Bagian satu

1 1 0
                                    

Cahaya mentari masuk melalui ventilasi kamarku, diiringi sahutan klakson kendaraan, seolah menyuruhku segera meninggalkan alas tidur. Kubuka gorden dengan sedikit menyipitkan mata. Walau begitu, terlihat jelas bagaimana  pengendara motor yang saling menyalip satu sama lain, serta kepulan asap kendaraan yang mengapung diluar sana. 
“Masih seperti biasanya” Gumamku.

Merasa bosan dengan apa yang harus kulihat pagi ini, kutinggalkan kamar tidurku dan beralih ke ruang keluarga. Tempat dimana bisa memanjakan rasa malasku.

Saat berjalan menuruni anak tangga, kulihat, Mama sedang memasak.  “Apa menu makanan untuk hari ini, Ma?” tanyaku yang sedikit membuatnya terkejut.

“Rencananya Mama ingin memasak sop bakso dan ayam rica-rica kesukaanmu. Tapi, sepertinya harus Mama tunda pembuatannya” jawab Mama.

“Loh, memangnya kenapa, Ma? Bukannya bahan-bahan dan bumbu yang dibutuhkan sudah lengkap?” jawabku sambil melihat apa yang Mama persiapkan. 

“Memang. Tetapi, Mama butuh satu lagi tenaga untuk memasak ini” katanya sembari melirik ke arahku. 
“Aduh Ma, Mama kan tahu aku ngga bisa masak dan aku harus….” Belum sempat aku meneruskan kata-kataku, Mama sudah melanjutkan
“Harus bermalas-malasan selama hari libur. Begitu maksudmu?”
“Kurang lebihnya begitu deh, Ma" jawabku sembari menunjukkan deretan gigi.

"Hmm... kan, Mama tahu setiap hari Senin sampai Jumat aku lelah sekolah, hari Sabtu kemarin yang seharusnya aku libur pun digunakan untuk kerja kelompok. Jadi nggak salah kan, Ma kalo hari ini aku ingin bermalas-malasan?” lanjutku sekenanya. 

“Yang namanya sekolah pasti lelah, kalo ngga mau lelah, ya nggak usah sekolah. Jadi, kamu siap berhenti sekolah?” jawabnya.
“Tentu nggak dong, Ma. Kalau aku nggak sekolah, mau jadi apa nantinya” jawabku dengan tertawa kecil. 
“Tanpa Mama jelaskan kamu juga paham. Sudah, sekarang bantu Mama, atau uang jajanmu Mama korting” telak.
“Iya” jawabku pasrah. 

Mama selalu begitu. Kalau aku tidak menuruti apa yang dikatakannya,  pasti ada saja penawaran sepihak,  yang tentunya merugikanku. Tetapi,  itu tidak mengurangi rasa sayangku padanya.

Selepas itu, aku kembali melanjutkan ritual dihari ini. Ya, sama seperti remaja pada umumnya, yang lebih memilih menonton film favorit sambil rebahan. 

“Yaelah, pemalas banget punya adik.”

Aku terhenyak, entah sejak kapan Kakakku berada di sampingku.
“Jangan ganggu waktu liburku!” Ucapku sedikit sinis.
“Perempuan itu, harusnya bangun pagi, mandi, dan buatkan sarapan pagi.”

“Kamu bangun terlambat, wahai Abang cimol. Coba, kamu buka tudung saji di meja makan! itu tanda bahwa aku bangun lebih pagi dari biasanya, aku bantu Mama, loh."

"Lalu, kamu sudah berbuat apa saja dipagi yang indah ini wahai, Abang?" Ucapku dengan nada sedikit mengejek.

“Ra, kita hanya tinggal berdua di rumah ini” jawabnya.
“Sudahlah, Abang mandi sana!” ketusku.
“Iya” Jawab Abangku sembari melangkahkan kaki menuju kamarnya.

SesosokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang