Part 28

3.5K 401 56
                                    

"Kita harus bergerak cepat sebelum kekuatan Lucifer sempurna. Jika kekuatannya sempurna akan sangat sulit mengalahkannya."

Michael menghembuskan napasnya. Dari singgahsananya ia menyaksikan dan mendengar sendiri semua rencana dan obrolan antara kaumnya tentang bagaimana cara menculik Jimin, semua rencana di atur oleh Lilith. Michael menengadah, memejamkan mata, "Semuanya sudah digariskan. Ini demi kebaikan."

"Yang Mulia, saya tidak percaya anda diam saja ketika ketidakadilan akan terjadi di sini? Kenapa anda diam saja, Yang Mulia? Kita bisa membuat dosa besar jika menghabisi manusia baik seperti Jimin!"

"Hei, kau hanya malaikat biasa, diam saja dan jangan ikut campur! Manusia itu tidak lagi baik setelah berhubungan dengan iblis. Bukankah sudah tugas malaikat untuk menghukum yang berdosa? Teman manusia mu itu pendosa, dan kita semua disini akan menghukumnya!"

Rafael menatap sengit Lilith, sama sekali tidak takut dengan teriakan wanita iblis itu. Dia akui bahwa memang salah hubungan antara Jimin dan Jungkook, itu menentang takdir. Hanya saja itu tidak sepenuhnya salah Jimin. Dari zaman Rigel dulupun Lucifer lah yang menculik dan memaksa hubungan mereka, dan sekarang zaman Jimin sudah jadi manusia pun Jungkook lah yang memaksa hubungan tersebut. Ini tidak sepenuhnya salah Jimin. Seharusnya jika Jimin di hukum maka Jungkook juga harus di hukum.

"Lilith, sebelum mengatakan Jimin berdosa seharusnya kau juga melihat bahwa raja-mu lah yang menjebak dan membuat Jimin berbuat dosa ini, maka jika kau ingin menghukum Jimin maka hukum juga raja-mu itu!"

"Kau pikir ada seseorang yang bisa menghukum makhluk terkuat di alam semesta? Tidak ada yang bisa, malaikat busuk! Jika kau ingin menghukum Lucifer, maka bunuh cintanya. Karna itu kita harus membunuh Jimin dan menghentikan dosa ini tumbuh lebih besar."

Rafael mengepalkan tangannya kuat, namun setelahnya ia mengusap wajah kasar. Rafael benci mengakuinya tapi apa yang Lilith katakan itu benar. Hubungan Jimin dan Jungkook itu dosa, setiap pendosa harus dihukum. Tapi--tapi Rafael sungguh tidak rela jika temannya sekali lagi harus meninggal, ia tidak akan tega dan sanggup melihat kehancuran temannya ada di depan matanya dan dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

Rafael mendongak dan kembali menatap pimpinan kaumnya--Michael. "Yang Mulia, anda benar-benar akan membiarkan ini terjadi?"

"Ini adalah hukuman bagi pendosa. Bukankah memang sudah tugas kita menghukum pendosa, Rafael?"

***

Jimin berusaha membuka matanya ketika sinar mentari menelusup masuk ke dalam kamar dirinya dan Jungkook. "Tidurmu nyenyak, Jimin?" Pertanyaan lembut dengan suara rendah dan usapan di pipinya membuat Jimin mengerjap dan menatap mata semerah darah yang berada tepat di hadapannya. Jungkook tersenyum.

Jimin tersenyum dan mengangguk, "Kau tidak tidur, Jungkook? Posisimu sejak semalam tidak berubah, masih dengan posisi setengah berbaring menghadap ke arahku."

Jungkook tidak tahan untuk tidak mengecup bibir plum Jimin yang bergerak-gerak ketika berbicara, lucu sekali. "Aku memang tidak tidur."

Semalam Jungkook memang tidak tidur. Semalaman dirinya hanya berbaring menyamping melihat seluruh inci wajah terkasihnya. Mengagumi dan memuja setiap lekuk bibir, mata, dan semua yang ada disana. Berpikir kenapa bisa ada seorang pria yang secantik suaminya.

"Kenapa kau tidak tidur? Kurang tidur bisa membuat lelah dan lesu sepanjang hari, Jungkook." Omel Jimin.

Jungkook terkekeh, mencuri satu kecupan lagi, "Sebenarnya aku tidak butuh tidur, Jimin. Tidur atau tidak itu tidak akan berefek apapun pada tubuhku."

DEVIL JEON [Kookmin/Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang