Bab 14 : Sindiran 🍄

36.9K 5.7K 1.4K
                                    

"Nafsu seorang laki-laki itu sangat liar, jika dia lemah terhadap syahwatnya, pantas disebut hewan berkaki dua. Lebih parahnya, poligami yang berazazkan perzinahan yang tidak diinginkan semua orang, kecuali mereka yang melakukan zina. Apa masih harus di sebut manusia beradab dan berakal?"
-Abdullah
.
.
.
.

Happy Reading☕

14. SINDIRAN

Hari ini Abizar datang ke pesantren memanggil Shalman,  agar pergi ke reunian untuk orang yang pernah belajar di luar negri di sekolah keislaman, seperti Darul-Azhar, Tarim, dll.

Padahal Abizar ogah-ogahan bertemu dengan Shalman, tapi mau bagaimana lagi ia yang di beri amanah untuk menyampaikan ini pada Shalman.

Tangan Abizar berusaha menutupi kepalanya yang botak setengah akibat ulah Lathifah yang mengidam aneh-aneh, terpaksa ia harus mengenakan hodie dan sarung, mungkin nanti di sana hanya dia yang akan mengenakan hodie, tapi mau bagaimana lagi? kepala botaknya harus ia tutupi rapat-rapat, sebenarnya sih mau di botakin semuanya aja, tapi Lahifah meronta-ronta tidak mengizinkanya, terpaksa Abizar mengiyakan kemauan Lathifah dengan lapang dada.

Langkah besar Abizar berjalan menuju rumah Azhar terlebih dahulu untuk memanggil Shalman.
Para santri melihat ke arah Abizar dengan tatapan aneh, gimana gak aneh coba? baru kali ini Ustadz mereka itu mengenakan hodie di sekitar pesantren.

"Assalamu'alaikum" ucap Abizar kala sudah berada di depan rumah Azhar, hendak mengetok namun pintunya sudah terbuka lebar.


"Wa'alaikum salam." jawab Aya dari dapur, ia tengah menemani Shalman yang sedang sarapan. Padahal jam sudah menunjukan pukul sembilan, namun Shalman baru makan, karena Silla tidak memasakanya makanan, makanya ia mendatangi Aya.

Aya menjalankan kursi rodanya dan menghampiri Abang nya yang sudah berdiri tegap di depan pintu layaknya patung.

"Masuk dulu bang." titah Aya sembari menarik tangan Abang nya masuk kedalam rumah.

"Shalman mana?" tanya Abizar the point.

Alis Aya terangkat, kenapa abang nya tiba-tiba mencari suaminya? semenjak Aya di poligami, Abizar selalu menganggap Shalman musuh.

Tangan kanan Aya menunjuk ke dalam dari ruang tengah, "Mas Shalman lagi makan bang." jawabnya cepat.

Abizar berjalan ke dapur menghampiri Shalman.

"Shalman."

Pria yang duduk di meja makan itu menghentikan aksinya, dan menoleh kebelakang, melihat tepat kearah Abizar.

"Kenapa?"

"Reuni pelajar." jawab Abizar singkat, ia malas bicara panjang lebar dengan Shalman.

"Oh, sebentar." Shalman berdiri dan meletakan piring diatas tempat cucian piring, lalu berjalan ke kamarnya dan mengganti pakaianya.

Abizar duduk di sofa sambil menunggu Shalman bersiap, sedangkan Aya setelah menidurkan Ridwan, ia membuatkan teh untuk abang tercinta nya.

"Ini teh nya bang." tawar Aya seraya meletakan teh di atas meja ruang tengah.

"Terimakasih dik."

Air Mata Terakhir Aya [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang