BAB 1: Panti Asuhan

49 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Irish menangis kencang tanpa peduli akan tenggorokan nya yang mulai perih. Dunianya seakan runtuh Ketika melihat sosok kebanggaan nya terbujur kaku di dalam peti. Pahlawan yang berjanji akan melindungi Irish itu kini terlihat damai dalam tidurnya, seakan memaksa Irish untuk merelakan kepergiannya. Evans Laurent—Nama ayah Irish, diumur tiga belas tahun ini belum banyak kenangan yang terukir diantara Irish dan Evans. Irish sangat menyesali hal itu, kepalanya menoleh ke kanan melihat sang Ibu yang hanya diam tak berekpresi membuat dada Irish pilu. Ibu juga sangat menyayangi Ayah, kematian Ayah yang tak terduga ini pasti membuat Ibu sangat terpukul. Evans ditemukan tak bernyawa dalam keadaan luka berat pada bagian perut, tubuhnya tergeletak di depan pintu kamar Irish. Hal itu membuat Irish terkejut saat gadis itu bangun di pagi hari dan melihat keadaan ayahnya yang sudah tidak bernyawa. Menurut polisi yang menyelidiki kasus ini mengatakan bahwa ada indikasi terjadinya perampokan. Namun yang membuat ganjil hal ini adalah semua pintu masih dalam keadaan terkunci tidak ada tanda-tanda pembobolan. Tetapi pihak kepolisian masih berargumen bahwa perampokan saat ini semakin canggih, mungkin itu yang menyebabkan tidak ditemukan pembobolan pada seluruh pintu rumah Irish.

Pemakaman Evans berlangsung ditengah guyuran rintik hujan, lengkap dengan gumpalan awan hitam diatas sana seakan mendukung Irish menangis saat ini. Rosell Laurent—sang Ibu masih dengan wajah yang kosong Ketika melihat peti mati suaminya mulai memasuki liang lahat. Irish menggenggam erat dress hitam selututnya. Semua ini benar-benar menyakitkan, Irish berharap ia sedang bermimpi buruk dan terbangun dengan ucapan selamat pagi yang rutin dari Ayahnya. Namun seiring tertutupnya liang lahat, begitu pula dengan luka yang menganga semakin besar pada hati Irish. Ayahnya pergi, sang jagoan telah tertidur pulas dalam mimpi yang panjang.

Terbaring dengan damai

Evans Laurent

2013

Sore hari setelah pemakaman Evans, Rosell membawa Irish pergi dari rumahnya, lengkap dengan baju dan barang kesayangan Irish yang telah dikemas rapih. Rosell sejak masuk kedalam mobil sama sekali tidak berbicara dan menjelaskan kemana kah mereka akan pergi? Irish yang tengah berkabung hanya bisa diam dan menunggu Rosell menjelaskan. Hari sudah gelap. Mobil mulai memasuki pemukiman dengan pepohonan yang tinggi menjulang disamping kanan dan kiri.

Gelap. Hanya terdengar suara serangga yang muncul setelah hujan reda. Begitupun dengan keheningan yang semakin menyiksa Irish. Ia menoleh kesamping, kearah dimana sang ibu sedang fokus menyetir.

"Bu, sebenarnya kita ingin kemana? Mengapa semua baju Irish ada dalam koper?" Irish akhirnya mecoba bertanya. Gadis dengan kelopak mata hazel itu masih setia menunggu jawaban dari sang Ibu.

Namun nihil. Rosell tetap tidak menjawab pertanyaan Irish.

Ada cahaya berpendar diujung sana, semakin dekat cahaya itu semakin terang. Irish memfokuskan pandangannya kedepan untuk melihat objek yang ada didepannya dengan jelas. Semakin dekat dengan cahaya tersebut Irish dapat memastikan bahwa cahaya tersebut bersumber dari bangunan yang lumayan besar dengan pagar kusam mengelilinginya.

Sunderland: The ArxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang