Ivan melirik ke arah Boss nya yg sedang membaca dokumen bisnis yang disodorkannya beberapa waktu lalu sambil memutar-mutar pena di tangannya dengan wajah cerah dan penuh senyum.
Sudah sebulan Ivan memerhatikan Aiden yang sangat berubah sejak pulang dari Bali.
Hidup sahabatnya itu jadi lebih berwarna dan cerah ceria. Aiden menjadi lebih sering mendengarkan musik sambil bekerja, lebih banyak tersenyum, lebih bisa diajak bercanda, dan yang paling menggembirakan adalah Boss nya yang gila kerja ini sekarang tidak terlalu sering meminta dirinya kerja lembur dan pulang larut.
Ivan bukan tidak tahu karena apa dan karena 'siapa' Boss nya berubah. He really thanks to that woman who can maintain his' boss' mood very well.
"What makes you like Ms. Bali, Aiden?" Tanya Ivan sambil menyeruput kopinya.
Dia tahu Aiden sedang bisa diajak ngobrol sore-sore begini, saat pekerjaan mereka tidak sepadat pagi dan siang hari.
"Why?" Aiden mengernyitkan dahinya. "So sudden and random."
"Come on Aiden. I know you terribly well. Look at to the mirror and see how your face smiling all day long like a psycho this whole month." Ivan meletakan cangkir kuning yang sedari tadi dipeganginya.
Aiden tertawa renyah mendengar ucapan sekretaris setia nya ini.
"She is... unique." Aiden menyandarkan bahu lebar nya yang kekar.
"She is unpredictable, yet comforting." Lanjut Aiden sambil membayangkan senyum Emma yang akhir-akhir ini selalu dilihat nya saat video call.
"Are you fall in love to her?"
Pertanyaan Ivan sempat menyentak kesadaran Aiden kembali ke bumi.
Kini Ivan mendapatkan perhatian penuh dari Aiden.
Mata tajam Aiden melihat ke arah Ivan, mencoba mencari jawaban dengan menyelami perasaannya sendiri.
Love.
A sacred feeling yang selama ini sudah lama ditinggalkan oleh Aiden. Perasaan yang selalu takut dihadapi lelaki yang sudah sangat matang ini. Tapi saat kata 'Love' disandingkan dengan nama 'Emma', ada denyutan aneh terasa di jantung Aiden.
"I'm not sure." Aiden membalikkan tubuhnya yang duduk di atas kursi kebesaran nya yang super nyaman, dan kini tubuh tegapnya menghadap pemandangan kota Singapura yang mulai disinari wajah senja.
Ivan menimbang-nimbang respon berikutnya. Dia memang harus berhati-hati kalau ini urusan cinta dengan sahabatnya.
Sejak kecil Aiden sudah ditinggalkan oleh Ibu nya sendiri yang kabur dengan lelaki lain dan meninggalkan dirinya dengan ayahnya yang sakit-sakitan. Dan di umur 10 tahun, dirinya harus banting tulang bertahan hidup bersama nenek dan kakeknya yang sudah tua. Sang kakek lah yang menanamkan semangat pantang menyerah dan selalu berusaha untuk bertahan hidup dan menjadi orang sukses kelak. Namun itu juga tidak lama, karena kemudian kakek dan nenenknya juga meninggal.
Aiden bukannya tidak pernah berpacaran. Dirinya pernah serius mencintai seorang perempuan sejak masih SMA, namun, setelah 5 tahun berpacaran, wanita itu menolak lamaran Aiden dan malah meminta putus dengan alasan Aiden tidak cukup mapan untuk hidup bersamanya. Dan tidak lama kemudian mantannya itu malah berpacaran lagi dengan lelaki lain. Padahal Aiden sudah berusaha untuk mempersiapkan masa dengan dengan perempuan yang sangat dia cintai itu.
Aiden merasa cinta adalah hal semu yang tidak diciptakan untuk nya.
Sejak saat itu, Aiden bersumpah tidak akan punya perasaan cinta ataupun serius menjalin hubungan dengan wanita sampai dirinya benar-benar sukses dan menorehkan namanya menjadi salah satu orang terkaya di Singapura. Bahkan, Aiden sempat merasa dirinya tidak perlu seorang wanita pun untuk ada di sisi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Bright Smile
RomanceTakdir selalu mempunyai kejutan-kejutan yang tidak terduga dan tidak terbaca. Tuhan bisa dengan mudahnya membolak-balikan hati seorang manusia. Ketika hati kita patah dan hancur, selalu ada sisi baik yang kita rasakan dari luka yang tertinggal.