PROLOG

1.6K 60 3
                                    

“Siapa. Kau! Apa yang ingin kau lakukan?!”

Teriakan seorang wanita terdengar samar di tengah sunyinya malam dan derasnya air hujan yang mengguyur dan membuat suasana begitu pekat dan mencekam.

Wanita itu bernama Flower. Wanita berusia 20 tahun yang bekerja di restoran kecil yang berada di sudut kota.

Flower yang melalui jalan sepi setelah pulang dari rumah sakit, bertemu dengan pria misterius yang tiba-tiba menyerangnya dan menyeretnya ke pinggir jalan di mana ada sebuah pohon besar yang berada di balik semak-semak belukar.

“Tolong! Tolong! Tolong aku!” teriak Flower semakin keras berharap ada sebuah keajaiban datang menolongnya. Meskipun dia tau, teriakannya tadi akan berbuah sia-sia, mengingat tempat ini begitu sepi dan jarang dilalui oleh orang-orang.

Flower mencoba berontak, saat pria yang menyerangnya secara tiba-tiba itu kini mencekal tangannya di atas kepala dan menahan tubuhnya pada sebatang pohon besar yang sangat menyeramkan.

Air mata dan air hujan, saat ini sangat sulit dibedakan mengingat bagaimana terisaknya dirinya sekarang karena ketakutan.

Pria itu sama sekali tak bicara. Hanya saja, tenaganya yang begitu kuat berhasil memenjarakan tubuhnya hingga punggungnya terasa sakit dan nyeri karena rontaanya namun kuatnya pertahanan pria itu untuk mencegahnya bisa lari dari sana.

“Diamlah, dan nikmati saja,” lirih pria itu berbisik begitu lirih dan dekat sehingga Flower bisa merasakan aroma alkohol yang pekat tercium—membaur dengan udara juga air hujan yang semakin deras membasahi tubuhnya dan tubuh pria yang sama sekali tak terlihat bagaimana parasnya karena di sana begitu gelap.

“Tolong, lepaskan aku ... hiks, hiks!” pinta Flower memohon dengan isakannya yang semakin kencang ketika tangan dan jari-jari pria itu mulai bertindak kurang ajar menyentuh pinggangnya dan menyingkap kaos yang dipakainya hingga kulitnya bisa merasakan kasar dan panasnya sentuhan kulit pria itu di tubuhnya.

“Kau tidak berhak melakukan semua perbuatan kotor ini padaku. Tolong kasihani aku,” lirihnya dengan suaranya yang begitu memelas. Sayang, permohonannya sama sekali tak digubris karena pria itu semakin lancang melakukan hal lebih.

“Jangan sentuh aku berengsek! Emmph!”

Flower tak bisa lagi berteriak karena pria itu dengan kasar meringkus bibirnya dengan ciuman sedikit terburu.

Brughh!

Tak sampai di sana, pria itu pun mendorong tubuhnya hingga jatuh dan merasakan kerasnya tanah membentur punggungnya. Belum lagi, beban berat yang menimpa tubuhnya disebabkan oleh tubuh pria bejat yang sialnya memiliki wangi yang begitu tajam dan menenangkan. Sangat berbeda dengan perbuatan pria itu yang justru membuatnya sangat ketakutan.

“Tolong, berhenti ...”

Di tengah ke putus asaannya, Flower masih memohon untuk yang terakhir kali, sebelum pria itu benar-benar menghancurkan hidupnya. Berharap, masih ada sedikit rasa belas kasih terhadap dirinya, sehingga pria itu akan melepaskannya.

Sungguh, dirinya merasa begitu putus asa, begitu dia bisa merasakan bagaimana kerasnya tanah, dan dedaunan yang bercampur dinginnya air hujan menjadi pakaian yang menggantikan pakaian bawahnya yang sudah pria itu lepaskan dengan paksa.

Bahkan, tubuh atasnya yang juga terbuka  merasakan dinginnya angin malam juga hangatnya hembusan napas hangat, yang menerpa dan menghancurkan harga dirinya secara bergantian.

“Jangan lakukan ini ... Hiks! Hiks!“

Flower memohon lagi. Air matanya semakin deras mengalir. Tak menyangka, dirinya akan mengalami hal se keji ini. Namun, lagi-lagi pemohonnya tak digubris karena beberapa detik setelahnya, pria itu benar-benar menyatukan tubuhnya dalam sekali sentakan sehingga membuatnya berteriak begitu kesakitan.

“Arghhh! Sa—kit!  Hiks! Hiks!” Flower merasakan tubuhnya dibelah menjadi dua bagian dengan rasa sakit yang tak bisa dijabarkan lagi. Malam ini, akan benar-benar menjadi awal kehancuran hidupnya.

Ya, pria bejat itu sudah merenggut kehormatan Flower dengan kejam sehingga membuat wanita malang itu benar-benar terbaring tak berdaya dengan tubuh yang hina terbalurkan tanah berlumpur, dan suara yang nyaris hilang karena banyaknya Flower berteriak pilu.

Setelahnya, tanpa rasa kemanusiaan sedikit pun, pria itu meninggalkan Flower yang tak berdaya begitu saja. Berbaring di atas tanah dengan harga diri hancur, dan tubuh yang terkoyak. Kehilangan semangatnya untuk hidup, bahkan sebentar lagi mungkin akan memilih mati.

***

“Mommy, apa aku memiliki Daddy seperti teman-temanku yang lain?”

Mendengar pertanyaan itu, membuat Flower menghentikan gerak tangannya yang sedang membereskan beberapa mainan anak lelakinya yang tercecer di lantai.

Flower mendongak. Menatap anak semata wayangnya dengan pandangan mata berkaca-kaca saat bayangan kelam itu berputar lagi seolah VCD rusak yang tak memiliki tombol untuk berhenti.

Flower tak menyangka. Kejadian naas yang menimpanya di malam itu, akan menghadirkan seorang  anak lelaki tampan dengan mata bak warna laut yang indah dan dia beri nama William.

William  menjadi anugerah terbesar dalam hidupnya meski terlahir dari sebuah kesalahan.

6 tahun berlalu. Lagi-lagi takdir mempermainkan hidupnya karena sang putra, malah  membawanya pada sang pemerkosa yang ternyata adalah seorang pengusaha kaya bernama,

Alexander Daverson.


Our Baby, MR CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang