Hokkaido, Japan
3 pmAsap sangit menyeruak dari ruang ke ruang. Sebagian gedung telah rubuh sedangkan hampir seluruh tamu undangan pesta pelelangan telah mengungsi di lapangan yang jauh bersama sirine polisi dan mobil damkar nyaring berdenging. Kecuali untuk dua orang; perempuan muda dan seorang anak kecil yang didekap.
Duar!
Ruang gedung nomor lima meledak, mereka terbatuk-batuk. Mata mulai memanas dan napas tersendat ragu. Mereka harus segera pergi dari sini, atau mati. [Name] menggendong anak kecil di tangan kanannya, tangan kirinya menutup mulut dan hidung menggunakan sapu tangan. Keringat mengalir dari kepalanya ke tengkuk.
Anak kecil itu sudah tak sadar, dia harus cepat.
[Name] berlari di atas sepatu heels abunya, menuruni tangga tergesa, suara langkahnya menggema. Ketika dia sampai di lantai delapan, dia segera menemukan mobil yang dipajang untuk acara promosi sponsor. Mobil sport merah tanpa atap eksklusif keluaran terbaru. [Name] segera meletakkan anak kecil itu di bangku mobil, mengikat sapu tangan menutupi mulut dan hidungnya, lalu menancapkan sabuk pengaman.
Kebakaran itu merupakan hasil dari sabotage bom waktu, dan bom-bom itu meledak secara berkala bahkan sebelum pelelangan dimulai, saat pedsir dari Los Angeles membuka acara sambutan. [Name] memaki. Walau dapat ia akui tamu undangan kebanyakan memang tokoh bandit elit dan pejabat yang memakai uang untuk lompatan, tapi sebagian besar dari mereka juga anak-anak cerdas dan inovator teknologi. Mustahil jika tidak ada korban jiwa dan [Name] sendiri amat menghargai nyawanya.
Beruntung kunci mobil itu menancap dan bahan bakarnya terisi, [Name] punya peluang menyelamatkan diri bersama anak kecil itu walau akan penuh luka-luka. Dia memukul kaca bangunan dengan mimbar, memecahkannya lebar-lebar. Jika menarik garis horizontal menurun 170 atau 180 derajat ke gedung sebrang–jika perkiraannya tidak salah, mobil bisa mendarat di kolam renang gedung depannya. Dan tulangnya tidak akan patah terlalu banyak jika mendarat di air, dan mobil tidak akan meluncur lebih kemudian berakhir jatuh ke jalanan.
Deru kincir helikopter memekak, petugas damkar di kendaraan itu berusaha mendekat, namun naas terpental akan ledakan dari sisi gedung lantai sembilan.
[Name] menghembuskan napasnya rakus, adrenalinnya berpacu tinggi. Sangat besar kemungkinan mereka jatuh ke jalan raya dan remuk dibanding jatuh di air dengan beberapa tulang yang patah. Genggamannya pada setir mengerat, matanya telah memerah akan pedihnya sangit asap. Sebelum napasnya lebih sesak, dia harus keluar.
Dia memutar kunci, menyalakan mesin yang sepertinya tidak ingin menyala.
[Name] memaki, "Sialan! Benda ini tidak mau menyala!" Terus memutar kunci dengan sentakan amarah berkali-kali.
"Menyala lah barang mahal!" [Name] menendang bagian dalam mobil, menyalakannya sekali lagi, dan...
Brum!!..
Engine nya menyala, [Name] menarik napas dalam dalam kemudian menajamkan mata, menetralisir kecemasan. Kecepatan lajunya harus tepat 80km/jam agar sampai di gedung sebrang, lebih sedikit saja dia akan melewatinya dan kurang sedikit dia akan jatuh ke jalan yang tingginya lebih dari lima ratus kaki.
Brummm!!
Tepat! Jarum ukur tepat di 80km/jam. Dia melepas jas abu taunya, membungkus kepala anak kecil di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Iᴍ)Pᴏssɪʙʟᴇ | 𝐾𝑎𝑖𝑧𝑜
FanficKembang anila memecah di atas cakrawala pekat, mengirimkan debuman di langit, dan menciptakan percikan kebahagiaan. [Name] menatapnya dengan binar. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir dia memandang langit berhias kembang api. Selir angin yang menya...