C

15 2 0
                                    


Pagi ini Gea mengawali harinya dengan secangkir kopi latte dan sepiring toast sebelum berangkat ke sekolah. Tentu saja ia tidak kembali tidur setelah mimpi itu.

TING!

Bunyi notif HP menghentikan aktivitas sarapan pagi Gea

KakAk

Kau sudah bangun? (06.00 am)

Tentu (06.00 am)

Tumben pagi sekali? Apa ada kelas pagi? (06.03 am)

Tidak. Hanya ingin (06.04 am)

Setelah tidak ada jawaban dari kakaknya, Gea kembali melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda dan memang tinggal satu suapan itu. Kemudian, ia beranjak berdiri untuk mencuci piring bekas sarapannya. Hanya piring.

06.20 am

Setelah kegiatan paginya, Gea berangkat menuju sekolahnya yang harus berjalan sekitar jarak rumah, market, belokan, halte bus, kemudian sekolahnya baru terpampang di seberang jalan. Terbilang memang cukup dekat dengan apart Gea, namun jangan bayangkan sedekat itu, karena jalan yang harus ia tempuh tidak sedekat seperti yang denah katakan. Namun, untuk menabung dan menghemat uang, Gea memilih jalan kaki saja. Hitung-hitung olahraga pikirnya.

(sepanjang ia berjalan)

“Apa maksud itu? Kenapa mereka menggangguku? Apa benar aku belum sembuh? Tapi kenapa harus seperti itu? Bukankah aku sudah rutin olahraga, minum obat, ya meskipun jam tidurku kembali berantakan..”

BRUK!

“Aish! Maaf, gua ga lihat” Karena tenggelam dalam lamunan dan pikirannya Gea sampai tak sadar menabrak seseorang di depannya. Kemudian ia berdiri dan merapikan buku dan membersihkan roknya.

“Iya. Apa kau baik-baik saja?” suara baritone halus menyapa telinga Gea yang seakan merasa dejavu saat mendengarnya. Setelah itu ia pun mendongak, mendapati seorang lelaki dengan kulit putih dan tatapan dingin yang tak pernah ia temui. “ah.. dia laki-laki” gumam Gea.

“Apa kau mengatakan sesuatu?” jawabnya

“Oh tidak, tidak.. maaf. Oh, kita satu sekolah?” tanya Gea sesaat setelah ia melihat seragam yang ia dan lelaki itu kenakan sama.

“Kalau kau tidak buta” jawabnya “Kurasa kau baik-baik saja” sambungnya setelah menatap sesaat dan kemudian berlalu dengan Gea yang hanya menatap datar lelaki itu.

“So weird” gumam Gea dan kemudian menyusul lelaki tersebut, jangan lupa mereka satu sekolah jadi Gea tidak menguntit.

:)

Setelah menempuh jalan sekitar 20 menit, kini Gea sudah berkutat dengan bukunya di dalam kelas.

“Kakak!!!!!!” jangan tanya siapa yang datang. Iyap, adiknya. Setelah berteriak tidak tau dirinya ia berjalan mendekati meja kakaknya. Untung teman-teman Gea sudah terbiasa.

“Apa kau tak tau? SUARAMU MERUSAK PENGLIHATANKU BODOH!” geram Gea sambil menatap adiknya yang justru terbahak. Percayalah, kakaknya itu sangat menggemaskan.
Dengan mata bulatnya yang memberikan kesan anak anjing saat kau melihatnya, benar-benar menggemaskan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang