R09

35 2 2
                                    

R E M E A N T

__09__

IRHAM POV

Hari ini usai dari sekolah aku, Anton, Hana dan Asfi mulai melaksanakan rapat sie. Humas dan Sponsorship. Kami memulai dari mendata orang-orang yang akan diundang, mendata sponsor dan lain sebagainya. Rapat berjalan lancar, ternyata Anton dan Hana telah memiliki pengalaman dalam hal Sponsorship maka jalannya rapat menjadi lebih lancar dan mudah. Kami hanya menghabiskan waktu kurang dari sejam dan sudah lumayan menghasilkan. Ketika rapat besar nanti aku jadi langsung bisa memberikan hasilnya.

Usai rapat kami berempat memutuskan untuk nongkrong di warung Bi Iyem. Ternyata sudah ada Kaylila, Naren dan juga Putra. Mereka bertiga khusyuk menikmati seporsi Indomie rebus dengan telur. Godaan yang nikmat! Akhirnya aku pun memesan semangkuk Indomie soto + telur dan cabe. Ini adalah surga kenikmatan.

Dan semua makanan yang aku telan, aku keluarkan ketika sekembalinya aku ke posko. Aku keluar dari kamar mandi dengan tubuh lemas, Tyas berdiri tak jauh dari kamar mandi.

"Oh, mau ke toilet? Sorry kalau agak kotor." Aku bergerak memberi ruang dengan maksud agar Tyas dengan leluasa masuk ke dalam toilet. Namun diluar dugaan, gadis itu malah mendekatiku dan memegang lengan kiriku.

"Enggak kok, aku tadi denger kamu muntah-muntah. Kamu sakit ya, Ham? Kamu mending istirahat aja. Udah makan belum? Udah minum obat? Kamu jangan makan yang aneh-aneh dulu ya. Nanti aku bikinin bubur deh." Aku tersenyum kikuk dan melepaskan perlahan tangan Tyas dan lenganku.

"Iya, Irham gak apa-apa. Tenang. Sekarang Irham mau ke kamar. Tyas masak, kan? Yaudah gak apa terusin aja masaknya." Gadis itu menatapku dengan pandangan, khawatir. Aku tersenyum lebar dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Setelah menepuk pundaknya pelan aku berlalu meninggalkannya menuju kamar para lelaki.

Perkiraan ku meleset, ketika aku berpikir bahwa setelah memasuki kamar aku akan bisa beristirahat dengan tenang. Alih-alih tenang, kamar malah menjadi riuh karena ulah beberapa anggota kelompok wanita yang masuk ke kamar lelaki. Mereka bertiga duduk tak jauh dariku yang tengah berbaring seorang diri -tadinya-.

Mereka bertiga terus berbicara mengenai menjaga kesehatan dan pola makan sehat. Salah satu diantaranya mempertanyakan apa-apa saja makanan yang telah masuk ke dalam mulutku hari ini. Tentu aku tidak memberikan jawaban pasti, selain hanya 'ya makanan biar kenyang'.

Aku tidak tahu sudah berapa lama yang jelas sampai kompresan handuk -yang diberikan Tyas- di jidatku kering, mereka bertiga tidak juga pergi meninggalkan kamar. Ketika sebuah kepala menyembul di daun pintu, dalam hati aku bersorak girang. Aku yakin jika dia masuk ke dalam kamar, ketiga wanita ini akan keluar dari sini.

Maka dengan penuh semangat aku bangun terduduk kemudian aku berseru, "Eh, Nika! Sini-sini!"

Danika hanya diam mematung tidak begerak sama sekali. Muka polosnya ituloh, lucu sekali. "Sini! Ngapain bengong?!" Ujarku sedikit tidak sabaran. Dia emang tidak peka sekali. Ini adalah permintaan tolongku secara tersirat, Danika.

Dan seperti yang sudah aku duga, ketiga wanita tersebut beranjak pergi setelah memberikan beberapa peringatan padaku dan juga Danika. Ya tidak jauh dari harus istirahat dan Danika jangan menggangguku terlalu lama. Ya sama saja seperti mereka ini.

"Ada-ada aja deh, untung kamu dateng. Tapi kalau kamu sih aku gak keberatan digangguin. Semalaman juga gak pa-pa." Aku menarik-turunkan alis menggodanya dan seperti perkiraan dia malah mengancam akan memukulku. Aku benar-benar bersyukur Danika memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, jika ia tadi menolak aku tidak tahu lagi akan seperti apa menanggapi ketiga wanita itu.

Remeant : IrhamWhere stories live. Discover now