"Stella", panggil seseorang saat Stella tengah duduk di bangku pinggir lapang basket.
"Iya?"
"Liat Adriano gak?", tanya-nya pada Stella.
"Adriano? Gak tuh, kebetulan hari ini belum ketemu dia selain di kelas", jawab Stella.
"Aduh... Kemana ya?"
"Mungkin udah pulang?", tebak Stella.
"Masa sih pulang? Gamungkin juga kapten basket lupa jadwal latihan"
"Eum... Kalo gitu bisa aja dia telat latihan. Udah coba di telpon?"
"Belum sih, yaudadeh tar nyoba nelpon. Makasih ya"
"Iya, sama-sama"
Bagi yang bertanya tanya mengapa Stella masih betah di sekolah-/ sebenarnya dia tidak ingin berlama lama disana, hanya saja papa-nya belum juga datang menjemput untuk pulang.
Menunggu bisa jadi hal yang membosankan jika terlalu lama bukan? Stella juga merasakannya sekarang. Ia mencari sesuatu disekitarnya guna sedikit menghilangkan rasa bosan itu.
'Meong!'
Itu dia, kucing. Karena Stella juga termasuk golongan manusia pecinta kucing, mustahil bila ia tidak menghampiri kucing disaat gabut.
"Eh? Kamu ternyata ada yang punya, dateng dari mana meng? Jangan jangan tersesat disini lagi", ucap Stella setelah melihat bahwa kucing itu menggunakan kalung dilehernya.
Tapi sepertinya sebelah kaki kucing itu tersangkut di kalungnya sehingga ia tidak bisa berjalan dengan baik. Stella segera membenarkannya.
"Nah udah bener deh, sekarang kamu jalannya gak sakit lagi-/...."
Makasih udah buka mantranya, sekarang gak sakit lagi.
"...De javu."
Semalam, untuk pertama kali-nya setelah berbulan bulan, lelaki itu kembali muncul dalam mimpi Stella. Namun kali ini hanya pertemuan sederhana dan lelaki itu hanya mengucapkan satu kalimat saja sebelum akhirnya menghilang.
"Padahal tadinya udah mau nyerah karena gw kira cuma gw-nya aja yang halu ketemu dia di Real Life. Ya abisnya sekalinya ketemu tiba-tiba ilang dalam sekejap, giliran berkali-kali dicari juga gak ketemu. Hadeh... Nyerah aja kali ya meng? Capek"
"Meong...", si kucing yang ikut mengeong membuat Stella gemas.
"Ih ikut ngejawab, lucunyaa-/"
"Ketemu"
Deg-Deg-Deg...
Suara itu! Beneran dia di belakang gw?!
Kaget, tidak percaya, kesal, juga lega, semua itu tercampur menjadi satu. Baru saja berkata akan menyerah, lelaki itu malah datang dengan mandiri.
"Ini gelang punya kamu kan?", katanya dengan suara lembutnya.
Gak salah lagi! Suaranya juga persis sama kayak yang di mimpi!
"I-Iya", jawab Stella yang masih gugup, kemudian menerima gelang miliknya.
"Tadi saya liat jatuh waktu kamu lagi jalan", ucapnya lagi.
"M-Makasih ya-/"
"AWAS!", teriak seseorang dari lapang basket.
Bersamaan dengan itu, sebuah bola basket datang ke arah Stella. Untungnya terjadi sebuah keajaiban, karena jika telat beberapa detik saja, bola basket itu pasti sudah menghantam kepala Stella.
"Kalau gitu saya pergi dulu ya"
Seperti terhipnotis, Stella otomatis menganggukkan kepalanya dan lelaki itupun pergi.
Barusan apa apaan? Emang bener dia ngelindungin kepala gw pake tangannya, tapi jelas-jelas gw liat kalau bola basket itu langsung jatuh ke tanah sebelum kena ke tangan dia.
Bunyi notif chat di HP menyadarkan Stella dari lamunanya.
Mama
|Dek, papa ternyata kerja pagi sore alias gabisa jemput kamu.
|Pulang sendiri ya?
|Kalau mau irit naik angkot aja."HE? Terus gw dari tadi nunggu apaan?!"
|RINCONTRARSI|
Sabar Stella, mungkin hikmah dari menunggu kali ini lo akhirnya jadi ketemu sama dia. Meski akhirnya dia ngilang lagi.
"Pak, cepetan jalan dong udah sore nih" , kata salah satu penumpang angkot di depan Stella.
"Iya neng mau, tunggu sebentar, di belakang masih ada yang mau naik", kata supir angkot.
Tak lama kemudian muncul suara langkah seseorang yang menaiki angkot itu.
"Geser-geser, di belakang deket pojok masih bisa seorang lagi A' ", kata sopir angkot.
Stella yang fokus pada HP tidak menyadari seseorang yang duduk di sebelahnya.
Hampir 15 menit scrolling instagram rasanya agak pusing juga. Akhirnya Stella mematikan HP nya.
Tak sengaja melihat ke sebelah kiri membuat Stella kaget setengah mati.
Mungkin ia akan mengumpat jika tidak menahan mulutnya.SUMPAH DIA DISEBELAH GW DARI TADI?!
Untungnya lelaki itu tertidur sehingga Stella bisa sedikit lebih tenang.
Angkot terus berjalan dan lelaki misterius itu masih tertidur.
Lumayan lama loh ini. Apa gw bangunin aja? Kasian juga kalau ruamahnya kelewat. Tapi... Ini kesempatan.
Mungkin ini yang dinamakan modus. Dari tadi Stella fokus melihat ke arah kaca depan sambil sesekali mencuri pandang pada lelaki yang sedang tidur itu.
Padahal cuma ngeliatin orang lagi tidur, kok rasanya kayak lagi liat pemandangan? Tidur di dalem angkot pula, bisa-bisanya keliatan setenang ini.
"..Ganteng banget..", ucap Stella sepelan mungkin. Ia pastikan hanya dirinya yang bisa mendengarnya.
Matanya, senyumnya, suaranya, cakepnya juga beneran persis sama kayak di mimpi.
"Dari tadi ngeliatin saya mulu, ada apa?", ucapnya sambil tiba tiba terbangun membuat Stella tersentak kaget.
"E-Eh,, a-anu"
Mau memalingkan wajah pun tidak sempat lagi. Stella tertangkap basah, sementara lelaki itu hanya tertawa kecil sebelum akhirnya mengucapkan kata 'Kiri' yang membuat angkot segera menepi.
Stella malu. Sangat malu. Disaat ia tak tau harus berbuat apa, lelaki itu membisikkan sesuatu sebelum ia turun dari angkot.
"Juan, 12 IPA-A. Sampai ketemu lagi, Stella".