Dialog di Taman

320 67 26
                                    


Daun dan Bunga.


Dua struktur tumbuhan yang berintegritas pada satu ranting besar. Dua struktur yang tak terpisahkan. Sayang, biasanya bunga harus pergi terlebih dahulu dan daun menjadi sendiri tanpa dihiasi warna kemayu.

"Kak Daun."

Panggilan tersebut menyelesaikan segala aktivitas yang dikerjakan Daun Jefferian Kamala.

Daun menutup buku tebal bertuliskan hukum agraria Indonesia pada sampulnya. Lelaki berpakaian kemeja merah berlengan pendek dan celana denim hitam panjang itu tersenyum simpul menyambut kedatangan si gadis ceria.

"Kelasnya sudah selesai?"

"Sudah," tukas Bunga dengan senyum gemilang.

Tak menunggu ucapan dari mulut Daun, Bunga sudah bergeser di samping Daun yang telah berdiri bersama tas punggungnya.

Daun melirik Bunga. "Mau pulang atau makan atau gimana?"

Ia bergumam sebentar sebelum akhirnya senyum ceria kembali terpancar pada bibir manis berpoles lipstik merah muda.

"Pulang. Aku mau bantu bunda buatin kue kering. Boleh?"

"Memang siapa yang mau larang? Ayok kita jalan!" Ajak Daun yang menggandeng tangan Bunga pun berjalan beriringan menelusuri lingkungan kampus sore itu.

Belum sampai setengah perjalanan, Bunga memberhentikan kakinya.

"Kenapa Bunga?"

"Kita jalan dari taman kampus aja yah. Aku suka suasana disana. Boleh?"

"Bolehlah."

Bunga dan Daun melanjutkan langkah mereka, bersama saling menautkan tangan.

Tatapan mereka berpisah.

Hamparan bunga dan tanaman indah lainnya yang menghiasi taman kampus lebih mengugah selera mata.

Bunga sibuk memandangi mawar sedang Daun melayangkan pandangan pada rerumputan hijau dan bunga melati.

"Ciptaan Tuhan benar-benar indah yah. Meskipun udah sore dan matahari hampir hilang, tetap aja bunga-bunganya masih kelihatan segar."

Ucapan panjang lebar Bunga direspon anggukan pelan dari si tuan bernama Daun Jefferian Kamala.

"Tapi," ucap Daun sengaja menggantung kalimatnya.

Bunga menoleh sekilas. "Tapi apa?"

"Kira-kira tanaman ini bisa bertahan sampai kapan yah? Selamanya kah?"

Gadis itu tertawa receh. Mata melengkung ikut tercipta bersama senyuman lebar di bibir.

"Pertanyaan konyol."

"Jelas-jelas gak bakal bertahan lama."

"Semua ada siklusnya, bunga-bunga ini akan mati dan digantikan bunga lain," lanjut Bunga mengakhiri kalimatnya.

Dialog di Taman ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang