HAPPY READING
"Balikin ciki gua!" pekik Rio.
Saat ini mereka sedang berkumpul di markas yang tampak ramai karena keributan antara Rio dan Putra yang memperebutkan makanan ringan.
"Bagi dikit napa, pelit banget lo jadi orang," kata Putra, sembari memakan makanan ringan yang dia rebut dari Rio.
"Yaelah, ciki doang beli lagi sono," ujar Regan.
"Mana sini duitnya," pinta Rio kepada Regan sambil menyodorkan tangan ke arahnya.
"Pake duit lo lah,"
Mendengar perkataan Regan, Rio pun mencebikkan bibir nya kesal. Sementara anggota Thaddeus yang melihat itu menatap Rio jijik.
"Najis geli gua, gak cocok." kata Langit, membuat Rio semakin mencebikkan bibirnya.
"Ngomong-ngomong, lo semua merhatiin gak sih akhir-akhir ini si Lia berubah banyak. Ya, kalian semua tau dari mulai penampilan, cara ngomong, dan bahkan dia gak agresif kayak dulu," ujar Gio membuat mereka semua menoleh ke arahnya.
"Kalo di liat-liat sih gitu," Rio mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Maksudnya?" Tanya Putra. Kemudian Gio mengetuk kepala Putra dengan kesal.
"Ya, selama ini lo tau kan dia gimana. Dia gak pernah biarin siapapun deket sama Raka, walaupun dia gak pernah ngintilin Raka. Tapi, dia kadang suka berusaha bikin Raka terkesan," jelas Gio, dibalas anggukkan Rio.
"Menurut lo gimana?" Tanyanya pada Athaleo.
"Gua gak tau, tapi gua rasa dia emang berubah," ujar Athaleo.
"Setiap orang punya titik lelahnya masing-masing," ujar Eros tiba-tiba membuat mereka menatap Eros.
"Maksud Eros itu, Lia kan berjuang mulu tuh buat dapetin cinta nya Raka, mungkin aja sekarang dia udah nyerah buat dapetin cintanya Raka," jelas Regan.
"Bisa jadi," ujar Putra, sementara Rakailo hanya diam memainkan ponselnya. Lagi pula, dia pun tak peduli.
Sementara saat Langit memainkan ponsel, ia melihat instagram nya dan dia tak sengaja melihat cerita yang Athalia bagikan. "Yo, siapa?" Tanya Langit sambil menunjukkan snapgram Athalia kepada Athaleo.
"Oh, abang gua. Lagi koma di rumah sakit," ucap Athaleo dan mengembalikkan ponsel Langit.
"Sejak kapan lo punya abang?" Tanya Putra.
"Sejak gue lahir," ujar Athaleo polos.
"Lah kok, kita gak tau?" tanya Gio.
"Kan, kalian gak nanya," balasnya lagi.
"Dari kapan dia koma?" Tanya Rakailo yang akhirnya membuka suara. Namun belum sempat Athaleo menjawab, dia mendapat panggilan dari Athalia.
"Halo dek"
"Riel ke rumah sakit sekarang! bang Alva kritis lagi,"
"Yaudah gua ke sana sekarang, lo tenang dulu jangan nangis!" Athaleo menutup panggilannya dan beranjak dari duduknya.
"Siapa?" Tanya Rakailo yang melihat raut panik Athaleo. Namun, pertanyaan Rakailo tak dihiraukan olehnya.
"Lu mau kemana?" Tanya Regan, Athaleo menoleh dan menjawab. "Ke rs abang gua kritis lagi,".
"Kita ikut" putus Rakailo dan mereka segera menuju Rumah Sakit tempat kakak Athaleo dirawat.
.....
Sesampainya disana, mereka segera menuju ruangan tempat dirawatnya kakak Athaleo. Di depan ruangan sudah ada orangtua Athaleo, Athalia, dan juga para sahabat Athalia. Mereka melihat Athalia dan Bunda nya yang menangis di dekapan sang Ayah.
"Gimana keadaan abang?" Tanya Athaleo panik.
"Masih di tangani dokter" ujar sang Ayah
"Riel, abang kritis." ujar Athalia lirih dia masih sesenggukan, Athaleo pun memeluk kembaran nya itu untuk menenangkan.
"Tenang oke? pasti semuanya bakalan baik-baik aja," Athaleo mengelus rambut Athalia yang masih terisak dalam dekapan nya.
Baru kali ini mereka melihat Athalia seperti ini, mereka fikir jika mereka di posisi itu pasti mereka pun akan seperti Athalia.
"Dia bisa nangis?" bisik Rio, dibalas delikkan oleh Putra.
"Bisa lah bodoh, dia juga kan manusia," kesal Putra setengah berbisik.
Sesaat kemudian dokter keluar dari dalam ruangan, Athalia langsung menghampiri dokter itu. "Dok, abang saya baik-baik aja kan dok?" Tanya nya parau, dokter pun tersenyum.
"Kondisi pasien sudah stabil dia berhasil melewati masa kritis, tapi kondisi pasien masih koma. Yasudah, saya permisi, mari." Athalia yang mendengar itu sedikit lega tapi dia masih menangis.
"Riel, Ayah sama Bunda mau ambil pakaian dulu. Kamu jagain abang juga jagain El ya, Malam ini kita menginap di sini," ujar sang Ayah, dibalas anggukkan oleh Athaleo, dan masuk ke ruangan tempat kakak nya dirawat.
Melihat Athaleo masuk, teman-teman nya pun ikut masuk. Namun, belum saja masuk Athalia sudah menghalangi mereka dan menatap Rakailo dengan marah.
"Lo gak boleh masuk," tekannya.
Rakailo menaikkan sebelah alisnya dan berdecak, malas meladeni drama yang dibuat Athalia, "gua mau masuk. Minggir,"
"GUE BILANG GAK BOLEH YA GAK BOLEH!" bentak Athalia marah membuat Rakailo dan teman-teman nya binggung.
"Kita cuman mau jenguk abang lo aja, Li." ucap Regan menjelaskan.
"Gak! Gue gak mau abang gue makin sakit," histerisnya, membuat Tanisha dengan sigap memeluknya.
"Udah kalian tunggu di sini aja ya, gue mohon!" pinta Tanisha.
"Oke," putus Eros, dengan terpaksa mereka menunggu di luar ruangan.
Tak lama Athaleo keluar, sedangkan Athalia dan teman-teman nya menjaga di dalam.
"Kalian gak masuk?"
"Kita gak diizinin Lia, Yo." jawab Rio
"Hm, kayak nya dia masih takut bang Alva di datangi banyak orang deh," kata Athaleo, membuat mereka mengernyit.
"Kenapa?"
Athaleo menghelan nafas, "gue belum bisa cerita sekarang, tapi El jadi kayak sekarang itu semenjak bang Alva koma,"
"Jadi, dia suka bully karna itu?" Dijawab anggukkan oleh Athaleo.
Beberapa saat kemudian orang tua Athalia kembali ke rumah sakit dan mereka berdelapan berpamitan untuk kembali ke markas.
Akhir-akhir ini perasaan Athalia selalu bercampur aduk, sadar tak sadar dia merasa perasaan nya bukan lah perasaan miliknya. Melainkan perasaan milik Athalia asli.
Dia juga masih binggung, mengapa dia merasa semarah itu ketika melihat wajah Rakailo. Dia juga menyadari bahwa akhir-akhir ini dia membenci Brianna juga. Entahlah, dia takut jiwa nya dan jiwa Athalia asli menyatu. Dia hanya ingin kembali, tidak lebih. Walaupun disini lumayan menyenangkan tapi tetap saja disini adalah dunia novel yang tidak nyata.
Belum lagi, saat ini dia sama sekali tidak tau caranya kembali. Dia juga belum mencari tau.
.....
To be continue

KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In A Novel (HIATUS)
FantasiSetiap orang adalah tokoh utama dalam kisahnya masing-masing. Seperti layaknya cerita fiksi, hanya saja dalam cerita fiksi mereka terfokus dengan satu tokoh utama, dan yang lainnya adalah pendamping. Tak peduli seberapa buruk sifatnya, dia akan teta...