•"Hei"•

18 1 0
                                    

| RINCONTRARSI |

"Sudah sampai~", ucap seorang lelaki paruh baya yang baru saja memberhentikan mobil-nya di depan gerbang sekolah.

Sang penumpang mengangguk. "Stella sekolah dulu ya, pah" 

"Yakin ga perlu dianter masuk kedalem?"

Stella tersenyum tipis sambil meyakinkan ayahnya. "Yakin pah, kan kemarin juga udah sempet masuk ke kelas. Yang paling penting udah tau ruang guru-nya dimana"

Sang ayah mengangguk. "Yaudah, kalau gitu semangat buat hari pertama di sekolah baru-nya"

Stella mengangguk lagi. "Dah ayah", katanya. Kemudian ia keluar dari mobil dan mulai berjalan melewati gerbang sekolahnya.

Sekolah baru, lingkungan baru, teman teman baru. Sepintas pikiran Stella mengatakan sesuatu.

Doi baru

Sedetik kemudian ia segera menyadarkan dirinya. "Eh pikirannya! Fokus belajar, Stella"

Jam di tangannya menunjukkan pukul 06.28 pagi, yang artinya kurang lebih 2 menit lagi bel jam pertama akan berbunyi.

Pikirnya, akan lebih bagus jika ia tidak langsung memasuki kelasnya, melainkan pergi menemui wali kelasnya dulu di ruang guru.

Mata-nya tak bisa hanya fokus melihat kedepan. Kanan kiri-nya begitu menyita perhatiannya.

"Seger banget disini, banyak tumbuhan sama pohon-pohonnya. Gak kayak di sekolah lama", ucap Stella pada dirinya sendiri.

Langkah demi langkah terus ia lewati, semakin lama semakin muncul hal yang mengganjal di pikiran Stella.

Masa sih hal kayak gitu beneran bisa jadi nyata?

Flashback
"Stellaaaa!", teriak seseorang dari telpon.

"Apa sih Cate, gausah teriak juga kali", balas Stella.

"Maap.. Abisnya kangen tau gak?Gimana Bandung? Seru disana?"

"Baru juga tiga hari lalu berangkat dari Jakarta, masih banyak barang pindahan yang harus diberesin. Feel Bandung-nya belum kerasa"

"Sabar aja.. Tar juga beberapa hari kedepan pasti lo mulai nyaman disana. Oiya, sekolah baru lo gimana? Harusnya lo udah survey kan?"

"Barusan gw baru pulang dari sana. Sekolah-nya oke sih, nyaman juga... terus gw sempet masuk ke kelas juga-/ EH IYA CATE! Gw nemuin hal aneh!"

"Hal.. Aneh?"

"Iya! Lo inget ga, sekitar dua bulan lalu gw pernah cerita tentang mimpi ketemu-/"

"Cowok misterius gitu di suatu kelas yang kerasa nyata banget kayak bukan mimpi?", sela Caterin dibalik telpon.

"He'em! Awalnya gw gak ngeh pas masuk kelas di sekolah baru gw tadi, tapi waktu gak sengaja merhatiin kok kelasnya persis sama kayak di mimpi? Warna cat nya, jendelanya, pintunya, meja kursi sampe sudut sudutnya sama semua"

"Lo.. Yakin, Stel?"

"Yakin banget, Cate! Gw yakin. Kok bisa ya kayak gitu? Kalo tempat di dunia nyata masuk ke mimpi sih masih masuk akal, ini masalahnya mimpi dulu baru dunia nyata"

"Aneh..sih. Cuma kalau mimpi lo itu bener ajaib alias bakal jadi kenyataan ya.. Lo siap siap aja"

"Siap...siap?"

"Buat ketemu cowok misterius-nya"
Flashback off

"Agak ga percaya juga sih. Ah tau ah, dari pada mikirin hal itu, mendingan fokus buat hari pertama sekolah, Stella", ucap Stella sambil menggeleng-geleng kan kepalanya.

Tapi tak lama setelah itu, mata-nya menangkap sesuatu yang tengah berjalan didepannya saat ia sampai di koridor. Seketika jantungnya berdetak lebih cepat.

Langkah demi langkah, sosok itu semakin dekat, bahkan telah melakukan kontak mata dengan Stella selama kurang lebih dua detik.

Itu bukannya dia? Cowok misterius didalem mimpi? Yang bener aja?!

Stella terus berjalan , tentunya dengan detak jantung yang semakin cepat. Hanya dengan beberapa hitungan langkah lagi, Stella akan berpapasan dengan orang itu.

5 langkah

4 langkah

3 langkah

2 langkah

1 langkah

Deg-Deg-Deg


Gw dilewatin.

Entah Stella terlalu berespektasi tinggi, mengira sosok itu akan berhenti di depannya tapi ternyata tidak.

Apaan sih, itu cuma kebetulan aja kali ah. Gak pasti juga dia orangnya - ucap Stella dalam hati dan kembali memfokuskan tujuan awalnya, ke ruang guru.

Tapi

"Hei"

Sepertinya sosok itu memanggilnya. Stella berbalik dan menemukan sosok itu berdiri dalam radius 10 meter

Sambil tersenyum.

Senyumnya.. Gw inget banget. Gak salah, harusnya itu beneran dia.

Kringgg!!!!

Tepat di detik itu, bel jam bertama berbunyi. Dan lelaki itu lenyap di antara kerumunan siswa yang berbondong-bondong memasuki kelas masing-masing.

Stella nyaris saja kehilangan keseimbangannya.

"Stella?", ucap seorang guru sambil menepuk pundak Stella.

"E-Eh, iya bu?"

"Murid baru ya? Kelas 11 IPA-A kan? Saya wali kelas kamu", ucapnya lagi.

"A-Ah, Ibu.. Ema?", tebak Stella.

"Iya. Kalau begitu kita ke kelas sekarang?", tanya Bu Ema.

Stella mengangguk.

Yang barusan... Bukan halusinasi kan?

~

RincontrarsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang