Bab 4

122K 13.3K 607
                                    

"Udah habis berapa rokok lo, gila ya jendelanya gak dibuka pula," omel seorang laki-laki yang berjalan masuk ke sebuah ruangan.

Mata Ale mengikuti gerakan orang yang baru masuk ke ruang kerjanya. Setelah membuka jedela, kemudian orang tersebut duduk di sofa panjang yang ada di ruangan itu.

"Mau mati ya lo ngerokok terus?" tanya Ferdi, teman sekaligus rekan kerja Ale.

Tanpa menjawab, Ale membunuh rokok yang masih tersisa setengah pada asbak lalu bergabung dengan Ferdi di sofa panjang.

"Gue ketemua dia," ucap Ale tiba-tiba.

"Dia siapa?" tanya Ferdi bingung. Lalu seakan mengerti ia melanjutkan. "Sabrina maksud lo?" tanyanya memastikan.

Ale mengangguk tanpa semangat.

Ferdi yang menyadari ada yang tidak beres dengan Ale lalu mengernyit heran. "Kenapa lesu banget sih lo? Bukannya selama ini lo berusaha mati-matiin pingin ketemu sama dia lagi."

Ale mendecih sinis. "Gue mau ketemu dia. Tapi kayaknya dia jijik banget sama gue. Baru lihat gue aja dia udah ngibrit menjauh."

"Ketemu dimana emangnya?"

"Di toko buku gitu. Gue lagi cari spidol sama amplop kemarin. Terus gak sengaja ketemu dia," jawab Ale.

"Kenapa gak lo kejar bego?" tanya Ferdi geregetan.

"Dia lari naik ke lantai atas. Gue kejar sampe ke atas. Tapi ternyata dia naik ke lantai tiga yang cuma pegawai doang punya akses masuk ke sana," jawab Ale menjelaskan.

"Sabrina kerja di sana?"

"Dia yang punya toko."

"Kok lo tau?"

"Gue nanya ke pegawainya."

"Terus kenapa lo gak minta nomer hp atau alamatnya Sabrina ke pegawainya, bego?" tanya Ferdi kesal.

"Udah, tapi gak dibolehin." Ale mendesah lelah.

"Lo coba aja beberapa kali ke toko itu lagi. Siapa tau bisa ketemu lagi," usul Ferdi.

Mendengar itu Ale menegakkan duduknya. "Kenapa gue gak kepikiran ya?"

"Karena lo bego," ejek Ferdi. "Lebih baik mulai sekarang, lo kurangi ngerokok. Yang ada sebelum ketemu Sabrina napas lo engap-engap. Mati baru tau rasa lo," lanjut Ferdi.

Ale menatap ke depan dengan pandangan kosong. "Gue belum mau mati. Gue masih mau minta maaf ke Sabrina."

"Lo juga aneh, kenapa harus percaya gitu aja sama Gilang waktu itu? Sabrina itu istri lo bro," ucap Ferdi. "Terus sekarang kemana Gilang? Dia ngilang gitu aja setelah dia ngaku kalo dia selingkuh sama Sabrina. Bahkan lo gak bisa nanya lagi itu bener atau nggak," lanjut Ferdi.

"Gue pernah berpikir Gilang pergi sama Sabrina saat itu," ucap Ale lirih namun masih bisa didengar oleh Ferdi.

"SINTING!!!" umpat Ferdi kesal.

"Itu pemikiran terburuk gue. Setelah Gilang bilang itu, tiba-tiba dia ngilang gitu aja. Terus Sabrina juga ninggalin gue. Apalagi yang bisa gue pikirin kalo mereka gak pergi bareng."

"Kalo gue jadi Sabrina, gue juga bakal pergi dari keledai dungu kayak lo," ucap Ferdi sinis. "Bayangin aja jadi Sabrina. Dia lo tuduh, yang sebenernya lo sendiri belum tentu tau kebenarannya," lanjutnya.

Ale terdiam seakan tertampar akan ucapan Ferdi.

"Tapi kalo dia bisa punya toko, kehidupannya selama ini cukup baik tanpa adanya lo," ucap Ferdi mengejek. "Dia bisa buktikan, tanpa lo dihidupnya, dia bisa jadi sukses," lanjutnya semakin memanasi Ale.

Lubang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang