1. Semester Kedua

253 20 1
                                    

Semester kedua di Magic Academy telah tiba. Saat - saat paling sibuk, dimana kebanyakan pendaftaran organisasi dan perlombaan dibuka.

Nana, yang memilih untuk tidak mengikuti kegiatan apapun merasa aman - aman saja. Dari sesampainya ia dari sekolah, Nana terdiam bosan, duduk diantara bisingnya siswa - siswi yang berkumpul sambil mengobrol dan bermain game moba menunggu bel masuk. Melihat hal itu, Mathilda, teman sebangkunya, menepuk - nepuk pundak Nana yang terlihat bengong untuk bergabung dengan obrolan tentang pendaftaran OSIS.

"Nana, daripada diem aja mending sini ngobrol sama kita!" Seru Mathilda. Nana membalikkan badannya, melihat ke sekumpulan orang yang masih asyik mengobrol.

Nana bergabung dengan Mathilda dan teman - teman sekelasnya itu, mengobrolkan hal - hal yang bersangkutan dengan OSIS.

"Katanya sekarang Harith, yang sekarang jadi wakil ketua mau nyalonin jadi ketua OSIS, loh!"

"Wah masa? Kalau gitu calon wakil ketuanya siapa?"

"Gak tau sih, tapi kayaknya Kak Popol sih, dia kan hebat! Pernah ngebina kelas kita juga, kan?"

Nana yang berada diantara Mathilda dan teman - temannya itu merasa obrolan ini jauh membosankan daripada duduk diam di bangku. Ia kemudian beranjak dari bangkunya dan berjalan keluar mencari angin segar.

Nana berjalan memutari lingkungan sekolah dari toilet, kantin, bangunan kelas 1 dan lapangan basket, namun masih merasa bosan. Kapan sih bel masuknya? Batinnya kesal. Namun kemudian ia terpikir untuk pergi ke perpustakaan melewati bangunan kelas dua. Nana penasaran dengan kelas dua, karena hanya pernah satu kali lewat, saat pengenalan lingkungan sekolah. Dengan semangat, Nana berjalan melewati kelas dua menuju perpustakaan. Nana fokus memperhatikan ruangan kelas dua sampai tidak memperhatikan kalau ada orang yang baru keluar dari kelas 8-C membawa setumpuk kertas didepannya.

Bruk!

"Agh!"

Orang itu tanpa sengaja melepaskan genggamannya dari tumpukan kertas yang dibawanya, hingga kertas - kertas itu tercecer dimana - mana. Matanya membelalak kaget, melihat ada perempuan yang terjatuh diantara kertas - kertas berserakan yang dibawanya.

Nana menopang tubuhnya yang jatuh terduduk dengan tangannya, berusaha untuk berdiri. Namun orang itu kemudian mengulurkan tangannya kearah Nana yang terduduk dan mencoba membantunya. Nana yang melihatnya merasa tidak terima, ia mengabaikan uluran tangan dari orang itu dan justru mengumpulkan kertas - kertas yang bertebaran disekitarnya, dan memberikannya pada orang itu.

Setelah menerima setumpuk kertas yang dikumpulkan Nana, ia menatap wajah Nana yang terlihat meremehkan itu dengan tatapan kesal. Nana yang melihat wajah kakak kelas itu menyilangkan tangannya didepan dada dan menatapnya dengan tatapan sinis.

"Untung aku udah ngumpulin kertas selebaran kamu. Kalo engga pasti udah kerepotan sekarang!" Serunya dengan nada mengejek.

Mata dari orang itu menatap dingin ke arah Nana yang sedang tertawa kecil meremehkannya.

"Ngumpulin kertas itu gampang, ngapain direpotin?" Orang itu menjawab ejekan Nana dengan santai sambil membetulkan tumpukan kertas berantakan yang diberikan Nana. Nana yang melihatnya langsung merapatkan giginya, kemudian menggerutu atas jawaban orang itu.

Sebuah selebaran yang tadi jatuh disodorkan kepada Nana. Nana yang melihatnya langsung menyambar dan membacanya dengan teliti. Alisnya bertaut, merasa asing dengan isi dari selebaran tersebut.

"Ini apaan dah?" Serunya sambil menyodorkan gambar yang ada dalam selebaran tersebut. Orang yang memberikan selebaran tadi kemudian memperhatikan isi selebaran itu, dan kembali memandang Nana sambil mengangguk.

Duo Nya~!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang