01

116 32 12
                                    

"ECAA!!" Tepat saat Eca menyentuh lantai. Suara pekikan abangnya yang tampak sangat murka terdengar di kupingnya.

Tubuhnya refleks menegang dengan bergetar, takut.

"LO KEMANA AJA?!!" Bentakan Zergan menggema.

Eca diam, hanya bisa menunduk takut, tak berani menjawab atau menatap sang abang yang sangat marah.

Zergan yang tidak mendapat jawaban dari adik nya itu sontak memegang bibir sang adik yang tampak pucat. "Kalau di tanya itu jawab! lo punya mulut!"

Dengan gerakan cepat Zergan menghempaskan wajah Eca ke samping.

plak

Panas menjalar. Tubuh Eca semakin menegang dan bergetar hebat.

Tak menghiraukan, Zergan kembali menampar keras wajah sang adik disertai kalimat-kalimat yang begitu menyakitkan.

"Adek ga berguna!!"

plak

"Cuman bisa nyusahin!"

plak

"Setiap malem kelururan!, LO MAU JADI JALANG?!!!"

plak

"Hidup lo tuh ga berguna, Eca!. Mati aja lo sono anjing!"

Setelah puas menampar, Zergan menyeret Eca kedalam gudang yang tampak gelap dan mengerikan.

"M-maaf, Abang.." Kata Eca, ia mengakui kesalahannya. Dengan pipi yang begitu panas dan nyeri Eca bergumam. "Bunda.., tolong jemput Eca.."

Zergan semakin naik pitam, setelah sampai di depan gudang lantas ia melempar tubuh sang adik tanpa manusiawi.

Tanpa rasa kasihan, Zergan mengunci sang adik di dalam gudang dan membiarkan Eca berteriak.

"Abang! Bukain pintunya, abang!!" Eca menangis histeris sambil menggedor-gedor pintu di depannya dengan keras.

"Abang!! bukain pintunya! Eca mohon!!" Tak mendapat jawaban dari sang abang, ia mun memilih menyerah lalu duduk di pojok gudang seraya memeluk lututnya.

"Bunda.., kenapa abang jahat sama Eca?,"

"Eca salah apa, bunda?."

Pagi pun tiba, Eca mengerjap kan matanya lalu menatap pintu di depannya yang sedikit terbuka.

Huh, syukurlah abang nya membukakan nya pintu, jika tidak mungkin saja ia tidak bisa bersekolah.

Dengan gerakan yang cepat Eca berdiri kemudian berjalan kearah kamarnya dengan sedikit kesusahan karena kepalanya yang pusing.

Setelah mandi dan memakai baju, Eca menyisir rambutnya sambil bercermin. Ia lihat wajahnya yang pucat dengan kantung matanya yang hitam.

Tak menghiraukan ia kemudian keluar kamar dan berjalan menuju pintu utama, namun saat melihat abang nya yang sedang mencuci motornya sambil mendengarkan musik ia mengurung niatnya.

Karena takut merusak mood sang abang, ia memilih berjalan keluar melewati pintu belakang.

Tawa menggelegar di dalam kelas, dilihat mereka sedang menjahili salah satu teman kelas mereka.

"Cupu! tugas gua mana?." Tanya sang ketua kelas--Drenzi.

"Ini buku nya, tugas nya belum gua kerjain semua." Eca mengeluarkan setumpuk buku di dalam tas nya.

Tentang EcaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang