"Lave lo bisa gak sih sehari aja gak bikin masalah?"
Lave hanya menghela nafasnya, "ya mana gue tau kalo kesiangan gini."
"Udah tau kalo calon mertua lo itu tukang ngomel. Masih aja bikin masalah." Tukas Nada.
Lave hanya memandang pasrah, "okey sekali lagi maaf deh, maaf ya Nada cantik yang jodohnya juga pasti ganteng."
Nada yang merupakan manager dari Lavender dan juga sahabat dari Danny itu sudah terbiasa dengan hal ini. Lave yang selalu membuat masalah, Danny dan Nada yang menyelesaikannya.
Sejujurnya jika bukan karena ia sahabat Danny dan yang secara otomatis sahabat Lave karena Lave calonnya si Danny nih, Nada udah mau nyerah aja ngurusin si Lavender.
"Kasian gue sama Danny, udah tante Inggit kaya gitu eh ketemu lo yang juga gini amat."
"Harusnya tuh Danny yang bersyukur punya calon isteri kaya gue!" Jawab Lave asal.
"Lagian ya Na, kapan si Danny itu bakal nembak gue jadi pacarnya? Tapi udah diakuin calon jodoh. Yakan aneh kan Na." Curhat Lavender pada Nada.
Nada yang sedang berkemudipun melirik sekilas, "ya lo mikir, Danny tuh gitu karena dia gamau kalo nantinya rumah tangga kalian tiba-tiba hancur karena lo yang posisinya belom bisa sayang sama Danny."
"Gue sayang Na sama Danny." Tanggapnya.
"Tapi lo nggak cinta sama dia. Ya itu sama aja."
Lave melirik lesu. Sebenarnya yang dikatakan Nada memang semuanya benar. Tapi Lave sudah berusaha sebaik mungkin, sekeras mungkin. Namun rasanya tetap saja ia belum bisa mencintai Danny.
Nada yang memandang wajah sendu Lave pun berkata, "udah gak usah sedih. Gue tau kok lo udah usaha sebaik mungkin."
Sebenarnya jika boleh jujur Nada pun menyayangi Lave seiring berjalannya waktu, ia sudah menganggap Lave layaknya seorang calon isteri sahabatnya. Ia pun menghormati Lave sebagai atasannya. Jika bukan karena Lave mungkin saja ia sudah luntang-lantung kesana kemari mencari pekerjaan.
"Jadi gimana nih? Kita pulang aja?" Tanya Nada.
"Na ih lo tau kan calon mertua gue pasti bakal marah-marah lagi ke gue kalo tau telat dan mereka nge cancel kaya gini gara-gara keteledoran gue."
"Udah tau gitu kenapa masih aja diulangin si Lave. Udahlah lo terima nasib aja kalo emang bakal diomelin. Lo diem aja udah menimbulkan kemarahan buat tante Inggit. Kenapa gak sekalian nyebur aja kalo udah basah."
Lave berdecak, "bukan gitu Na, tapi gue lagi kalut hari ini. Gue udah dimarahin tadi pagi, masa iya belom sejam udah mau kena damprat lagi."
"Ya makanya jangan bikin masalah, udah gue bilang berapa kali coba."
"Lo gak mikir kasihan sama Danny? Iya tau kok, kalo Danny disini yang posisinya mati-matian sayang sama lo, cinta sama lo. Udah cukup ya dia sering kena omel tante Inggit gara-gara lo."
Lave memutar bola matanya sebal, "ya kenapa Danny gak ninggalin gue aja. Toh gue bisa hidup sendiri Na. Gue mampu." Lave menekan kata gue mampu.
"Lo nggak mikir Lave? Gimana dia berjuang mati-matian ngeyakinin tante Inggit buat menerima kehadiran lo. Bisa-bisanya seenak jidat lo bilang gitu."
"Itu mah dasarnya aja mama Inggit yang gitu."
"Terserah Lave." Balas Nada.
"Na ayolah kita jalan-jalan. Refreshing sekali-kali ya Na ya? Kan selama ini lo sibuk ngatur jadwal gue yakan?"
"Ngatur jadwal tuh masalah gampang Lave, tapi lo yang nggak gampang diurus. Sebel gue sama lo."
Oke, kali ini Lavender merasa salah, sangat bersalah, "iya maaf ya Na ya?"
"Hmm.. Jadi lo mau kemana?" Pasrah Nada.
"Lo mau kemana Na? Tempat mana Na yang pengin lo kunjungin?"
"Taman kota aja deh ya. Gue takut tante Inggit makin marah kalo kita pergi jauh-jauh." Jawab Nada.
"Siap."
***
"Kok lo kesiangan si tumben." Tanya Ajun.
"Mama marah, jadi gue harus nenangin dulu."
"Kenapa lagi nyokap lo?"
"Lave bangun kesiangan, udah gitu dia kek kesambet diem aja pas lagi dibilangin. Ya udah deh dia makin kena samber badai." Terang Danny.
"Kasian gue liat hidup lo Dan. Udah Lave begitu tingkahnya, emak lo juga sama aja. Stres muda yang ada lo."
Danny terkekeh dan menduduki kursinya, "berlebihan lo."
"Tapi Dan, misal ya misal nih Lave ketemu masa lalunya, apa yang bakal lo lakuin?"
"--gue cuma khawatir Dan, lo yang tersakiti disini."
"Emm.. kayaknya sih misal masa lalu Lave dateng lagi, Lave juga bakal jadi diri Lave yang sekarang. Ya gue tahu gue belom cukup baik memahami masa lalu dia. Gue nggak tahu Lave tuh gimana di masa lalu. Apa dia sebar-bar ini atau dia pendiam, gue nggak tahu."
"Tapi lo tenang aja Jun, Lave pernah bilang ke gue katanya dia nggak mau berurusan lagi sama masa lalu. Dan sikap dia yang sekarang itu hasil dari masa lalunya pasti kan? Gue kira masa lalunya cukup nyakitin dia, sampai-sampai udah empat tahun dia di rumah gue, dia selalu menampik hal itu." Lanjutnya.
Ajun menggeleng, "gila... lo memahami dia dengan sangat baik Dan. Gue harap Lave nggak ngecewain lo."
"Thanks broo."
"Gue saranin sih lo lamar dia buruan Dan."
"I will Jun. Tapi dia belom cinta gue."
"Ya makanya lo lamar aja dulu. Masalah dia cinta itu nanti aja, lo percaya kan Dan kalo cinta itu tumbuh karena terbiasa."
"Gue sih udah mikir gitu, maybe seminggu lagi?"
"Serius Dan? Gue turut bahagia deh kalo gitu." Ucap Ajun senang karena sahabatnya itu akan segera melamar orang yang ia cintai.
"Tapi jangan mentang-mentang lo mau ngelamar lo jadi lupa besok kita ada kunjungan ke Lampung."
"Gue nggak lupa kok."
"Orang yang dapetin lo pasti beruntung Dan." Puji Ajun.
"Tapi gue yang nggak seberuntung itu."
Ajun mengangguk, "iya lo nggak seberuntung itu. Tapi percaya aja Dan, orang yang dapetin lo bakal seberuntung itu."
Danny tersenyum kecut, "hahaa.. Gimana kalo masa lalu Lave lebih beruntung dari gue Jun? Gimana kalo masa lalu Lave lebih beruntung buat ngedapetin Lave daripada gue?"
"Heh pikiran lo itu ya."
Danny berusaha menyembunyikan kegundahan yang ada dihatinya selama ini, "gue masih nggak bisa menampik kalo Lave sayang banget sama masa lalunya. Terlepas dia bakal berusaha menjauh dari masa lalu, tapi kemungkinan buat mereka kembali bersama itu nggak bisa disangkal Jun."
"Terlepas mereka bakal ketemu lagi itu masalah takdir. Tuhan tau yang terbaik buat hamba-Nya, jadi lo nggak perlu khawatir." Ucap Ajun berusaha menangkan.
"Haha kok jadi melow gini si Jun. Najisin tau gak!"
"Ya lo kampret." Umpat Ajun.
Ting
Nada
Dan, gue sama Lave di taman kota. Jadwal pemotretan diundur, gara-gara dia telat.Danny
Tapi dia nggak papa kan?Nada
Tenang, dia aman."Jun, gue ke taman kota dulu ya. Lo handle deh masalah kerjaan. Gue pastiin jam sebelum makan siang, gue udah balik."
"Kenapa lagi Lave?"
"Nggak papa. Gue pamit Jun." Ucap Danny seraya membuka pintu ruang kerja Ajun.
"Bucin lo konsisten Dan." Kata Ajun yang samar-samar terdengar.
----
Ayo-ayo kalian mau naik kapal siapa? Mas bucin konsisten atau mas masa lalu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Compound || Mark Lee
FanfictionMelihat sosok masa lalunya mengalami hal menyakitkan, Mahesa mungkin bisa memakluminya karena kisah mereka hanya masa lalu dan semuanya telah usai. Namun, bagaimana mungkin Mahesa melupakan kebaikan dari sosok masa lalunya yang membawa ke sosok dir...