2

3 0 0
                                    

Mungkin bisa dibilang itu bukan pertemuan pertamaku dengan Aksara, karena hanya mataku dan matanya saja yang bertukar pandang, itupun tidak lama, hanya 5 detik setelah itu dia mengalihkan pandangannya. Aku? tetap memperhatikannya. Tidak, bukan karena aku tumbuh rasa padanya tapi aku kagum dengan bakat bersosialisasinya. Aksara saat itu mahasiswa baru juga, sama sepertiku. Tapi bakat bersosialisasinya jauh diatasku. Baru saja aku berdoa pada Tuhan untuk memberikan bakat bersosialisasinya padaku, Tuhan langsung menunjukkan seseorang yang punya bakat bersosialisasi tinggi. "Bukan begitu maksudku, Tuhan. Kalau seperti ini caranya aku semakin minder," kataku dalam hati.

Suara kakak tingkat panitia ospek yang berseru untuk mahasiswa baru agar segera berbaris membuyarkan kekagumanku pada Aksara. Seruan itu juga menjadi pertanda bahwa rangkaian acara masa pengenalan lingkungan kampus dimulai. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan Aksara lagi saat itu. Masa pengenalan lingkungan kampus resmi berakhir setelah 5 hari, lalu dilanjutkan dengan ospek fakultas.

Di ospek fakultas inilah, Aksara pertama kali memulai obrolan denganku. Walau tidak berakhir baik.
"Lo dari Jakarta?" tanyanya.
"Iya, aku dari Jakarta," jawabku sambil mendongak karena pada saat itu aku sedang duduk di salah satu trotoar dekat lapangan.
"Jakarta? Aku-kamu?" nada bicaranya seperti mengejek, seakan orang Jakarta yang menggunakan aku-kamu adalah spesies langka.
Aku tidak menggubris nada bicaranya yang terdengar mengejek, Aksara langsung meninggalkanku, tetapi aku masih mendengar dia berbicara, "sok imut." Seketika ekspresiku berubah, bingung. Ada masalah apa sih manusia itu denganku?

Selain menjadi waktu pertama bagiku dan Aksara saling mengobrol, di ospek fakultas ini juga aku bertemu dengan teman-temanku, temannya Aksara--- tentu saja, kurasa lelaki itu mengenal semuanya--- dan juga kakak pembimbing yang ganteng dan baik hati, Kak J.

Kelompok 24 dibimbing oleh Kak J, namanya Jeffrey Adhinata, tapi aku panggil kak J karena kurasa itu panggilan yang cocok untuknya. Dia sempat kesal, katanya nama itu terlalu lucu dan imut untuk dirinya, tapi aku keras kepala dan tetap memanggilnya dengan panggilan kak J. Aku jadi satu-satunya orang yang memanggilnya dengan panggilan yang kubuat sendiri, teman-temannya yang lain memanggilnya Jef, Jeffrey, Bang Jeffrey. Ganteng. Dari semua cowok yang pernah kutemui, aku bisa mendeklarasikan bahwa kak J lah yang paling ganteng. Dan tentu saja kak J kenal Aksara lebih dulu, katanya satu tongkrongan.

Kak J 😍🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kak J 😍🥰

Kelompok 24 terdiri dari aku, Aksara, Rendra, Jeno, dan Nana. Aku tidak akan menceritakan Aksara kali ini, karena manusia itu sudah mendapat terlalu banyak part. Bahkan judul cerita ini saja adalah namanya. Kali ini aku akan menceritakan 3 temanku yang lain. Yang selalu membelaku saat Aksara mulai memainkan aksinya. Rendra, Jeno, dan Nana.

Kalau ada fanbase "Raina defense squad", sudah pasti ketuanya adalah Arion Rendra Elvaño. Dia adalah orang pertama yang selalu maju dan emosi kalau Aksara mulai mempermasalahkan hal-hal kecil yang harusnya gak jadi masalah. Hmm, kalau soal emosi sebenarnya Rendra tidak pilih-pilih, biar gini-gini akupun pernah kena omelan pedasnya Rendra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aksara MalakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang