Alex sudah sampai di rumah sakit. Penampilannya yang berantakan dengan tubuh basah kuyup tak menghentikan langkahnya yang menyusuri koridor rumah sakit menuju ruangan yang menjadi tempat ayahnya di rawat sekarang.
Dia mengenal betul rumah sakit ini karena sang ayah pun ikut serta dalam pendanaan yang membuat rumah sakit ini berdiri kokoh bahkan menjadi satu-satunya rumah sakit yang memberikan pengobatan gratis untuk orang-orang tak mampu.
“Tuan Alex!”
Suara seorang dokter yang tiba-tiba memanggil Alex yang hampir melalui koridor yang salah, membuat Alex menghentikan langkahnya kemudian memutar tubuhnya ke arah suara dokter yang memanggilnya.
“Tuan Daverson masih berada di ruangan ICU, Tuan. Mari saya antar, “ ucap dokter itu dan Alex pun mengikuti langkah dokter itu tanpa banyak bicara.
Pengaruh alkohol tadi sudah menghilang sepenuhnya sehingga dia bisa mengontrol kewarasannya seperti sedia kala.
Alex mengekori dokter itu sampai di sebuah ruangan ICU dan setelah pintu ruangan itu terbuka, terlihatlah ayahnya yang sudah setengah baya dan selalu memberinya pelukan juga kasih sayang yang begitu berlimpah terbaring lemah di atas brankar dengan beberapa alat yang menempeli tubuhnya yang sudah renta.
“Daddy,” suara Alex tercekat.
Wajahnya yang tadinya menakutkan, berubah seperti anak kecil yang ketakutan saat ditinggal oleh orang tuanya.Mata Alex yang se biru samudra itu, mulai mengkristal dan sebentar lagi butiran-butiran yang menggenang itu pasti akan tumpah ruah.
Dadanya perlahan merasakan sesak begitu tangannya berhasil meraih tangan ayahnya yang selama belasan tahun membesarkannya sendiri karena ibunya sudah lama tiada. Membesarkannya dengan penuh kasih sayang, sehingga dirinya tak merasakan kekurangan kasih sayang orang tua yang lengkap.
“Maafkan aku, maaf sudah menjadi penyebab rasa sakit yang kau rasakan saat ini, Daddy.”
Alex menelungkupkan wajahnya. Butiran kristal yang membuat pandangannya buram akhirnya jatuh juga.
Rasa sesak yang disebabkan oleh penyesalannya karena sudah membentak sang ayah sebelum pergi meninggalkan ayahnya terbayang lagi sehingga membuatnya merasa begitu tak becus hingga kemarahannya yang tak mendasar membuat ayahnya seperti sekarang.
Alex menggenggam tangan ayahnya begitu erat. Rasa takut saat dirinya kehilangan sang ibu kembali menghantui.
Tidak. Dia tidak mau kehilangan lagi. Cukup sekali karena kehilangan adalah satu-satunya hal yang membuatnya begitu terpuruk dalam kesedihan yang mendalam.
Dokter yang kebetulan adalah dokter pribadi tuan Daverson mendekat. Dia meletakkan sebuah handuk di dekat Alex kemudian menepuk pundak Alex pelan.
Ada saatnya, Alex yang selalu dia temui saat akhir pekan itu membutuhkan sebuah dukungan dari seseorang yang sudah seperti keluarga bukan lagi seperti bawahan yang takut pada atasannya.
“Tuan Daverson berhasil diselamatkan. Dia berhasil melewati masa kritis dan akan siuman besok pagi. Beruntung Tuhan masih memberinya pertolongan lewat wanita yang hebat dan juga pemberani itu. Jika tidak, entah bagaimana hidupnya sekarang.”
Mendengar perkataan dokter itu, tubuh Alex menegang. Ayahnya diselamatkan oleh seorang wanita dan dirinya baru saja menghancurkan hidup seorang wanita.Astaga...
Alex memukul keningnya sendiri dengan kepalan tangan. Saat ini, dia bisa mengendalikan kewarasannya sepenuhnya. Tanpa ada pengaruh alkohol atau pun cerita Axelendra yang bisa saja adalah sebuah kebohongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby, MR CEO
Romance[UPDATE PART HANYA SEBAGIAN SAJA. JANGAN MEMBACA, JIKA TIDAK INGIN KECEWA. NOVEL INI, TERSEDIA DI APLIKASI NOVEL LIFE DAN AKAN NAIK CETAK SETELAH TAMAT NANTI ]🙏 Flower tak menyangka. Kejadian naas yang menimpanya di malam saat dirinya kembali dari...