Sang Perempuan

0 0 0
                                    

Hari ini senyum di wajahku tidak kalah hangat dengan mentari pagi yang tidak pernah absen menyapa.
Ku sapa pula Bunda tersayang ku yang dari sebelum subuh sudah terjaga menyiapkan kebutuhan kami.
Ada Ayah yang sudah rapi dengan baju kerjanya, dan Abang di teras yang sedang menghangat mesin motor tua warisan dari Ayah.
"Wawa, tolong panggilin Abang, yuk sarapan dulu". Pinta Bunda ku dengan lembut.
"Abaangg ayok sarapan dulu!". Suaraku tak kalah nyaring dari geberan motor Abang.
"Siap komandan". Sahut Abang dengan tangan seperti hormat kepada  bendera.

Seperti biasanya, pagi kami selalu penuh dengan obrolan dan tawa. Terkadang saling meledek. Atau jika dirasa ada yang mengganjal dari kami, Ayah akan menasehati kami di meja makan. Kata Ayah, memberi nasihat ketika makan akan langsung kena ke hati. Aku bingung. Ayah melanjutkan, karena kalau perut itu salah satu sumber nafsu, jika sudah terpenuhi maka giliran pikiran yang meminta diberi asupan. Aku mengangguk takzim. Seolah membenarkan apa yang Ayah katakan.

Jam di ruang makan sudah menunjukan pukul 06.30 WIB. Aku dan Abang bergegas pamit meninggalkan Ayah dan Bunda. Takut sekali datang terlambat. Pegal hukuman kemarin saja masih terasa. Gawat, jika harus menerima hukuman lagi. Bisa-bisa aku pingsan.

Syukurlah, Abang menuruti perkataan ku untuk sedikit ngebut. Walaupun harus debat sepanjang jalan. Abang yang menolak, dan aku yang memaksa.
Akhirnya aku sampai di kelas dengan tepat waktu. Jadi, tidak lagi ku dengar pertanyaan dengan nada tinggi dari Kakak-kakak OSIS.

"Selamat pagi adik-adik semuanya".
"Pagi Kaakkk".
"Masih semangat ospek nya?"
"Semangat Kaaakkk".
Aku yang turut menjawab semangat, seperti berdosa besar karena telah berbohong pada diri sendiri.
"Baiklah, hari ini adalah hari terakhir ospek kita. So, agenda hari ini adalah pengenalan ekskul kepada siswa baru supaya adik-adik tahu dan tertarik sehingga bisa mengikuti salah satu ekskul yang ada di sekolah kita ini. Dan sekarang silahkan berkumpul di lapangan sesuai dengan kelompoknya".
"Horeee". Teman sekelompok ku semangat. Aku? Jelas tidak.
Sampai hari terakhir ospek pun aku tidak punya teman.

Semua berkumpul di lapangan. Dari yang tadi teratur berbaris perkelompok, dan sekarang merenggang entah tak beraturan. Ada yang duduk di teras. Ada yang melihat dari lantai atas. Ada yang duduk di kelas. Aku, ikut memecah barisan dengan duduk di bawah pohon tepi lapangan. Pilihan yang sangat tepat, berteduh di bawah pohon rindang, sendirian, di tengah terik mentari pagi.

"Kenapa sendirian?".
Sepertinya Ghani Bimantara akan selalu mengagetkan.
"Eng ... gak papa Kak. Suka aja".
"Kakak di sini, gak masalah kan?".
"Gak ada larangan buat Kakak di sini juga kan?".
"Pertanyaan kok di jawab dengan pertanyaan?!".
Aku hanya tersenyum tipis. Tidak tertarik untuk melanjutkan.
Hampir lima belas menit kami hanya duduk berdampingan tanpa bicara.
Dan akhirnya dia berani memecahkan keheningan.
"Kamu itu emang rada unik ya".
Spontan aku menoleh, karena kata unik yang diucapkannya.
"Iya, kamu itu unik, udah SMA masih ditungguin Abangnya, itu yang di depan pos jaga sana Abang kamu kan?".
"Iya, sepertinya semua Abang yang baik seharusnya kayak Abang ku deh".
Aku sama sekali tidak memberi celah dan tidak berniat melanjutkan pembicaraan dengannya.
Selama kami duduk di sana banyak sekali mata yang melihat sinis ke arah ku. Sungguh tidak nyaman. Ingin sekali aku pindah, tapi semua tempat sudah ramai, dan itu sama tidak nyamannya.

Rumornya, Ghani sudah mempunyai pacar. Tidak lain Kakak OSIS pendamping ku. Jasmine namanya. Tentu saja, orang-orang akan melirik sinis padaku seolah tidak terima.

Setelah tak ku beri celah sedikitpun untuk melanjutkan pembicaraan, dia pergi menghampiri temannya yang sedang memandu acara.
Acara hari ini berjalan terbilang menyenangkan dari kemarin. Setidaknya aku bisa melihat tari-tarian dari ekskul tari, performance nyanyi dari ekskul band, yel-yel penuh semangat dari ekskul Pramuka, dan banyak ekskul lainnya.

Sekarang sampai pada puncak acara. Pemilihan king and queen. Sungguh aku tidak tahu pemilihan semacam apa ini dan tidak mengerti bagaimana penilaiannya.  Yang aku tahu jelas ketika semua nama sudah disebut satu persatu, semua yang maju ke depan adalah semua siswa baru yang terlihat good looking.
Aku? Tentu saja sangat jauh dari mereka. Dan lagi-lagi aku juga tidak akan mau dipanggil ke depan. Entahlah kenapa aku setidak mau itu terlihat menonjol.
Puncak acara sudah dilaksanakan. Artinya, semua kegiatan ospek resmi ditutup.
"HOREEEE". Semua orang berteriak riang, sekarang aku tidak sedang berbohong turut serta dalam keriangan.

Seperti yang ku katakan tadi mengenai Ghani. Dia ahlinya membuatku kaget beberapa hari ini. Kali ini, aku sangat tercengang. Ghani menggandeng salah satu queen terpilih tahun angkatan kami. Parsya Larasati namanya. Teman sekelompok ku yang ikut terkena hukuman membersihkan lapangan kemarin. Perempuan cantik manis, dengan tubuh ideal.
Aku kaget bukan karena tadi dia mengajak ku ngobrol. Tapi, tentang rumor bahwa dia sudah pacaran dengan Jasmine, lalu sekarang dia menggandeng Parsya menuju motornya dan pulang bersama.

Entah apa lagi yang akan ku bahas tentang Ghani Bimantara. Tentang ku tidak akan terlalu banyak berperan dalam cerita selanjutnya.

My CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang