Surat Cinta Di Ujung Senja

4 1 0
                                    


Matahari beranjak menyelam di ufuk barat

Jingga senja pun hadir menuai semburat

Penduduk kota menyerak di jalanan padat

Menuju peraduan mereka berhajat

Lampu – lampu kota mulai bersinar

Menerangi gulita malam berbubuh pijar

Bersenandung kumandang adzan merdu nan sonor

Ketika berjibun insan seolah kelipar

Ku berdiri di balkon peraduan

Merenungi kehidupan yang tak ramah

Merenungi durasi umur yang tak fana

Mengutuk diri menebus rasa sesal di dada

Sejenak kudapati diriku beranjak

Mengambil Al Quran di sudut lemari

Mengusapnya menggugurkan duli

Pelan membuka menghayati penuh arti

"Jikalau semua jenis lautan menjadi tinta

untuk menulis kalimat – kalimat tuhanku

sudah tentu akan habis kering lautan itu

sebelum habis kalimat kalimat tuhanku

walaupun Kami tambahkan lagi

dengan lautan yang sebanding"

Sebuah ayat bak tamparan bagiku yang acap kufur

Terhadap nikmat Rabb ku alpa bersyukur

Merasa diri ini paling mala nan getir

Sementara ialah pangkal selamat dan makmur

Bulir mata mengalir tanpa permisi

Tanpanya, pastikan menyesal menjalani

Sungguh begitu banyak yang telah Rabb beri

Hanya syukur bukti penghambaan sejati


"Maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang engkau dustakan"

Surat Cinta Di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang