Mirin tidak berhenti tersenyum sejak pagi ini. Salah satu sahabatnya sejak SMA yang cantik dan kocak, kaya dan harmonis dengan keluarganya, hari ini akhirnya menikah. Davi dulu pernah bilang dia ingin menikah dengan orang yang sayang padanya sebagaimana Papanya menyayangi Mamanya. Hari ini keinginannya terkabul. Abhi bukan hanya sayang pada Davi, tapi juga memuja Davi dengan seluruh kehidupannya.
Aldami Rinjani, dipanggil Mirin, duduk di kursi di bagian mempelai wanita bersama sahabatnya yang lain, Rara dan Kaia. Mata mereka terus tertuju pada meja tempat acara utama berlangsung, memperhatikan wajah calon suami Davi yang bisa dibilang gugup meski dia sesekali memandang calon mertuanya dan tersenyum.
Mirin jadi ingat adegan foto pre-wedding yang dilakukan oleh Abhi dan Davi. Kemudian menggeleng. Bisa-bisanya Davi memilih konsep itu dan Abhi juga menurut saja. Cinta oh cinta.
Ngomong-ngomong cinta, Mirin melirik ke dua baris kursi di bagian depan yang diisi oleh keluarga. Ada cinta pertama Mirin juga di sana. Kakak kedua Davi, Deva, yang membuat Mirin bertekad untuk menjadi seorang dokter.
Mirin kenal Davi sejak kelas 1 SMA. Mereka sama-sama memilih meja paling belakang, meja yang sama, berkenalan, dan dalam lima menit memutuskan untuk duduk sebangku. Di kelas 2 SMA, mereka sama-sama terlambat masuk ke kelas karena harus ikut kegiatan OSIS, dan akhirnya terpaksa duduk di meja paling depan. Sangat berkebalikan.
Perkenalan Mirin dengan Deva terjadi di semester dua kelas 1 SMA. Ketika Davi mengajak Mirin ke rumahnya saat mereka mendapatkan tugas untuk seleksi anggota OSIS. Mirin tidak menduga bahwa Davina yang terlihat cantik namun ya... biasa saja, ternyata rumahnya megah, mobilnya lebih dari satu, punya beberapa asisten rumah tangga, dan bahkan setiap orang punya kamar mandi masing-masing.
Layaknya kisah di komik yang sering dibaca Mirin, hari itu Mirin jatuh cinta pada kakak Davi.
Deva pulang ke rumahnya sepulang kuliah. Tampak kusut dan memegang banyak buku tebal. Namun saat Davi memperkenalkan Mirin padanya, Deva tetap tersenyum lebar, memberikan sikap terbuka pada teman adiknya, dan masih sempat berkelakar dengan Davi.
Tidak lama kemudian Dava juga pulang kuliah tapi Mirin sudah terlanjur terpukau oleh Deva. Davi bilang bahwa Deva sedang kuliah kedokteran sementara Dava kuliah di Hubungan Internasional. Sejak itu Mirin bertekad dia akan jadi seorang dokter.
Ya lama kelamaan Deva jadi semakin kenal dengan Mirin karena Mirin pun sering mengunjungi rumah Davi. Deva pernah bertanya kenapa dipanggil Mirin padahal dia punya nama yang bagus. Mirin bilang ini nama yang unik, membuat orang ingat padanya. Sementara Alda terlalu umum, Dami terdengar aneh, dan Rinjani memberi kesan dirinya seperti gunung. Deva tertawa dan tidak pernah membahas itu lagi.
Deva tahu Mirin menyukainya. Setelah dua tahun menjadi sahabat Davina, sebelum ujian kelulusan dilakukan, Mirin menyatakan perasaannya pada Deva. Mengatakan bahwa Deva yang mendorongnya menjadi dokter dan mereka bisa jadi pasangan dokter yang luar biasa. Mirin ingat bahwa Davi menunggu jawaban kakaknya di balik pintu.
Tentu saja Deva menolak. Deva menganggap Mirin sebagai adiknya, sahabat adik tersayangnya. Deva malah meminta Mirin untuk meluruskan niatnya menjadi dokter, jangan karena dirinya.
Hari itu Mirin melepaskan Deva, meluruskan niatnya lagi, dan akhirnya teguh pendirian menjadi dokter karena dia suka dunia medis dan ingin menolong orang lain. Namun Mirin tetap menyukai Deva dan berniat untuk mendekatinya lagi nanti.
Sayangnya hal itu tidak terwujud. Deva terlanjur mencintai orang lain dan hari ini Mirin harus melihat cinta pertamanya tampak serasi dan bahagia dengan istrinya.
Deva menikah sebulan lebih dulu dari Davi, dalam pesta pernikahan super sederhana yang hanya dihadiri keluarga dan sedikit sahabat terdekat. Itu yang Davi ceritakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got to Find the Other
RomanceBagian dari rangkaian 'Birthday Week Marathon of Updates'. Ini sebenarnya adalah short story, hanya 1 bab. *** Ketika orang-orang yang mereka sukai memilih untuk menikah dengan orang lain, bukankah saatnya Bima dan Mirin mencari orang lain yang a...