"ketika remaja zaman sekarang bersorak, Cowok keren itu ngajak pacaran ditempat romantis sambil bilang 'I LOVE YOU'. Menurut gue enggak, karena cowok keren itu yang ngajak khitbah didepan orang tua sambil bilang 'QOBILTU'."-Cathelina Risma
***
Suasana kelas pagi itu tampak ricuh dan seakan gerah walaupun sudah ada AC yang siap menaungi agar ruangan tetap terjaga dingin. Semua murid berdiri untuk menemukan pasangan dalam mengerjakan tugasnya yang sudah tertera di dalam kertas yang mereka pegang di tangan masing-masing. Zayn berpasangan dengan Risma. Zayn menatap dari jauh dan berdecak sebal saat ia menemukan Risma sedang duduk di pojok kelas dengan headset yang terpasang di kedua telinganya tanpa repot-repot mencari dirinya.
Siang itu adalah mata pelajaran kimia hingga membuat hampir seisi kelas mengeluh dengan tugas yang diberikan oleh Bu Diah. Namun, Zayn tidak menganggap kimia seperti itu. Bukan karena otaknya yang cerdas, melainkan Zayn memang terkesan acuh. Zayn berdehem untuk menyadarkan gadis di sampingnya bahwa ia sudah menunggu daritadi untuk berdiskusi melanjutkan tugasnya.
" Kebagian nomer berapa kita?" Ucap Risma setalah menoleh sekilas ke arah Zayn. Kemudian, ia menatap papan tulis saat Zayn memberi tahu nomor yang tertera pada kertas dalam genggaman Zayn.
" Mau lanjut kuliah dimana, Ris?"
Entah bagaimana celetukan itu keluar dari bibir Zayn. Tak biasanya ia yang memulai topik pembicaraan dengan siapapun itu. Mungkin karena Zayn melihat betapa cekatan Risma dalam mengerjakan tugas.
" gak tau, belum ada mimpi. Lo ?"
" Exactly, I want study in famous university at Bandung or I will study abroad."
Risma menghentikan otaknya berpikir untuk tugas. Dalam diam, ia berdecak kagum pada mimpi seorang lelaki di sampingnya. Tatapannya fokus sepenuhnya pada Zayn. Mimpi yang besar tanpa sebuah ambisius. Risma merutuki pikirannya, mengapa ia tidak bisa bermimpi sebesar itu atau kenapa dirinya harus tguet bermimpi tinggi.
" kenapa ?"
" gak tau. Pengen aja. Kenapa? Lo pengen ngetawain mimpi gue? Silahkan,"
Risma hanya tersenyum mendengar kalimat Zayn. Nggak, gue justru iri sama gagasan pikiran lo. Begitu suara hati Risma.
" hebat pikiran lo. Semangat ya, gue gak bakal ngetawain kok. Semua bakal terwujud kalo lo punya tekad yang besar. Kabari ya, kalo mimpi lo udah kewujud. Good luck."
Zayn cukup terhenyak mengetahui Risma merespon kalimat sebelumnya dengan sebuah dukungan. Ia hanya tak menyangka. Gadis yang terkenal cantik dengan segala pesonanya bisa memberi respon itu. Zayn mengira Risma adalah gadis manja dan cuek. Kemudian, tatapan Zayn terpusat pada mata kecil yang sedang menjelajah angka-angka yang berserakan di buku tulis.
" lo kenapa belum ada mimpi, Ris? Lo 'kan pinter?"
Risma mendengar itu dengan tersenyum kecut dan tertawa kecil. Ia memutar bola mata nya jengah. Ia paling tidak suka dipuji dengan kata 'pintar'. Karena menurutnya itu berlebihan.
" gue takut aja kalo bermimpi. Takut jatuh, takut resikonya. Dan, satu, I'm not as clever as you think. "
" No, You're so clever. Kalo loe takut terus, kapan bisa maju. Gini ya, kalo lo jatuh habis bermimpi, It's okay. Gue bakal ngedukung ditiap keputusan loe untuk bermimpi. Tapi nggak kalo loe mengalah dengan takdir, pasrah, nggak punya target hidup, dan itu hidup yang membosankan menurut gue. Berhasil atau tidaknya itu urusan belakang, yang penting loe berusaha untuk mewujudkan mimpi. Karena tugas manusia itu cuman berusaha sama berdo'a, ikhtiar sama tawakkal. Urusan hasil serahin ke Allah. Kalo lo takut resiko, takut jatuh, sama aja lo ngeremehin rencana-Nya. Sama aja kayak lo gak percaya kalo Allah bakal ngewujudin mimpimu. "
" Saran dari gue sih, jangan pernah takut bermimpi cuman gegara resiko atau konsekuensi setelahnya. Karena semua keputusan pasti beresiko, jangan pernah ragu sama masa depan. Justru lo bakal tumbuh jadi hebat kalo lo bisa ngatasi semua resiko yang ada. Kalo lo takut ambil keputusan, ya gitu aja terus, kapan lo maju coba? Jangan pernah ngeraguin mas depan, karena itu udah diatur sama Allah. sekali lagi, manusia cuman berusaha dan berdo'a. "
" iya sih," gumam risma yang hampir tidak didengar oleh Zayn. Ia hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia malu sendiri setelah berhasil mencerna ucapan dari Zayn. Kemudian, ia tersenyum sekilas menatap Zayn. Entah mengapa ia gembira ada yang memperdulikan hal-hal yang ia anggap kecil.
" hm, makasih ya, Zayn. Lo gak njajan? Itu ditunggu temenmu,"
" nggak kok. Bentar lagi juga pulang, mau hemat juga, kalo lo mau jajan, tinggal aja."
Satu yang ia tangkap dari sosok lelaki yang sedang duduk di sampingnya. Dewasa. Risma memperhatikan lelaki itu dari samping. Bulu mata yang lentik, yang membuat kaum hawa akan iri melihatnya. Bibir yang ranum kemerahan. Hidung yang walaupun dilihat dari samping tetap terlihat mancung. Ia jadi ingin mengenali pria di sampingnya lebih dekat meskipun ia terlihat sangat acuh dan sombong.
" kenapa ngeliatin kayak gitu, Ris? Ganteng ya?" ucap Zayn sambil menyengir lebar dan menaikkan sebelah alisnya sambil menghadap sempurna ke arah Risma. Risma merasa terintimidasi dengan tatapan itu hingga ia menggelengkan kepalanya berulang kali, sambil berucap dengan ketus, " gak sama sekali ya, darimana coba gantengnya."
" gak usah bohong gitu ta, udah kelar kan tugasnya. Kumpulin, ya."
Dan satu hal yang ia lupa. Zayn adalah sosok yang sadar dengan pesona nya. Ia menyesali segala pujian yang ia ucapkan dalam hati saat memandang wajah Zayn.
gimana? ada yang nungguin gak? komen dong
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik itu Tantangan ( SUDAH TERBIT)
SpiritualLaksana matahari, ia selalu membuat siapapun yang memandangnya tertunduk karena silau akan pesona yang ia miliki. Begitulah layaknya perempuan. Perempuan dengan jutaan keindahan alangkah baiknya mempunyai rasa malu yang tinggi sebagai mahkota kehorm...