Dua

2 0 0
                                    

"Sorry ya lama" ucapku saat tiba diruang tamu.

"Gue mah biasa nungguin tuan putri"

"Yuk berangkat" ajakku mengabaikan ucapannya.

Hari ini aku harus menghadiri pesta pernikahan anak tante Erna, tante ku sendiri. Batik couple yang sempat menjadi masalah besar untuk mama sudah terpantri indah ditubuh tegap Rendy. Walaupun Rendy memiliki kepribadian yang berbeda dengan kebanyakan pria, tapi parasnya tidak bikin malu saat diajak jalan.

Jasanya hari ini di pasang tarif oleh Rendy. Semalam aku memohon kembali agar ia menemaniku hari ini. Ia mengeluh tidak bisa karena client yang ia tangani. Lalu aku memohon dan berjanji akan melakukan apapun untuknya jika ia bersedia menemaniku hari ini. Rayuanku berhasil, Rendy hanya minta dibelikan action figure favorit nya.

"Ren, nanti bentaran aja ya disana. Lo bilang aja kalo lo ada meeting"

"Lo maksa banget buat gue kerja Rai. Ini hari minggu lo nyuruh gue meeting"

"Pura-pura bego lo"

"Iya gue bego banget Rai. Bisa-bisa nya dengan sukarela nemenin lo kondangan"

"Demi action figure Ren" tekanku.

"Hehe iya iya. Gue diem nih" ucap Rendy sambil menutup rapat bibirnya.

Aku tersenyum melihat tingkah Rendi, ada-ada saja. Rendy fokus dengan stirnya. Jalanan cukup macet karena weekend dan sedang gerimis. Tidak masalah jika telat sampai disana. Syukur-syukur kalo sampe sana udah sepi.

Mobil Rendy sudah memasuki pelantaran parkir gedung serba guna di kawasan Jakarta Selatan. Kondisi parkiran masih sangat ramai artinya masih banyak tamu undangan didalam sana.

Aku menutup pintu mobil Rendy, sedikit bercermin pada kaca mobilnya melihat penampilanku. Aku berjalan memasuki gedung mendahului Rendy.

"Rai, lo ga mau gandeng gue gitu biar aktingnya makin mantep" aku mencubit bahu Rendy keras.

"Lo KDRT!!" aku terkekeh mendengar ucapan Rendy. Tanpa menghiraukan Rendy aku terus berjalan memasuki gedung.

Suasana didalam gedung masih sangat Ramai. Aku mengisi buku tamu lalu mengambil souvenir. Kulihat Souvenirnya sangat cantik. Peralatan makan sendok garpu dan sumpit dengan aksen bunga sakura dan tertulis nama pengantin diganggangnya.

Dipanggung pengantin asyik berfoto. Ku rasa itu teman-teman sekolah Adel mempelai wanita. Adel adalah sepupuku dari pihak papa. Dia satu tahun dibawahku. Jika bukan karena sepupuku sendiri, aku berjanji tidak akan pernah datang ke acara seperti ini.

Aku mencari-cari mamaku ditengah kepadatan manusia. Setidaknya aku harus setor muka.

"Rai, peran gue apaan sih?" Aku mendelik mendengar ucapan Rendy.

"Serem amat lo" lanjutnya.

"Lo diem aja ikutin alur gue"

Aku mengamit tangan Rendy lalu mengajaknya duduk disalah satu kursi dibagian tengah. Aku masih sibuk memperhatikan sekitar. Kemana perginya keluargaku. Tidak ada satupun yang terlihat.

"Hai, Raina ya?" Aku menoleh ke arah sumber suara.

"Tuh kan bener" seorang wanita yang kuyakini umurnya tidak jauh berbeda denganku. Pandanganku berpindah pada seorang bayi dipangkuannya.

"Maaf" ucapku hati-hati.

"Gue, Elisa dulu satu sekolah sama lo" aku mengingat kembali teman-teman sekolahku.

"Ahh.. Elisa IPS 2. Lo yang waktu itu bantuin gue pas di UKS ya"

Elisa tersenyum manis sambil menepuk-nepuk pantat bayinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman SerumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang