Chapter 1.

76 9 1
                                    

"Perasaan ada yang ngikutin deh."

Seorang gadis yang bernama Lily berjalan dengan hati dan pikiran yang berkecamuk. Bagaimana tidak? Ia merasa dirinya diikuti oleh seseorang yang bisa ia lihat dari bayangannya.

"Gak Lily gak. Mungkin aja orang itu mau pergi ke tujuan yang jalan nya sama sama aku. Iya, aku harus positif thinking." biarpun Lily sudah mengatakan seperti itu, ia juga tidak bisa menyembunyikan rasa takut yang ada pada dirinya.

Saat Lily melewati jalan yang terdapat genangan air, gadis itu tidak sengaja melihat postur tubuh dari sosok di belakangnya melalui genangan air itu.

Setelah melihat sosok itu, alangkah terkejutnya ia saat melihat postur tubuh sosok yang mengikuti nya tersebut. Tubuhnya langsung keringat dingin, bulu kuduknya juga ikutin berdiri semua.

Bagaimana tidak? Yang Lily lihat, sosok itu memliki tubuh yang besar, seperti preman. Ia juga memakai jubah yang menutupi seluruh badan besar nya. Wajahnya tertutupi oleh jubah sampai Lily tidak bisa melihat bagaimana wajah orang itu.

"Apa jangan-jangan itu pembunuhan bayaran lagi? Gak! Jalan terus Lily. Jalan!"

Lily terus berjalan dengan kaki yang bergetar. Ia menyingkirkan seluruh hal negatif yang berada di pikirannya sekarang. Tapi, sekeras apapun Lily melakukannya, hasilnya akan tetap sama, Lily terus berfikir kalau orang itu adalah penculik yang ingin menculiknya atau pembunuh bayaran yang akan segera membunuhnya.

"Huwaaa mamaaa, kalo pun hidup aku sampai disini. Tuhan, tolong sampaikan kepada mama sama papa dan adek, Lily sayang sama mereka. Maaf kalo belum bisa bahagiain mereka. Dan adek, maaf kalo kakak belum bisa jadi kakak yang baik buat kamu. Biarpun kakak gak pernah ngalah sama kamu kalo soal makanan, tolong maafin kakak, hiks. Dan maaf buat mama karena gak dengerin ucapan mama kalo gak boleh pulang Maghrib..."

Lily terus berdoa dalam hati tanpa sadar matanya pun menangis saking takutnya. Gadis itu dengan berani menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah orang yang tidak terlalu jauh darinya.

"Tolong! Siapapun kamu, jika kau mau menculik ku, tolong curi ambillah semua barang-barang ku ini. Di diriku tidak ada yang berharga selain handphone dan dompet ku. Oh iya, gantungan kunci ku juga. Dan, jika kau pembunuh bayaran, kau mau apa di dalam tubuhku. Sungguh, aku ini jelek dan tidak menarik, pergilah cari seseorang yang lebih cantik dariku, dan jangan ganggu aku. Aku bukan wanita kuat yang bisa melawan mu dengan tubuhmu yang besar itu. Aku ini lemah, jelek, tidak menarik dan sangat pendek. Tolong biarkan aku pergi."

Demi apapun, Lily mengatakan hal itu untuk membuat orang itu pergi dan menjauhinya. Ia sengaja agar orang itu berubah pikiran dan lalu pergi mencari orang yang lebih cantik dan menarik lainnya yang bisa memenuhi kriteria orang jahat itu.

"Pasti dia akan berubah pikiran dan langsung menjauhi ku. Aku harap begitu."

Lily seketika tersentak saat mendengar suara sepatu orang itu. Orang itu berjalan mendekati Lily yang sedang ketakutan sekarang. Lily yang masih menyatukan tangannya itu menggeleng dengan tangisan yang semakin kuat seperti orang yang akan di eksekusi mati sekarang juga.

"Aku tidak bisa melakukan apapun selain memohon. Aku hanya gadis biasa yang tidak pernah melakukan kegiatan bela diri. Aku menyesal karena menolak tawaran ayah dulu saat ia ingin memasukkan ku ke kursus bela diri, dan aku malah menolak tawarannya."

"T–tolong, jangan apa-apa kan aku. Tolong,"

"Tolong,"

"Tol–"

Ucapan Lily terhenti saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Orang itu memeluknya.

"HAHH!!?"  kedua mata Lily auto membulat kaget sekaligus tidak mengerti.

"HEY PENJAHAT! LEPASKAN AKU!!" teriak Lily kencang. Ketakutannya seketika menghilang tergantikan dengan rasa marah karena orang itu dengan lancang memeluknya.

Bukannya melepas pelukannya, orang itu malah semakin erat memeluk tubuhnya yang tak berdaya itu. Lily mengira bahwa orang itu adalah om om tua cabul atau pun kakek-kakek yang sudah bau tanah yang ingin melecehkannya sekarang juga.

"LEPAS–"

"Tenanglah, aku tidak akan menyakiti mu."

Tubuh Lily seketika membeku, mulutnya juga seketika tidak bisa digerakkan. Untuk berbicara pun rasanya sangat susah.

"Astaga, apa itu tadi?! Suaranya... Suaranya sangat..."

Bruk!

Gadis itu ambruk. Jika saja orang itu tidak menahan tubuh Lily, sudah pasti Lily akan jadi di tanah yang kotor itu.

"S–siapa, kau?!" gadis itu mendorong tubuh lelaki berjubah itu pelan. Ia berusaha memastikan bahwa orang yang sedang ia pikirkan apakah benar di depannya.

"Ini aku.."

Perlahan tapi pasti, lelaki itu membuka penutup jubahnya dengan perlahan. Lily pun memperhatikannya dengan serius.

Nafas Lily tercekat saat melihat wajah lelaki tersebut. Waktu terasa terhenti begitu pula dengan jantung nya yang berdebar sangat kuat.

Lelaki itu tersenyum, sangat tulus. Tangan lelaki itu mengusap lembut wajah Lily yang masih tertinggal buliran air mata.

"Jangan menangis." ucap lelaki itu. "Aku merindukan mu, Lily."

Detik itu juga penglihatan Lily seketika kabur dan kemudian gelap menyertai nya. Gadis itu pingsan, entah karena terkejut atau ada hal yang lainnya.

Yang pasti Lily tidak menyangka bahwa sosok yang paling ia cari dari beberapa tahun yang lalu. Orang yang pergi tanpa pamit. Sosok yang paling ia tunggu-tunggu kehadirannya dan orang pertama yang ia pikir mengkhianatinya..

Sekarang sudah kembali.

"Tidak mung–"

BRUKK!!

"LILYY!!"


.

Dia telah kembali.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang