Sweeter than bubblegum

251 30 12
                                    

THIS STORY CONTAINS :
harsh word, Blue Lock major spoiler

Kerumunan berdempetan hanya menyisakan sedikit ruang oksigen untuk dihirup, Yume yang hampir tenggelam dalam lautan manusia itu—berhasil keluar. Jika ada acara olahraga disitu ada Yume,  sebagai seorang jurnalisme olahraga, ia tak akan melewatkan acara besar seperti Japan U-20 vs Blue Lock. Tidak, tidak akan ia melewatkan sebuah pergantian era baru dalam dunia sepak bola Jepang. 

Kamera yang sedari tadi bergelantung, kini aktif siap untuk menangkap segala momen sesuai perintah tuannya, netra heterokromia hitam putih dengan tajam menyaksikan lapangan megah hijau itu, foto demi foto ia tangkap dari berbagai sisi. ‘Setelah ini aku harus wawancara dengan pelatih Blue Lock!’ Batin si gadis sambil menatap pelatih berambut mangkok di bawah sana. 

Inoue Yume punya dua tujuan sampai-sampai ia rela menghabiskan banyak uang untuk sampai di sini. Pertama,  untuk membuat artikel mahal, lalu kedua menemui orang yang dulu pernah jadi miliknya. Yah karena dia sudah tau seperti apa wujud orang itu jadi dia sedikit melupakan tujuannya yang kedua.  

Lebih tepatnya dia sudah mengunci orang tersebut dalam pandangannya dan akan mendekatinya nanti setelah tujuan utamanya berhasil.

“Hei nona!”

Suara barusan terlalu familiar untuk Yume, menoleh ke sumber suara hanya untuk mendapati pemuda dengan netra biru tersenyum lebar padanya. “Jika aku bisa mencetak gol, mau kencan denganku?”

‘Jika aku bisa mencetak gol setelah ini, bagaimana jika kita menonton bioskop?’

Aneh. Hanya itu yang bisa Yume pikirkan saat melihat kesamaan pemuda itu dengan dirinya 80 tahun yang lalu. Memang hebat permainan takdir Tuhan. Si hawa tersenyum simpul hendak menggoda si adam, “Aku? Haha boleh, kalau gak bisa pun boleh Karasu-chan~”

“H-HAH?! KOK BISA TAU NAMAKU?!”

Dari belakang temannya memukul kepalanya, “Dari punggungmu goblok.”

“Oh iya ya.”

Yume terkekeh, pemuda tadi menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Y-YA POKOKNYA KITA SUDAH BUAT PERJANJIAN YA!" lantas kembali ia kembali bergabung dengan timnya.

Lentik tangannya bergerak meraih buku kecil lalu menulis diatas kertas putih. Menghiraukan keramaian yang ada, Yume mengunci mulutnya malas mengeluarkan suaranya.

"Nona, jika terus menatap buku nanti kepalamu meledak lho!"

"ha?" Usai suara tersebut masuk ke indra pendengarannya, Yume mengangkat kepalanya hanya menemukan Karasu yang menatapnya, membuat si pemilik surat biru navy mendecak pelan. "Ku kira apaan."

Yume mencatat, ia mencatat pertandingan tersebut meskipun akan ada rekaman ulang dan hasil sah dari pihak yang bersangkutan. Namun, menurut sang gadis hasil dari penonton lah yang valid karena itu ia mencatat. 

Di sisi lain Karasu mengacak kasar rambutnya, perasaan frustasi yang terus bertambah membuatnya tidak fokus dalam pertandingan. Di tengah tekanan batin tersebut ia menangkap Isagi dalam penglihatannya, sang pemilik netra biru tersenyum lebar. "Hey orang biasa!"

"Sudah ku bilang jangan panggil aku begitu sialan. Kenapa?" Isagi melipat tangan, merasa tidak yakin dengan senyuman 1001 arti milik Karasu. Ada yang tidak beres ini.

"Kau tau ada perempuan yang ku suka—"

"Tidak terima kasih. Tidak ada tapi juga, bayar kalau mau minta tolong."

Karasu mendecih, "Itu mah pinjam jasa anjing. Cuman bantu aku cetak gol doang my friend." Pemuda tersebut menggantungkan tangannya di bahu sang kawan namun cepat-cepat ditepis.

𝐑𝐄𝐒𝐓𝐀𝐑𝐓 ˒˒ TABITOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang