6. Sebuah Tanda

9.3K 886 19
                                    

Sebelumnya aku cuman mau ingetin sama kalian semua. Aku ga pinter-pinter bangt tentang agama. Atau bisa dibilang aku pendek ilmu.
  Aku ga mau kalian berharap lebih sama cerita aku ini. Karna sejujurnya aku buat cerita ini karna iseng ajaa..

Selamat membaca ❤️

Gimna sama ceritanya?

Malam hari tiba, Irsyad pulang ke pesantren Baitul Hasan. Setelah selesai memarkirkan mobilnya ia langsung masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum" rumah mertuanya tampak sepi, bahkan tidak ada orang yang menjawab salamnya.

Irsyad masuk kedalam kamar setelah mencuci tangan di kamar mandi depan. Membuang nafasnya pelan saat melihat istrinya sedang tertidur.

Tidak ingin mengaggu istrinya yang sedang istirahat ia memilih mandi terlebih dahulu.

Irsyad menggunakan kaos lengen pendek dengan celana bahan seatas dengkul.

"Yan. Aku belum makan loh bangun yuk" Irsyad merapikan anak rambut yang menutupi wajah Berlian.

"Kamu cantik Yan kalo diem kaya gini" Irsyad tersenyum saat melihat istrinya sudah mulai terganggu.

"Kamu pulang?" Tanya Berlian dengan serak, khas suara bangun tidur.

Irsyad mengaggukan kepalanya, tangannya tidak berhenti mengusap kepalanya membuat Berlian merasa nyaman dan ingin kembali tidur.

"Jangan Marem! Aku lapar" dengan mata yang sudah sangat mengantuk Berlian bangun mendudukkan dirinya terlebih dahulu.

"Kan ada makanan di dapur. Kenapa harus ganggu tidur si" ketus Berlian namun ia tetep bangun dari tempat tidur berjalan kearah dapur untuk menemani suaminya makan.

"Ga ada apa-apa Yan. Kalo ada aku ga bakalan bangunin kamu" apa yang diucapkan Irsyad benar tidak ada makanan dimeja makannya.

"Aku ga bisa masak"

"Mie instan bisa kan?" Berlian mengaggukan kepalanya ia langsung memasak mie instan untuk suaminya dan dirinya yang ikut lapar.

"Aku dua aja" ujarnya saat melihat Berlian membawa tiga bungkus mie instan.

"Aku juga mau" Irsyad menghampiri istrinya mengambil satu bungkus mie instan itu.

"Kamu ga boleh makan mie. Minggu kemarin sudah makan Yan"

"Tapi aku mau"

"Berdua sama aku nanti"

Dengan berat hati Berlian menurut apa yang diucapkan suaminya walapun dirinya sangat menginginkan.

Berlian duduk disebelah suaminya dengan satu mangkok yang penuh dengan mie instan.

Sebenarnya Irsyad tidak ingin memakan mie instan tersebut, tapi hanya ini yang bisa dimasak oleh istrinya.

Berlian menatap leher suaminya dengan intens ia melihat tanda merah disana. Walapun tidak begitu terlihat jika dari jauh, namun ini sangat terlihat jika posisi sangat dekat.

"Leher kamu kenapa?" Pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Berlian.

Irsyad diam, dirinya tidak tau bahwa itu kan menjadi berbekas.

"Gapapa" jawabnya berusaha santai. Dirinya seakan kepergok selingkuh, padahal itu ulah istri keduanya.

Berlian mengaggukan kepalanya, "jago juga ya tuh bocah" ujarnya dengan sinis.

Irsyad tidak menjawab dirinya tidak ingin ribut malam ini, ia sangat lelah ingin segera istirahat. Sedangkan Berlian menatapnya dengan tatapan tidak suka, ia akan membuat perhitungan.

Annisa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang