"Kusut bener tuh muka gue liat-liat" sapa Karin begitu Sela memasuki pintu kelas bertuliskan 'XI MIPA 1'.
"Si bangsat tadi malem balik, pengen kabur gue rasanya" keluh Sela berterus terang kepada satu-satunya sahabat yang ia punya.
Nyatanya, meskipun sudah menunggu cukup lama di halte depan sekolah kemarin, ayah Sela atau yang biasa ia panggil 'Si Brengsek' itu belum juga pergi. Masih bertengger di ruang tamu rumahnya dengan sebotol alkohol di tangan. Sepanjang malam kuping Sela dipekakkan oleh makian yang tak kunjung berhenti berasal dari mulut kurangajar pria tua tersebut.
Selalu seperti itu. Semenjak ibunya meninggal dunia, Sela memang tinggal berdua dengan ayahnya. Hanya saja, pria paruh baya tersebut menjadi stres sejak peninggalan istrinya. Ia berubah menjadi laki-laki pemabuk yang jarang ada di rumah. Ia juga dipecat dari pekerjaannya karena terlalu sering mangkir. Membuat Sela yang masih meduduki bangku sekolah mau tak mau harus mencari pekerjaan sampingan.
Ah, sudahlah, tak akan ada habisnya jika menceritakan hidup menyedihkan yang sudah Sela jalan dua tahun belakangan.
"Ntar sore bareng gak ke cafenya?" tanya Karin begitu Sela duduk di bangkunya.
Sela memang sangat berterimakasih kepada sahabatnya yang satu ini. Pada saat ia kalang-kabut mencari kerja sampingan untuk menopang hidupnya, Karin dengan murah hati menawarkan pekerjaan di café kepunyaan kakaknya.
Walaupun hanya menjadi pelayan dan gajinya tidak seberapa, uang tabungan peninggalan ibunya serta hasil jerih payahnya setiap hari itu sudah cukup membuat Sela bersyukur karena masih bisa merasakan nasi.
"Lo duluan aja deh Rin, gue ada kumpul padus dulu" balas Sela sekenanya.
"Okeng, kalo gitu gue dianter Yoga ajadeh" fyi,Yoga itu kekasih Karin sedari mereka SMP.
*******
Sesampainya di café, Sela disambut dengan Karin yang sedang sibuk di kasir. Di jam-jam pulang sekolah seperti ini memang café sedang ramai-ramainya.
"Sel, itu Yoga sama Jian di meja 4 tolong temenin dulu deh, ntar gue susul, ini lagi rame banget gak bisa gue tinggal" ucap Karin di sela-sela melayani pembayaran pelanggan.
Sela baru saja akan bertanya siapa Jian, namun tertahan melihat Karin yang sedang kewalahan. Ia memutuskan untuk langsung ke meja tempat kekasih Karin dan temannya berada.
"Eh Sel, baru dateng?" pertanyaan retoris dilontarkan oleh Yoga, basa-basi.
"Yoi, kumpul padus dulu tadi" balas Sela seadanya sembari mengambil tempat di depan teman Yoga yang entah mengapa terlihat familiar.
"Ji, kenalin nih, temen gue sama Karin dari jaman SMP. Sibuk banget lo daritadi megang HP aje, punya pacar juga nggak" ucap Yoga sambil menyenggol lengan pria di sampingnya yang masih sibuk dengan HP di tangannya.
"Mulut lo gue gaplok ye" sahut pemuda tersebut sewot sambil ancang-ancang menampol Yoga.
"Eh, cewek halte? Siapa ya namanya kemaren? Gisela ya?" ucap Jian begitu menyadari eksistensi Sela yang duduk tepat di hadapannya.
"Loh, udah saling kenal? Tumben Sela kenal anak IPS di luar anak padus" memang Yoga mulutnya halal ditampol . Sela kan tidak se-nolep itu.
"Nggak, kemaren ketemu di halte depan sekolah. Panggil Sela aja ya... Jian?" balas Sela ragu, mengingat pria tersebut belum memperkenalkan dirinya secara resmi.
"Ohiya, belom ngenalin diri ya, gue Jiandra Tareno anak kelas sebelas ips tiga, panggil Jian aja"
YOU ARE READING
Garis Terdepan
FanfictionKehidupan seorang Gisela Lisya cukup menyedihkan. Tak ada satupun hal yang berjalan sesuai kemauannya. Namun, dunia Sela seakan berputar 180 derajat ketika ia mengenal pemuda bernama Jiandra Tareno. Mengapa demikian? Yuk, simak perjalanan hidup mere...