dua (dimana Dia?)

11 4 0
                                    

Hari Minggu yang cerah terlihat dari langit biru yang luas ditemani awan-awan putih yang indah. Terdengar pula kicauan burung bersama angin yang berhembus sedang, jika terkena wajah sudah pasti akan terasa menyejukkan.

Aku menghela napas dalam-dalam sambil menikmati udara pagi dari jendela kamar yang kubuka lebar. Sangat menenangkan.

Aku terus menikmati suasana pagi yang damai ini sampai aku tidak menyadari bahwa ibuku masuk ke kamar sambil tersenyum melihatku.

"Nak." Sahutnya sangat lembut sambil duduk ditepi kasurku.

Aku membalikkan badan lalu mendekati ibu, "ada apa, Bu?"

Ibu menatapku, "tidak apa-apa nak, hanya saja tadi ibu tidak sengaja melihatmu yang sepertinya hari ini kamu sangat bahagia."

"Benarkah? Tapi aku merasa seperti biasa saja, Bu." Tanyaku sambil berfikir apakah memang sedang berbeda aku hari ini.

"Tidak, jelas sekali kau terlihat sedang bahagia sekarang. Coba ceritakan pada ibu apa yang membuatmu seperti ini?"

Aku tidak langsung menjawab karna sekarang aku sedang berfikir keras lebih dulu, karna apa aku bisa terlihat sebahagia ini dari biasanya kata ibu.

Cukup lama sampai aku menjentikkan jariku karna aku sudah tau alasannya, "ah, mungkin saja ini karna aku kemarin mendapatkan seorang teman, Bu."

"Wah, benarkah?" Tanya ibu yang tidak kalah antusiasnya denganku. Mungkin bagi kebanyakan orang ini hanyalah hal yang biasa saja, tapi bagiku ini adalah hal yang sangat aku syukuri. Terlihat dari sebagian mereka yang membully ku dan pasti tidak akan pernah mau hanya sekedar menjadi temanku. Dan tentu hal itu diketahui juga oleh ayah dan ibuku, mereka bahkan sangat sedih setiap kali melihatku bermain dirumah hanya seorang diri.

Aku mengangguk dengan semangat, "iya Bu, temanku itu seorang laki-laki sepertinya dia seumuran juga denganku, dan dia sangat baik."

"Kalau ibu boleh tahu, dimana dia tinggal, nak?" Tanya ibu sembari mengelus rambutku dengan lembutnya.

"Dia tinggal diujung jalan kenanga sana, Bu. Satu keluarga yang baru akan menempati rumah kosong itu." Jawabku sumringah.

Ibu tersenyum, "ibu sangat senang mendengarnya, semoga kalian bisa berteman baik hingga waktu yang lama ya, nak."

Aku mengangguk, "terimakasih, Bu."

"Sama-sama."
"Jadi kalau begitu, kira-kira ibu bisa minta tolong tidak sama kamu?"

"Minta tolong apa, Bu?" Tanyaku sambil menatap lekat pada ibu.

"Tolong kamu antarkan pesanan susu sapi kerumah teman baru kamu, diujung jalan kenanga itu." Jawab ibu sambil mencolek lembut hidungku.

Mataku berbinar, bibirku tersenyum lebar, dan hatiku terasa sangat bahagia, karna jika aku mengantarkan pesanannya aku akan bertemu dengan dia, temanku yang sangat baik dan aku bisa bermain lebih dulu dengannya.

Aku menggenggam tangan ibu, "tentu aku bisa mengantarkannya, Bu."

Ibu tersenyum melihat anak gadisnya yang sedang merasa bahagia, "baiklah, kalau begitu ibu siapkan pesanannya dulu di dapur ya nak." Ucap ibu mengusap pucuk kepalaku dengan lembut lalu berdiri dan beranjak ke dapur.

Tidak henti-hentinya aku tersenyum sambil memikirkan betapa serunya nanti kita saat bermain, dan pastinya aku akan melakukan apapun yang diinginkan oleh temanku.

Tidak ingin menunggu lama lagi aku langsung turun dari kasurku untuk mengambil topi dan masker yang berada diatas meja belajarku, lalu berjalan menuju dapur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beyond the Magic Shop Door Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang