Happy Reading...
Cahaya terik sang mentari mulai menampakkan dirinya. Sinarnya menerobos masuk melalui celah-celah gorden yang tak tertutup rapat.
Dalam kamar bercat putih polos itu tampak sepasang manusia berbeda gender tertidur dengan lelapnya dibawah selimut bulu bermotif bunga dengan ketebalan standar.
Salah satu dari keduanya mengerutkan kening. Matanya perlahan terbuka. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menghalau sinar matahari yang menyoroti penuh pada wajah tampannya. Membuat netra segelap malam itu menyipit karena silau.
Ia membalikkan tubuh ke samping. Namun, matanya seketika membeliak tatkala mendapati sesosok perempuan –dengan tubuh yang tertutup selimut sampai sebatas leher– tengah tidur membelakanginya. Dilihat dari rambutnya, ia sangat yakin kalau perempuan itu bukanlah istrinya. Panjang rambut istrinya hanya sebatas bahu. Sedangkan rambut wanita yang berada di sampingnya lumayan panjang. Mungkin kalau berdiri panjangnya bisa mencapai pinggang.
Dana mengalihkan tatapannya dari wanita itu ke tubuhnya sendiri. Ia terkejut saat mendapati tubuhnya tak memakai sehelai benangpun, dibalik selimut.
Lalu seketika Ia tersadar dengan kejadian semalam saat tak sengaja meminum minuman Andre yang sudah di campur obat perangsang. Dan Ia pun teringat jelas dengan apa yang dilakukannya ke Runa.
Dana duduk bersandar di kepala ranjang. Lalu mengacak rambutnya frustasi. Ia berfikir keras, jangan sampai ada yang tahu mengenai kejadian ini. Terutama anak dan istrinya.
Dana melirik kesebelah kasur, dimana Runa tertidur. Sebelum akhirnya Ia bangkit berdiri dan memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Lantas memakainya dengan cepat, dan segera keluar dari kamar yang menjadi saksi bisu atas kelakuan bejatnya terhadap art nya, yang bahkan usianya tak beda jauh dengan anaknya.
Di sisi lain Runa mulai mengeraskan suara tangisnya, setelah mendengar suara Pintu kamar di tutup kembali. Ia sebenarnya sudah bangun dari tadi. Hanya saja malas beranjak dari tempat tidur, karena merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia juga malas bertemu pandang dengan Dana, setelah kejadian semalam.
🦋🦋🦋
Runa memaksakan diri mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya. Meskipun Ia harus menahan rasa sakit di pangkal pahanya ketika Ia sedang berjalan. Karena dirumah ini, Ia hanya seorang pembantu. Jadi bagaimana pun keadaannya Ia tak bisa lepas begitu saja dari pekerjaannya.
Saat sedang fokus memotong sayuran, Ia dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang tak lain ialah, sang majikan yang telah menyetubuhi nya secara paksa semalam.
Runa enggan memandang sang tuan yang berada di hadapannya, Ia merunduk seolah lantai lebih menarik ketimbang sosok didepannya itu.
Dana berdehem pelan mengurangi rasa gugupnya, menghadapi Runa untuk pertama kalinya setelah aksi bejatnya semalam. "Saya mau minta maaf," ada jeda sejenak saat Dana mengucapkan kalimat itu, menunggu reaksi Runa. Namun, setelah beberapa saat Runa tetap diam saja, bahkan tatapannya tetap menuju ke lantai. Akhirnya Dana memutuskan melanjutkan kembali kata-kata yang ingin diucapkannya kepada Runa. "Saya tahu kata maaf dari saya tidak akan mampu mengembalikan apa yang telah saya renggut dari kamu. Tapi saya tetap mau meminta maaf." Dan Runa pun tetap tak bergeming. "Dan setelah itu terserah kamu mau memaafkan saya atau tidak, karena itu juga tidak akan mengubah apapun."
Setelah Dana selesai mengucapkan kalimatnya. Runa memberanikan diri mengangkat kepalanya, dan menatap lelaki berusia 37 tahun yang berada dihadapannya itu dengan air mata yang mengalir deras di kedua pipi mulusnya. "Sampai kapanpun saya tidak akan pernah memaafkan perbuatan bejat yang Bapak lakukan kepada saya," ucap Runa menggebu-gebu, tanpa memikirkan perilaku hormat yang biasa Ia tunjukan kepada majikannya ini.
Dengan cepat Dana menyela, "Itu terserah kamu, yang terpenting saya sudah meminta maaf." Ucap Dana keras kepala dan terlihat tak mau mengalah.
Runa dengan berani menatap Dana dengan tatapan kebencian. Ia benci dengan pria arogan yang ada dihadapannya ini.
Dana merogoh saku celananya, mengambil sesuatu yang barusan Ia beli. "Nih," Dana menyodorkan satu tablet pil kontrasepsi darurat ke Runa.
Namun, Runa bergeming tak mau menerima pil tersebut. Karena tak sabaran, akhirnya Dana meraih tangan Runa. Dan memasukkan paksa pil tersebut ke genggaman tangan Runa. "Cepat minum,"
Runa diam saja menerima pil itu dan tak melakukan apa yang diperintahkan Dana.
"Saya nggak akan pergi, sebelum saya memastikan kamu meminum pil itu." tunjuk Dana kearah tangan Runa yang sedang meremas pil yang Ia berikan. "Cepat minum sebelum terlambat, kalau sampai kamu hamil, saya tidak akan mengakui anak itu."
Dana geram melihat Runa yang tetap diam saja seperti patung. Ia kemudian mengambil segelas air dan Ia letakkan di atas meja kompor. Lantas Ia merebut pil yang ada di genggaman Runa. Ia buka pil itu dengan kasar dan mengambil dua butir pil, Ia kembali menyodorkan pil itu ke Runa dan berkata dengan tegas. "Kamu mau minum sendiri atau saya yang minum kan?!" Dana menatap Runa dengan tajam.
Akhirnya Runa pun luluh dan mengambil pil itu, lantas memasukannya kedalam mulut dan meminum air putih yang telah di ambil Dana tadi.
"Bagus." Hanya satu kalimat itu yang Dana ucapkan. Setelah itu Ia melenggang pergi dari hadapan Runa.
Runa memerosotkan badannya hingga Ia jongkok disebelah meja kompor dan menenggelamkan wajahnya di lipatan lengannya. Ia menangis sejadi-jadinya. Meratapi nasibnya yang tak baik-baik saja.
🦋🦋🦋
Jangan lupa vote & commentnya yaa☺️☺️
Lanjut?
See you👋🏻
11 Januari 2024
![](https://img.wattpad.com/cover/279096462-288-k15463.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raped Employer
General FictionAruna Prameswari gadis berusia 17 tahun yang bekerja sebagai art. Pada suatu malam Ia diperkosa oleh majikannya sendiri.