Kaizo begitu pucat, keringatnya tidak berhenti mengalir walau sudah setengah telanjang. Matanya terpejam dan napasnya tidak tenang, keningnya mengerut menahan kesakitan. Fang menatap nanar abangnya yang terbaring di kain tipis. Seandainya dia tidak buta mata pada PowerSpera yang ingin segera dia rebut, Kaizo tidak akan menanggung semua ini. Jika, jika saja dia tidak selamat, Fang tidak memiliki siapapun lagi di kehidupannya.
Anak-anak pre remaja seperti Boboiboy dan teman-temannya seharusnya tidak menghadapi situasi yang seperti ini. Detik ini [Name] merutuki atas kekeras kepalaannya. [Name] berdiri, surai panjangnya telah terpotong pendek asimetris. Dia satu persatu menanggalkan pakaiannya. Melempar kain-kain ke satu titik di dalam goa, menyisakan kaus hitam dan celana hitam ketat di tubuhnya. "Kalian semua, tanggalkan baju."
"Lalu bakar. Itu racun hidrogen berbentuk embun. Racun-racun itu kemungkinan masih menempel di permukaan tubuh kalian."
"Dan kalian harus mandi. Ada sungai di sisi goa bagian barat." [Name] menaburkan minyak, menciptakan percikan api dari gesekan batu. "Aku akan menjaga Kaizo." Titahnya. Meskipun [Name] memunggungi Fang, dia tahu anak itu akan protes. Makasih sebelum itu, "tidak ada bantahan." titahnya mutlak.
Misi ini berakhir sangat buruk. Misi tingkat S, ditambah keterbatasan informasi tentang kekuatan dan otoritas musuh, seharusnya memang bukan sesuatu yang para anggota Tappops itu bisa lakukan, terlebih lagi mereka masuk ke dalam daftar amatiran. Sebagai Agen Intelligence Ahli Utama, [Name] merasa sangat gagal dan malu pada pangkatnya. Jika saja dia tidak menganggap enteng lawannya, mereka tidak akan ada di situasi ini. Mereka, Kaizo...
Kaizo tidak akan terluka.
[Name] menyeka keringat di leher Kaizo, dadanya yang telanjang, dan sela-sela otot perutnya.
"Kau terlihat kacau," Anak saudagar kuno itu duduk bertumpu lutut di sisi [Name].
"Aku lebih dari kacau."
Bahkan kekuatan penyembuhannya tidak berefek pada racun yang menyebar di tubuh Kaizo. Dia tidak berguna.
"Kau tahu, lebih baik kalian membiarkannya pergi dengan tenang. Dia terlihat sangat tersiksa." Anak saudagar itu mengungkap.
Dia benar, Kaizo terlihat sangat tersiksa. [Name] mengepalkan genggaman dengan ketat, membuat buku kukunya memutih. Relung hatinya terperas, berusaha sekuat mungkin untuk tidak merintihkan air mata. "Pasti ada caranya," suaranya bergetar.
Anak saudagar itu tak lebih dari iba pada tim yang telah menyelamatkan nyawanya. "Aku tahu, aku tahu bagaimana."
[Name] spontan mencengkram kedua bahu su anak saudagar dengan tegang. Matanya bahkan telah digenangi air. "Bagaimana?!" Ia menyentak.
"Tapi aku tidak yakin kau bisa melakukannya."
"Katakan padaku bocah! Kau tidak bisa menentukan bisa atau tidaknya aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Iᴍ)Pᴏssɪʙʟᴇ | 𝐾𝑎𝑖𝑧𝑜
FanfictionKembang anila memecah di atas cakrawala pekat, mengirimkan debuman di langit, dan menciptakan percikan kebahagiaan. [Name] menatapnya dengan binar. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir dia memandang langit berhias kembang api. Selir angin yang menya...