"Lia..." Lia tertahan. Dia tak bisa melanjutkan langkahnya lagi karena tangannya dicekal oleh Daren. Jika saja dia tidak menampik elusan lembut Daren, ia pasti akan terlena.
"Daren. Kumohon. Sejauh ini kita baik-baik saja. Tidak akan ada yang berubah meski kau merenggut apa yang kupertahankan mati-matian."
"Lia...."
"Daren... maaf aku tetap tidak bisa. Jika kau menginginkan seperti apa yang mereka miliki, jangan denganku." Daren tertunduk. Ada rasa menyesal karena membuat gadis itu tak nyaman berada di dekatnya tapi ego Daren lebih mendominasi dari hati nurani. Ia mendekat ke arah Lia. Ia memojokkan Lia. Lia menatap ke arah Daren dengan tenang namun guratan kecewa dan sedikit rasa takut terlihat jelas di mata Lia.
"Kupikir kau berbeda. Ternyata aku salah." Lia menunduk. "Bagaimana bisa aku menjadikanmu teman? Bagaimana bisa kita menjalani hari tanpa ada rasa apapun? Aku bodoh! Lia yang malang! Daren, maaf." Serbuk cabe mengenai mata Daren. Lia juga menendang Daren begitu kencang dan segera berlari meninggalkan lelaki itu.
"Lia? Ada apa? Tubuhmu gemetar." Lia menggeleng.
"Oh iya, Daren kemana?" Lagi-lagi Lia menggeleng.
"Mari kita lanjutkan rapat."
Darendatang dengan mengerjapkan mata berkali-kali dan mencoba terlihat biasa. Diamengambil posisi duduk agak menjauh dari Lia. Dia sering mencuri pandang kearah gadis itu dan menunduk ketika tak sengaja Lia juga memandangnya. "Kalianini kenapa?" tanya salah seorang kawan mereka. Lia dan Daren sama-samamengggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
DaLia
RomanceSetiap keputusan memiliki alasan. Keputusan juga memiliki resiko yang harus ditanggung. Seseorang harus benar-benar siap dengan segala hal yang akan timbul di balik sebuah keputusan. Dan Daren tidak paham dengan segala konsekuensi yang akan ia terim...