First Phase

110 11 4
                                    




Apa kau ingin tahu bagaimana rasanya ketika kau memacari seseorang yang tinggal di seberang rumahmu tetapi pada akhirnya dia menyelingkuhimu? Rasanya sungguh menyakitkan karena kau akan sering melihat wajah yang dulunya begitu kau cintai sebelum akhirnya dia mengkhianatimu. Bayangkan betapa memuakkannya itu. Sisik baiknya? Tentu saja ada. Kau bisa melancarkan balas dendammu dengan mudah. Mata dibalas mata, hati dibalas hati.


. . .


Namaku Jung Sooyeon dan aku sudah mengenal laki-laki bernama Kim Joonmyeon sejak pertama kali aku bisa mengingat. Yang aku tahu, ibunya sudah lama meninggal, jadi dia hanya tinggal berdua dengan ayahnya, di rumah yang berada tepat di depan rumahku.

Bisa dibilang kami berdua tumbuh bersama. Kami seumuran, hanya berbeda satu bulan. Sewaktu kecil, kami sering bermain bersama hingga saling menginap di rumah masing-masing. Ayah Joonmyeon yang sangat baik dan kekinian tidak seperti ayahku yang kuno itu sudah menganggapku sebagai putrinya, begitu pun orang tuaku yang menganggap Joonmyeon sebagai putranya.

Kedekatan itu mulai menjadi jarak yang sangat berarti seiring kami tumbuh. Anak perempuan bermain dengan anak perempuan lainnya dan anak laki-laki tidak boleh bermain bersama anak perempuan jika tidak ingin dianggap pengecut. Sebuah pola pikir yang sangat konyol, namun begitulah pemikiran anak sekolah dasar. Pada akhirnya, kami hampir tidak pernah bertemu lagi, berbicara hanya seperlunya, dan status kami hanya sebatas saling kenal karena kebetulan kami bertetangga.

Biasanya aku tidak peduli dengan orang-orang dan lingkungan yang berputar sekitarku. Aku hanya fokus pada diriku sendiri dan pada cita-cita yang ingin kucapai, yaitu menjadi seorang ballerina profesional. Karena itulah aku bersekolah di SMA seni untuk mengasah kemampuanku. Dan hasilnya tidak mengecewakan, aku yang terbaik di sekolahku dan aku masuk ke dalam tim balet terbaik di negara ini yang sering mengikuti perlombaan hingga ke luar negeri.

Di tahun pertamaku di sekolah menengah atas. Aku ingat malam itu aku mengintip rumah Joonmyeon dari balik jendela kamarku yang terletak di lantai atas. Ada banyak kardus di depan pintu masuknya dan juga wajah-wajah baru yang tak kukenal sibuk memasukkan barang-barang.

Mengingat diriku adalah manusia anti sosial yang tidak tahu menahu soal gosip yang beredar di sekitar, aku pun bertanya pada ibuku. Ternyata ayah Joonmyeon menikah lagi dengan seorang wanita berkebangsaan Cina. Janda cantik satu anak yang suka dengan pria kaya raya, begitulah ibuku menyebutnya, membuat ayahku melemparnya dengan bantal sofa. Nah, aku tidak begitu tertarik dengan hal itu. Sampai akhirnya aku bertemu langsung oleh anak laki-laki bernama Luhan itu, seluruh hidupku seakan tertarik oleh gravitasinya dan dia tidak pernah hilang dari benakku semenjak itu.

Luhan, setahun lebih tua dariku. Wajahnya yang mempesona selaras dengan suara lembut nan merdu yang dimilikinya. Ia juga hebat di bidang akademik maupun olahraga membuat kepopulerannya sebagai anak baru di sekolahnya meningkat tajam. Jangan lupakan million dollar smile yang mampu membuat perempuan manapun terkesima, termasuk diriku. Dengan semua yang dimilikinya membuatnya masuk ke dalam kategori manusia paling sempurna yang pernah kutemui, setidaknya itulah yang aku pikirkan tentangnya dulu. Ah, caranya berbicara dan memperlakukan perempuan sangat membuatku gila. Sangking tergila-gilanya, aku sampai dibutakan pada kenyataan bahwa aku bukanlah satu-satunya yang ia perlakukan seperti itu.

Singkat cerita kami berpacaran. Tentu saja karena aku cantik dan menawan, dia tidak bisa menolak pesonaku. Hubungan kami berjalan hingga satu tahun, cukup lama bukan. Tetapi tidak, aku tidak akan menceritakan kisah asmara kami. Aku tidak sanggup. Saat itu aku masih terlalu naif sehingga keseluruhan kisahnya menjadi cukup menggelikan ketika aku tahu kenyataannya.


. . .


Pada suatu malam, di dalam salah satu studio milik instansi seni yang sangat terkenal kepamorannya, bisa dibilang nomor satu di negeri gingseng ini, terlihat satu tim ballerina tengah berlatih dengan hectic untuk mempersiapkan penampilan mereka di ajang kejuaraan internasional. Karena waktu kejuaraan yang tinggal seminggu lagi, hampir tidak ada istirahat bagi mereka. Mereka terus berlatih dengan keras untuk mencapai tujuan mereka, tampil dengan cantik dan sempurna tanpa ada kesalahan setitik pun.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang