2

3 1 0
                                    

Arsya bangun cukup pagi kali ini, ia tak ingin sang mamah melihat matanya yang begitu sembab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arsya bangun cukup pagi kali ini, ia tak ingin sang mamah melihat matanya yang begitu sembab. Jadi dia memutuskan berangkat ke sekolah sebelum mamahnya keluar. Tentu saja Arsya sudah kerjasama dengan Azhar, agar menjemputnya pagi pagi sekali.

Arsya bersiap dengan seragamnya, dan keluar tanpa menimbulkan suara yang membuat orang mamahnya bangun. Arsya berjalan menuju Azhar yang sudah menunggu di depan rumah, tanpa banyak bicara Arsya naik ke motor kesukaannya itu.

"Zhar, gue nggak mau ke sekolah" Ucap Arsya di perjalanan.

"Lah, terus mau kemana?" Tanya Azhar bingung.

"Gue pengin have fun hari ini" Tanpa banyak bicara, Azhar membawa Arsya ke toko baju terdekat.

"Lah kok kesini sih?!"

"Lo mau ketahuan kalo kita bolos pake seragam sekolah? Dah turun, gue beliin nih mumpung lagi baik. Eh nggak baik deng, ada bayarannya" Ucap Azhar.

"Ah yaudah gue nggak mau, lo aja sanah"

"Yakin? Yaudah, tunggu sini aja lo" Azhar mulai masuk kedalam toko itu. Arsya yang memang takut dengan ucapan Azhar akhirnya pasrah mengikuti Azhar, entah lah bayaran apa yang Azhar maksud.

"Hmm katanya nggak mauuu" Ledek Azhar.

"Gue tarik, nggak mau gue ketahuan bolos gara gara pake seragam gini"

Mereka menemukan baju yang menurut mereka cocok, dan akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kebun binatang, itu ajakan Azhar.

Mereka sampai di kebun binatang yang cukup terkenal, dan cukup ramai pengunjung.

"Gue mau ambil peta dulu, lo mau ngikut apa nunggu?" Tanya Azhar.

"Gue sini aja deh, lo aja yg ngambil" Jawab Arsya, Azhar pergi mengambil peta yang berada di depan pintu masuk, tadi mereka lupa untuk mengabil peta itu. Sedangkan Arsya menunggu di bangku yang disediakan.

Belum lama Azhar pergi, ada satu orang laki laki yang menghampiri nya.

"Maaf, boleh kenalan? Gue Naufan" Ucap laki laki itu sambil menyodorkan tangannya. Arsya yang bingung dengan keadaan tersebut, mau tidak mau membalas tangan laki laki itu.

"Ha-ehh gue Arsya" Jawab Arsya bingung.

"Eh sorry, gue bikin lo bingung ya? Sorry ya. Tadi gue dapet dare dari temen gue. Itu disana" Ucap Naufan sambil menunjukan beberapa laki laki lain.

"Ohh dare, iya nggapapa kok" Ucap Arsya.

"Eh, tapi serius gue minta maaf" Ucap Naufan ilagi.

"Iya nggapapa kok, santai aja"

"Yaudah gue balik lagi ya, have a great day" Ucap Naufan sebelum pergi menuju teman temannya. Arsya sempat melirik gerombolan Naufan tadi, ada satu laki laki yang menurutnya tidak asing. Tapi semua terpecahkan karena Azhar tiba tiba muncul di hadapannya yang sedang memperhatikan laki laki itu.

"Lo kenal mereka?" Tanya Azhar.

"Hah? Enggak. Yaudah yuk pergi. Gue mau liat temen temen lo, si monkey"

"Yee berarti elo dong, si monkey" Ucap Azhar sambil menirukan gaya bicara Arsya.

Mereka cukup lama di kebun binatang, rupannya ini sangat ampuh menyembuhkan luka di hati Arsya. Dari pagi sampai sore berada di kebun binatang, walau hanya sekedar melihat dan berfoto, akhirnya mereka melanjutkan perjalanannya ke pantai. Kali ini permintaan Arsya.

Kini mereka duduk di gazebo gazebo kecil di tepi pantai. Cukup lama tidak ada yang mengawali obrolan, akhirnya Arsya yang memulai obrolan sore itu.

"Zhar, lo tau nggak? Gue takut banget kehilangan lo, kehilangan sahabat gue satu satunya. Jadi jangan pernah pergi dari gue ya" Ucap Arsya tanpa mengalihkan pandangannya dari pantai.

Azhar melirik gadis disampingnya.

"Gue yang seharusnya bilang gitu, jangan pernah pergi dari gue. Karena gue pastiin gue akan selalu ada disini buat lo Ca" Jawab Azhar.

"Lo udah mau cerita soal kemaren?" Tanya Azhar. Arsya mendongak kearah Azhar, lalu menunduk lagi.

"Selama ini ternyata papa bohong zhar, dia bilang ke gue dan mama kalau dia lagi ada urusan kerja di luar kota. Tapi ternyata dia masih disini Zhar, kemarin gue liat dia sama perempuan lain di restauran depan komplek" Jelas Arsya sambil menahan tangisnya.

Azhar pun kaget mendengar cerita Arsya, karena selama ini dia mengenal ayah Arsya sebagai sosok yang baik, bijak, dan tegas sebagai kepala keluarga. Tapi, cerita Arsya saat ini sangat tidak masuk akal. Wajar saja kemarin dia menangis sejadi jadinya. Azhar merengkuh pundak Arsya, menguatkan pundak kecil itu agar terus tegak.

"Tapi gue belum bilang ke mamah, gue nggak mau mamah sedih juga Zhar. Gue bingung harus apa kalau papah pulang" Ucap Arsya.

"Heii, nangis aja ca. Gapapa kalau mau nangis, nggausah ditahan. Dengerin gue, gue tau perasaan lo sekarang, tapi dalam masalah ini gue itu cuma orang asing ca, gue cuma orang luar. Jadi tugas gue disini sekarang cuma bisa support lo, senengin lo, gue nggak bisa kasih saran apapun kali ini ca, tapi apapun yang terjadi gue selalu ada buat lo, sampai kapanpun" Ucap Azhar, membuat air mata yang sedaritadi Arsya tahan akhirnya pecah. Arsya menangia dipelukan Azhar untuk kesekian kalinya. Pelukan yang selalu hangat, pelukan yang selalu nyaman bagi Arsya.

"Udah ya ca, lo nggak boleh nangis kaya gini lagi tanpa seizin gue. Gue nggak mau liat lo nangis, gue nggak mau liat lo sedih. Awas aja kalo ada yang buat lo nangis, bakal gue gantung tuh orang" Ucap Azhar dengan niat menghibur Arsya. Mendengar ucapan Azhar yang berlebihan itu membuat Arsya gemas hingga memukul keras lengan Azhar.

"Dih mukul mukul lo, serius ini gue. Awas aja kalo ada yang bikin lo nangis. Nggak boleh ada yang ganggu lo kecuali gue" Ucap Azhar lagi sambil memiting kepala Arsya. Arsya yang tadinya menangis pun menjadi tertawa berkat ocehan Azhar yang terlalu berlebihan.

"Hahaha gayaan lo, lepasin ah Zhar!" Omel Arsya, akhirnya Azhar melepaskan pitingannya tadi membuat kesempatan bagi Arsya menyentil jidat Azhar.

Mereka memang selalu seperti itu, entah Azhar atau Arsya yang sedang terpuruk, maka salah satunya akan menjadi pendengar yang baik. Sudah 16 tahun mereka saling mengenal, dan 16 tahun juga mereka saling menguatkan. Sampai akhirnya salah satu dari mereka sadar, telah tumbuh perasaan yang membuatnya ingin selalu ada disampingnya, selalu menjadi orang pertama yang mendengar keluh kesahnya, dan menjadi rumah ketika dia sedang tidak baik baik saja.

 Sampai akhirnya salah satu dari mereka sadar, telah tumbuh perasaan yang membuatnya ingin selalu ada disampingnya, selalu menjadi orang pertama yang mendengar keluh kesahnya, dan menjadi rumah ketika dia sedang tidak baik baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih semuanya yang sudah baca cerita aku.
Jangan lupa vote dan komen ya!!!

Finally YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang