bab 1

41 9 10
                                    

🥀Musuh Rasulullah Saw. Adalah orang yang menyakiti dan tidak menghargai perempuan 🥀

Aku berjalan menuju parkiran sekolah,dengan senyum yang tak pernah luntur sedikitpun. Tak banyak dari mereka menyapaku balik.

Bagas pasti mau ngajak aku jalan-jalan lagi. Batin ku senang.

Aku berjalan cepat tak ingin Bagas menunggu lama. Diparkiran aku sudah menemukan Bagas sedang mengobrol dengan teman tongkrongannya, namun Bagas dan temannya tak menyadari jika Aku sudah berada didekat mereka karena Bagas dan temannya menghadap samping, Aku juga tidak terlalu kenal mukanya asing bagiku dan juga dilihat dari samping mukanya tidak terlalu jelas.

"Bagas, Lo ada hubungan apa sama Gadis?"
Mendengar pertanyaan dari teman Bagas ,Aku menghentikan langkahku. Aku juga penasaran apa yang akan dijawab Bagas.

Bagas melirik malas temannya.
"Kenapa Lo tanya tentang Gadis?"tanya balik Bagas.
"Ck. gue cuman tanya aja kali,cemburu amat,"balas teman Bagas.

Aku yang mendengar Bagas berbicara seperti itu membuat pipiku merona. Aku senang bukan main, ternyata Bagas baik, malah sangat baik. 

"Cemburu? Haha.."
Bagas tertawa sambil menepuk pundak temannya dua kali.
"Ya kali gue cemburu sama cewek kampungan kayak Gadis."ucap Bagas.
"Maksud Lo?"tanya teman Bagas bingung. 
"Reza-Reza,dengar ya. Gue gak ada hubungan apa-apa sama Gadis,asal Lo tau itu,"kata Bagas.
"Berarti Lo gak suka sama Gadis?"tanya Reza memastikan.

"Mana ada gue suka sama Gadis. Dia itu kampungan,emang sih gue setuju kalau Gadis itu cantik tapi ck, lihat deh pasti Lo ilfil liat badan Dia gak ada bagus-bagusnya. Kayak lemper tuh badan pendek lagi."terang Bagas.

Hatiku sakit mendengar perkataan Bagas. Ternyata Bagas tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya didepan ku. Aku tidak bisa membendung air mataku lagi. Orang yang selama ini aku anggap untuk penyemangat menjadi pengkhianat.

"Jadi Lo selama ini kenapa berangkat dan pulang bareng sama Gadis ,buat apa?"
"Ya itu cuman alasan gue buat dekat sama kakaknya lah,"kata Bagas santai. Entah kenapa setelah mendengar ucapan Bagas temannya yang bernama Reza menjadi, marah?. Aku menghapus air mataku dengan kasar dan berjalan menuju Bagas dan Reza.

"I-,"belum sempat Bagas menjawab, Aku segera menyela. Aku tak ingin mendengar perkataan pedas lagi dari Bagas.
"Bagas,"panggilku seperti biasa. Dapat kulihat Bagas dan Reza menatapku dengan terkejut.
"Ga-Gadis, sejak kapan kamu disini?"tanya Bagas gugup.

Aku mencoba tetap tersenyum walau hatiku mengatakan sebaliknya.
"Baru aja. Oh iya maaf ya, Aku gak bisa pulang bareng sama kamu. Soalnya Aku mau ada les tambahan,"bohongku.
"Yah... Padahal Aku mau tunjukin sesuatu,"gumam Bagas tapi masih dapat Aku dengar. 
"Maaf ya..."ucapku sekali lagi. Bagas mengelus pucuk rambutku lembut. Perlakuan Bagas membuat hatiku semakin sakit. Kalau dirinya hanya memanfaatkan ku tapi perlakuannya berbeda jauh apa yang dikatakan Bagas dengan Reza.
Air mataku mengalir tanpa izin lagi. Aku segera menghapus air mataku kasar untung saja Bagas tak melihatnya,entah Reza melihat atau tidak yang penting bukan Bagas.
"Gak papa,kalau gitu Aku pulang dulu."pamit Bagas.

Aku mengangguk, mengiyakan. Aku segera berlalu dari sana. Saat ini Aku hanya ingin sendirian tanpa adanya gangguan sama sekali.
Aku melangkahkan kakiku menuju cafe didepan sekolah.

Aku menatap badanku yang memang sedikit gemuk. Ingat sedikit gemuk bukan berarti gemuk semua. Aku menghentakkan kakiku kesal.
"Aku gak gemuk ya,"elakku. Entah kenapa setiap mendengar kata gemuk yang menuju diriku,hatiku sakit. Apa ini yang dikata orang-orang kalau orang gemuk tidak mau dikata gemuk?.

Air mataku juga tak berhenti mengalir sampai membuat orang sekitar menatapku aneh. Kekesalan ku terhenti kala seseorang duduk didepan ku.

"Khem... Boleh Saya duduk sini?"

Bersambung...

Ku Mulai Dengan BismillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang