Happy Reading....
Aroma tumisan bumbu menyeruak menembus indra penciuman, membuat cacing-cacing diperut bergejolak meminta makan.
Sesosok gadis berapron merah tengah sibuk di depan kompor. Tangan lentiknya tampak lihai memegang spatula, mengaduk bumbu beserta nasi di dalam pen berukuran sedang. Mencampurnya hingga merata. Lantas mematikan kompor saat di rasa sudah matang.
Jam besar disudut ruangan menunjukkan pukul setengah enam pagi. Seharusnya, gadis seusianya di jam segini masih asyik bergelung di bawah selimut. Namun, berbeda dengan dirinya. Pagi-pagi buta ia harus sudah mulai menyiapkan sarapan untuk Tuannya dan membersihkan rumahnya.
"Runa, kamu lagi masak apa?" tanya seorang wanita berusia pertengahan tiga puluh tahun.
Runa melihat wanita itu melongokan wajah bantalnya di pintu dapur. Wanita yang mengenakan piama berbahan satin warna merah itu tetap terlihat cantik meskipun baru bangun tidur.
"Masak nasi goreng Bu," jawab Runa sopan dan disertai senyum tipis.
Mendengar jawaban Runa, wajah cantiknya seketika berbinar cerah. "Waaah, enak banget tuh." tuturnya sembari berjalan mendekati Runa. Dan memperhatikan gadis itu yang tengah memindahkan nasi goreng ke dalam wadah saji.
Runa tersenyum melihat raut wajah sang Nyonya. Memang sengaja sih, Runa masak itu. Karena ia tahu kalau nasi goreng mawut adalah salah satu makanan favorit wanita itu. "Hehe. Iya Bu."
"Oh ya. Jangan lupa bikinin kopi buat Pak Joko sama siapin susu buat anak-anak."
Bukan tanpa alasan sang Nyonya mengingatkannya seperti itu. Karena biasanya yang menyiapkan minuman itu Bi Asih. Salah satu ART dirumah ini, selain Runa. Bi Asih dua hari yang lalu izin pulang kampung, karena anaknya sakit. Jadi, semua pekerjaan rumah Runa sendiri yang mengerjakan. Tapi, terkadang ia di bantu Pak Joko membersihkan halaman rumah ini yang terbilang cukup luas.
"Iyaa, siap Bu." Runa menganggukkan kepala tanda mengerti. Lantas ia bertanya. "Bu Ratih mau di buatin teh hangat?"
"Boleh."
🦋🦋🦋
"Runa, kamu nanti berangkat sekolahnya bareng sama Ezra dan Nindhy ya?" bujuk Ratih di saat Runa sedang menata makanan di meja makan.
"Eh, nggak usah Bu," jawab Runa canggung, "Nanti saya berangkatnya naik angkot aja, seperti biasa." Runa merasa tak enak jika harus nebeng mobil anak majikannya. Apalagi saat netranya tak sengaja menangkap tatapan tajam Nindhy, anak bungsu Bu Ratih. Yang seperti tak rela jika ia nanti ikut berangkat bersamanya.
"Nggak papa ikut aja nggak usah ngerasa nggak enak," ujarnya seakan tau apa yang dipikirkan Runa. "Lagian kamu pasti capek banget 'kan? Karena sedari bangun tidur langsung bersih-bersih, terus lanjut masak buat sarapan." Ratih memang orang yang baik, ia menganggap Runa sebagai anaknya sendiri, bukan sebagai pembantu.
Runa tersenyum, lantas menjawab. "Enggak kok Bu. Saya nggak capek, karena kan memang udah pekerjaan saya setiap hari."
"Bener kata Mama, Run. Mending kamu bareng kita aja ke sekolahnya." timpal Erza tanpa memperhatikan wajah masam adiknya. Erza memang selalu berperilaku baik kepada Runa, sama seperti ibunya.
Runa menggeleng pelan, tanpa melunturkan senyum di wajah manisnya. "Makasih Mas. Tapi saya nanti naik angkot aja."
"Tap-," jawab Ratih dan Ezra bersamaan. Namun, langsung di potong oleh Nindhy.
"Udah lah, Ma, Kak. Runa nya aja nggak mau, ya nggak usah dipaksa."
Sedari awal Runa bekerja di rumah ini, Nindhy memang sering memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap Runa. Entah apa yang membuat Gadis yang usianya terpaut dua tahun di bawah Runa itu bertindak seperti itu. Kadang Runa berpikir, salah apa dia sampai Nindhy tak menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raped Employer
Ficção GeralAruna Prameswari gadis berusia 17 tahun yang bekerja sebagai art. Pada suatu malam Ia diperkosa oleh majikannya sendiri.