku minta maaf, soal ucapan ku tadi. "
Menyodorkan jari kelingking lentik khas puteri Jawa.
" Bener ni.. udah ngga ada stok maaf, buat kanca mu iki? " Wajah memelas, siapa tau kan ada malaikat yang ikut bantuin buat bujukin hati Rumanah ini.Gelak canda, tawa, mimpi, cita - cita dan cinta tergambar di masa Aliyah. Semua rasa tercampur baur di kala itu, tak ada batasan kata khalayak manusia. Apakah seperti itu, ada nya? Atau sekedar alibi orang - orang yang tak tau diri, lupa akan fitrah insan di muka bumi. Allah Ta'ala telah ciptakan manusia dengan sebaik - baiknya bentuk di kalangan makhluk - Nya, manusia di beri anugerah akal thuk pahami hakikat hidup yang sejati. Bumi hanya tempat singgah dari alam Rahim menuju alam Barzakh.
Allah tlah jadikan sebaik - baik nya suri tauladan, Nabi Ahmad sebagai tuntunan. Tak menyalahkan zaman apa lagi pencipta - Nya, aku tuduhkan dakwaan ku pada mereka yang membenci Kyai ku, membenci sesosok santri, dan mereka yang dustai kalam Illahi.
Disinilah sejarah ku di mulai, saat thuk pertama kali ku teriakkan takbir lewat alunan tangis yang menggema seluruh ruang.
Saat gema adzan merambat ke gendang telinga kanan ku.
Saat iqomat, menjalar ke lubang telinga kiri ku. Tetes bening pun terjatuh, bagai bermandi wudhu di wajah ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning Humaira
Teen Fiction" Man Jadda Wa Jadda .." Kata itu terus terngiang di benak ku, ---- Suara senapan seperti tak henti nya membanjiri hutan ini. Darah mengalir deras, membanjiri Pertiwi ku. .. #hubbulillah .. #hubbul_wathon .. #hubbulinnas Manakah prioritas ku.?