Tenggorokan namja itu terasa kering, terpaksa bangun dari tidur pulasnya demi meneguk segelas air. Mengerjapkan matanya samar-samar netranya menangkap matahari tengah bersinar terang. Rasanya ia baru tidur sekejap karena malamnya ia tidur terlalu larut alhasil pening menerjang kepalanya
Tungkai itu melangkah keluar dari ruangan bercat putih tersebut. Tangannya terus memijat pelipisnya, pening itu tak kunjung hilang. Melahap selembar roti akan menghilangkan pening ini, pikirnya. Saat melewati ruang keluarga yang bertepatan dengan dapur diseberangnya, ia mendapati Jisoo tengah duduk beralaskan matras yoga di teras kolam renang membelakangi dirinya. Rumah ini memiliki kolam renang yang berada di sisi timur, berdampingan bersama ruang keluarga hanya dibatasi oleh pintu berlapis kaca yang otomatis kolam tersebut menjadi pemandangan utama jika melihat ke arah luar
Tanpa menghiraukannya, Seokjin lantas menghampiri meja makan. Disana terdapat sebuah mug yang penuh akan kepulan asap, tanpa berpikir panjang lelaki itu segera meneguknya perlahan. Coklat. Lidahnya mengecap rasa coklat yang menenangkan. Entah mengapa pening di kepalanya perlahan memudar begitupun dengan moodnya yang mulai membaik
"Eoh. Selamat pagi!"sapa Jisoo dari belakang. Seokjin hampir tersedak oleh coklat panas
Lelaki itu membalikkan badannya, sebuah pemandangan pagi hari yang langka bagi Seokjin melihat istrinya mengenakan crop top hingga perut ratanya terekspos. Selama ia mengenal Jisoo, yeoja itu selalu mengenakan pakaian yang tertutup dan terkesan sopan. Baru kali ini Seokjin mendapati Jisoo dengan pakaian seterbuka ini. lalu rambut panjang yeoja itu yang dikuncir kuda memperlihatkan leher jenjang putih. Seketika Seokjin meneguk ludah
"Akan aku buatkan yang baru"ucap Seokjin ketika yeoja dihadapannya melirik mug yang digenggam
"Gwenchana. Aku sudah tidak menginginkannya lagi"sergah Jisoo yang diangguki Seokjin
Tanpa mengucap sepatah kata lagi Jisoo segera menggerakkan tungkainya menuju kamar dengan perasaan yang campur aduk. Tatapan itu kenapa membuatnya salah tingkah. Maka dari itu, ia memilih untuk pergi dari hadapan Seokjin
Sepeninggalan Jisoo, Seokjin kembali meneguk hingga habis coklat panasnya. Tidak, lebih tepatnya milik istrinya yang ia habiskan. Bibir bawahnya ia gigit, mencoba menahan sesuatu yang akan meledak
Beberapa menit berlalu, suara ketikan keyboard ponsel mendominasi meja makan sedari tadi hingga derap langkah kaki terdengar. Jisoo telah kembali dari kamarnya dengan badan fresh sesudah mandi. Manik mata yeoja itu menangkap Seokjin yang masih setia ditempatnya sembari mengetikkan sesuatu. Jisoo mendekati Seokjin, untuk mengambil mug kosong tentunya. Indra penciuman Seokjin menghirup aroma cherry blossom yang manis ketika Jisoo berada di sampingnya, lagi-lagi lelaki itu kembali menggigit bibir tebalnya
"Jisoo-ssi"
"Ne?"Jisoo menoleh
"Bisa kau temani aku pergi ke toko bunga siang nanti?!"
'Eh! Toko Bunga?'batin Jisoo
"Tapi aku harus membersihkan taman belakang"
"Akan ku panggilkan tukang"
Awalnya Jisoo ragu-ragu menjawab tawaran Seokjin, berhubung ia juga membutuhkan bibit bunga untuk dirinya tanam di pekarangan jadi ia menyetujui tawaran tersebut
Suara perkakas masak saling beradu berhasil mengalihkan pandangan Seokjin yang kini tertuju terhadap punggung yeoja disana. Tangannya begitu luwes menggunakan peralatan memasak, seperti terbiasa akan kegiatan dapur
"Aw"ringisan Jisoo sontak membuat Seokjin bangkit dari duduknya dan lantas menghampiri istrinya itu
"Berhati-hatilah"ujar Seokjin melihat Jisoo yang tengah membasuh telunjuk kirinya, darah terus mengalir dari luka irisan itu
KAMU SEDANG MEMBACA
The M
Fanfiction'i say happy, dream, and.. love" -Kim Jisoo' Perjodohan yang direncanakan kedua orang tua membuat mereka bertemu. Namun keputusan ditangan mereka. Akankah mereka dapat menerimanya? Seokjin dengan hati bekunya akan luluh oleh perilaku seorang Jisoo...