Bukan Lagi aku, tetapi Dia!

22 1 0
                                    

Setiap orang mampu untuk menafsirkan sendiri tentang cinta versi mereka sendiri-sendiri, sesuai level kemampuannya sendiri-sendiri, dan juga biasanya berdasarkan pengalamannya sendiri-sendiri. Begitupun denganku, aku pun memiliki tafsiran versiku sendiri.

Hari ini, cinta banyak didefinisikan sebatas “aku milikmu dan sebaliknya, kamupun milikku, maka dari itu, ketika aku berprilaku baik padamu, kamupun juga harus baik kepadaku, membalas apa yang telah aku beri”, kurang lebih seperti itu hari-hari ini, bahkan yang lebih ekstrim lagi, kata cinta diungkapkan hanya untuk memenuhi maksud dan nafsu tertentu. Kita bisa melihat fenomena ini dengan jelas.

Bagiku, cinta adalah sebuah hal yang sulit didefinisikan sebagai kata sifat, karena terbatasnya ekspresi dan kata yang kita miliki. Terkadang sering terjadi ketika kita sangat bahagia, kita tidak bisa berkata apa-apa. Bahkan saat momen bahagia, kita menangis, begitupun sebaliknya, saat sangat menderita, beberapa orang mengekspresikannya dengan tertawa.

Bila cinta didefinisikan sebagai kata kerja, mungkin ini lebih mudah untuk dipahami. Karena biasanya, perilaku atau sikap kita terhadap orang yang dicinta dan tidak dicinta itu biasanya berbeda, yang dicinta selalu dilebih unggulkan. Okay, perilaku bisa didefinisikan sebagai kata kerja, dan lebih rasional.

Pandanganku, cinta itu adalah ketika seseorang tidak lagi mementingkan egonya, dan didalam hatinya memiliki keinginan untuk selalu mampu mempersembahkan segala sesuatu untuk yang dicinta. Inilah cinta yang sesungguhnya, ketika kamu memberi segalanya, namun kamu tidak merasa sedikitpun ada yang berkurang dari apa yang kamu miliki. Contoh terdekatnya adalah orang tuamu.

Cinta itu tidak dapat menyakitimu, cinta tidak akan mengecewakanmu, namun harapanmu sendiri yang dapat menyakiti dan mengecewakanmu ketika harapanmu itu tidak tercapai. Jadi, di sini jelas, cinta adalah tentang bagaimana kamu memberi atau mempersembahkan, bukan tentang kamu menuntut orang lain untuk dapat memenuhi harapanmu untuk diberi, itu hal lain dan bukan cinta.

Cinta juga tidak harus membelenggu diri kita. Kita adalah manusia bebas, jangan biarkan dibelenggu dan dibatasi oleh orang lain yang membuat batasan untuk diri kita versi mereka sendiri, karena seharusnya kita lah yanh lebih mengetahui batasan-batasan pada diri kita sendiri.

Hari ini, jarang kita dapat menemukan cinta seperti ini. Kebanyakan hanya berdagang dan kalkulasi, semisal ketika aku mencintaimu, kamu pun harus mencintaiku. Apakah ini dorongan hati, hanya diri masing-masing yang mampu menjawabnya.

Yaa, kita semua harus belajar, hampir dari kita semua pernah terluka, secara tidak sadar padahal karena harapan kita sendiri. Namun, tidak apa yang telah berlalu. Hela nafas dalam-dalam, jadikan itu pelajaran, evaluasi diri, dan rasionalkan harapan-harapanmu, terlebih harapan yang menyangkut orang lain, karena ketika kamu menggantungkan harapan kepada yang berada di luar dirimu, kamu akan selalu memiki peluang untuk kecewa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Filsafat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang