13

4.1K 440 36
                                    

Sumpah, aku gak tau lagi mau lanjutin nih book gimana. Jadi maklum ajalah ya kalau gak nyambung\( ̄▽ ̄;)/

~♥~

Shouyo duduk dengan nyaman di atas pangkuan vampire-nya, tangan mungilnya sibuk menyentuh surai ikal milik Sakusa dengan rasa penasaran.

Sementara Sakusa? Hanya diam pasrah karena diperlakukan seperti ini. Tangan kekarnya melingkar apik dipinggang ramping pemuda jingga itu, bibirnya sesekali menyunggingkan senyuman ketika mata merahnya melihat mata madu dihadapannya berbinar antusias.

Apanya yang bagus dari rambutnya yang ikal ini? Sakusa tak pernah membayangkan bahwa Shouyo akan menyentuhnya seperti ini, ia harus menahan diri dari melumat bibir ranum itu, karena sedari tadi bibir mungil nan menggoda ini terus terbuka dengan gumaman wow kecil, seolah sangat kagum dengan bagaimana surai Sakusa terbentuk.

Bibir ranum itu sangat menggoda, apalagi harum darah milik Shouyo makin menggoda semenjak 'kejadian pengambilan keperawanan milik Shouyo sebulan yang lalu'

Seperti Shouyo secara terang-terangan mengundang vampire-nya untuk sesuatu yang sensual, tapi sepertinya sang empu tidak sadar akan hal itu.

"bagaimana bisa rambutmu ikal seperti ini?" tanya Shouyo tiba-tiba masih dengan tangan mungilnya yang menelusuri surai hitam legam milik vampire-nya.

"tidak tau" jawaban singkat dari Sakusa sukses membuat Shouyo mengerucutkan bibirnya, tanda kesal karena sang pangeran vampire masih saja bersifat dingin.

Shouyo cukup terkejut dengan Sakusa yang tiba-tiba saja memajukan wajahnya dengan mata merah yang berkilat sesaat untuk hal yang Shouyo tidak mengerti, dan ia makin terkejut ketika merasakan bibir sang pangeran vampire menyentuh bibirnya.

Ini pertama kalinya Sakusa menciumnya tanpa harus meminum darahnya terlebih dahulu, bibir sexy yang dingin seperti tak hidup itu membuat Shouyo lemas, untung ia duduk diatas pangkuan paha vampire-nya, kalau tidak mungkin ia sudah jatuh karena lemas.

Tangan kecil milik Shouyo tanpa sadar mulai melingkar dileher jenjang Sakusa ketika pria yang lebih tua -sangat tua darinya- memperdalam ciuman seolah meminta izin. Ciuman yang awalnya biasa saja kini memanas setelah dengan suka rela Shouyo membuka mulutnya memberikan akses sensual.

Pemuda jingga itu tak peduli lagi tentang pangeran vampire yang akan menggodanya habis-habisan setelah ini, toh citra seorang Sakusa Kiyoomi tak bisa ditolak.

Shouyo mulai memejamkan mata madunya, menikmati bagaimana vampire-nya memperlakukannya. Lidah dingin dan basah itu menggodanya didalam mulut, menelusuri langit-langit mulutnya atau bahkan mengajak lidah kecilnya ikut dalam permainan. Kadang taring Sakusa ikut menggigit kecil bibir Shouyo, membuatnya menghisap darah yang sedikit keluar.

"nghh~" lenguhan kecil terdengar, suhu ruang temaram yang -lagi-lagi- bernuansa hitam dan merah itu meningkat karena ciuman yang makin memanas, hanya terdengar suara kecupan disana.

Ciuman terlepas ketika Sakusa merasakan tangan kecil pengantinnya menepuk bahunya seolah memberi isyarat bahwa ia kehabisan nafas, mata semerah darah itu menatap dengan intens, tanpa berkedip seakan pemuda manis dipangkuannya akan hilang jika ia berkedip.

Pangeran vampire itu menatap Shouyo dengan serius, ketika pemuda bersurai jingga itu terengah-engah dengan saliva yang jatuh didagunya, mata sayu dan wajah memerah padam.

Dan tanpa aba-aba, lidahnya menjilat saliva di dagu Shouyo dan mulai turun keleher secara perlahan, membuat sang empu menggeliat ketika merasakan sentuhan sensual yang diberikan.

"kau makin indah saja~" ucap Sakusa dengan nada menggoda, membuat Shouyo kembali memerah padam.

Well, Sakusa tidak salah, surai jingga pemuda mungil itu memanjang karena perawatan terbaik dari Komori, kulitnya kenyal dan seperti bersinar walau dalam gelap, kulit yang awalnya sedikit kecoklatan kini berubah putih bagai porseline, sangat mulus dengan rona merah yang menghiasi.

Tubuh mungilnya tampak rapuh dan berharga, bagai permata yang siap dijaga oleh ribuan tentara.

Sakusa tidak akan pernah mengizinkan Shouyo keluar dari istana, jika pemuda jingga itu berontak maka ia akan merantainya atau mengurungnya di puncak istana.

Anggaplah ia terlalu posesif, toh tidak akan ada yang akan melepaskan makhluk seindah Shouyo, tidak ada siapapun yang mau melepaskan pemuda pemilik senyum manis ini.

"uh Omi-kun?" panggil Shouyo tiba-tiba membuat Sakusa keluar dari lamunan anehnya, menatap sang pengantin dengan tatapan tanya.

"kau memikirkan apa? Wajahmu terlihat menyeramkan" oh oke, sepertinya Sakusa membiarkan dirinya membuat ekspresi aneh didepan Shouyo ketika ia memikirkan seberapa indahnya pemuda mungil ini.

"tidak ada, hanya mengagumi betapa indahnya pengantinku~" ucap Sakusa dengan mata merahnya yang berkilat geli, seolah siap menerima ekspresi pengantinnya ketika digoda.

Wewangian yang menguar dari tubuh Shouyo sungguh menggoda, apalagi jika pemuda mungil itu tengah malu.

Sakusa bersyukur, karena wewangian dari tubuh Shouyo hanya dia saja yang bisa menghirupnya -sebagai satu-satunya vampire yang telah mengklaimnya-

Tato burung gagak yang ada di dadanya terlihat jelas, seolah memamerkan bentuk indahnya pada dunia. Siapapun yang melihatnya akan dengan cepat tau bahwa pemuda itu telah di klaim oleh pangeran vampire.

"Master"

~♥~
TBC

My Vampire [OmiHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang