Swiss sebuah negara yang menyimpan begitu banyak kenangan tersendiri bagi Zeta. Semua seolah menyatu disini. Indah namun juga pedih.
Begitu menginjakkan kaki nya di bandar udara Zurich, hawa yang cukup dingin langsung menyapa permukaan kulit nya.
Sejenak Zeta menarik nafas dalam, menggenggam erat tangan Jisaka seolah meminta kekuatan hati. Teringat 5 tahun lalu dia pergi kesini sendiri dengan perasaan yang begitu hancur.
Jisaka mengusap tangan Zeta meyakinkan perempuan itu bahwa ia mampu menghadapi kenyataan. Mampu untuk bangkit dan berdamai dengan kenangan di masa lalu nya.
"Mau makan dulu? Atau langsung pulang?" Tanya Zeta pelan.
"Rumah kamu jauh gak?"
"Sejam aja kok."
"Pulang aja. Nanti makan disana. Biar kita juga bisa istirahat. Capek."
Zeta mengangguk lalu meraih tangan Jisaka melangkah mencari seseorang yang menjemput mereka.
Mata nya menemukan sosok sir Matthias orang kepercayaan papa nya.
"Hii Zeta, how is life?"
"Never been this good i guess?"
Sir Matthias tersenyum lega. Anak dari majikan nya sudah berhasil melanjutkan hidup.
"Is this your boyfriend?"
"Yes, his name is Jisaka. Ji say hello sama uncle Matthias."
"Hi sir, Jisaka."
"Hi l'm Matthias."
Dalam perjalanan pulang kedua nya sama sama larut melihat pemandangan di luar kaca mobil.
Swiss memang selalu indah.
"Kabarin Daddy Jeff."
"Oh iya hampir aku lupa."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gimana?"
"Ya gimana gimana?"
"Orang rumah? Ga pada khawatir kan?"
"Keliatan nya sih enggak tapi gak tau deh gimana asli nya."
Nada suara Zeta terdengar sangat lirih.
"Zeta, Emmy is making your favorite food today."
Matthias mencoba membangkitkan suasana.
"Really? I should say my big thanks to Emmy She is the best on cooking."
Mereka sampai rumah sekitar pukul 6 sore waktu Swiss.