8 | Eight

8.7K 1.2K 60
                                    

        'You tell me, Jen'? Apa tadi Oliver bilang? 'You tell me'?

        Jeneva menatap pria di sebelahnya dengan heran. Apa maksud Oliver? Pria itu berbicara seperti mereka sudah kenal lama dan seakan Jeneva sudah tahu jawabannya! Jeneva menggeram kencang. Suara wanita itu yang terdengar lucu membuat Oliver menahan tawanya.

        "Jen! Congrats, ya, Sayang!" Dian Asvathama berjalan dengan semangat mendekati Jeneva sambil membuka tangannya.

        Cepat-cepat Jeneva menarik paksa tangannya lalu memeluk Dian, sedangkan Oliver hanya diam mengamati kedua wanita itu. 

        "Terima kasih banyak, Tante. Glad having you here." Jeneva tersenyum. Ia melirik Oliver sekilas kemudian bertanya kepada Dian, "Tante katanya mau datang sama Ganesh? Jen udah lama banget nggak ketemu."

        Air muka Oliver berubah menjadi muram detik itu juga. Ganesh lagi, Ganesh lagi. Pria itu membuang pandangannya.  Ia ingin beranjak dari sana karena ia tidak akan kuat jika harus mendengar Jeneva membahas Ganesh, tetapi di sisi lain ia penasaran apa yang wanita itu bicarakan.

        Dian berusaha tidak tertawa ketika melihat Oliver dan sengaja berkata, "Iya juga, ya, Jen? Tante tahunya terakhir kalian ketemu waktu lulus-lulusan kuliah. Itu yang kalian foto di depan gedung rektorat lima tahun lalu kan? Atau ternyata udah ketemu lagi abis itu?"

        "Iya, itu terakhir, Tante. Dulu sering ketemu karena satu kampus, sekarang udah nggak lagi," kata Jeneva yang membuat telinga Oliver semakin gatal.

        "Tante inget tuh Ganesh udah semangat banget kalo pagi-pagi kamu nebeng mobilnya ke Depok," balas Dian bersemangat karena sekarang wajah Oliver merah padam menahan emosi. 

       Jeneva tertawa. "Aduh, tapi dia memang baik banget ke aku sih dari dulu, Tan. Waktu aku hilang di supermarket juga dia yang nolongin. Please send my warm hug for him."

       Oliver refleks menatap Jeneva saat mendengar ucapan wanita itu. Bukan hanya karena 'warm hug' yang sangat membuat Oliver kesal, melainkan kata 'hilang' dan 'supermarket' yang disebut Jeneva. Oliver mengumpat dalam hatinya. Jadi, selama ini Jeneva kira yang menolongnya di supermarket adalah Ganesh? 

       "Nanti Tante sampein. Tadinya Tante mau ngajak Ganesh, tapi ini nih," Dian mengendikkan dagunya ke arah Oliver. "Maksa datang ke sini, nggak tahu kenapa. Padahal Oliver nggak suka teh."

       Maksa? Jeneva ragu kalau orang seperti Oliver memaksa untuk datang ke acara kecilnya. Ia mencoba menatap Oliver tetapi pria itu membuang pandangannya sekali lagi. Senyum tipis di wajah tampannya hilang entah ke mana sehingga Jeneva menautkan alisnya bingung. 

       "It's okay, TanHe helped me," kata Jeneva pelan dan Oliver tertegun.

       "Oliver bantu kamu ap—Well, never mind." Dian mengibas tangannya lalu menahan senyumnya saat melirik Oliver dan Jeneva bergantian. 

       "Tante mau ngobrol sama Mama kamu dulu ya. Warming gift buat kamu ada di Oliver, dia yang urus semuanya. Tante mau kirim karangan bunga, eh, Oliver nggak mau katanya pasaran," ujar Dian sebelum tersenyum dan mengedipkan sebelah mata kepada Oliver.

       Bersamaan dengan Dian yang berputar untuk mencari Maya Andrian, Jeneva juga hendak beranjak dari posisinya. Ia mengambil cangkir tehnya yang masih panas dari meja di sebelahnya tanpa memedulikan kehadiran Oliver. 

        "Jen," Oliver memanggil dan meraih lengan Jeneva. Namun, Jeneva langsung menyentak tangan Oliver sampai tidak sengaja menumpahkan teh panas ke tangan pria itu. 

Ride Off Into Your Sunset | The Golden Shelf #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang