Hari ini mark dan naya menyuruh chanisa untuk datang kerumah dan merawat jisung selama naya menghabiskan waktu bersama teman nya.
Chanisa membawa cokelat dan eskrim untuk anak dari suaminya, jisung dengan senang menyambut chanisa, sejak kedatangannya, jisung tak turun dari pangkuan, memilih eskrim mana yang akan dia makan terlebih dahulu.
"Kayo jung mam eduanya boyeh?" Jisung menatap chanisa dengan penuh harap, tak bisa memilih eskrim dan cokelat yang chanisa bawakan.
"Pilih satu, jangan dua ya? Nanti mommy chani taro ini di kulkas buat jisung makan lagi besok." Chanisa kembali menyuruh sang anak untuk memilih salah satu dari beberapa eskrim dan cokelat yang dia bawa.
"Um, menulut mommy chani mana yan enayk?" Tanya jisung, sejak dulu jisung memang sudah terbiasa menyebut chanisa dengan sebutan Mom, naya yang mengajarkan nya.
"Ini saja, gimana?" Chanisa memilih eskrim berwarna warni untuk jisung.
"Othe!" Jisung mengacungkan jempolnya, tersenyum bahagia karena akhirnya ia tak perlu bingung lagi.
"Ini sisanya mommy simpen di kulkas ya?"
Jisung mengangguk patuh, tak peduli dengan sisa eskrim dan cokelat yang chanisa bawa kedalam dapur, lalu menonton acara tv kesukaan nya.
Mark yang sejak tadi hanya diam memperhatikan jisung dan chanisa, lalu mulai bangkit mengikuti si manis yang tengah berada di dapur, meninggalkan anak nya yang mulai asik dengan camilan dan tontonan nya.
"Aku laper." Mark, memeluk tubuh mungil chanisa dari belakang.
Mata chanisa menatap beberapa bahan makanan yang berada didalam kulkas, mungkin akan memasak beberapa menu makanan untuk mark dan jisung, tanpa peduli dengan mark yang terus menggerayangi tubuhnya.
"Makasih ya." Mark mengecup pipi chanisa, melepaskan pelukannya nya dan duduk di meja makan memperhatikan chanisa yang mulai menyiapkan bahan makanannya.
Sejujurnya chanisa masih kesal kepada mark, sejak berada di dalam rumah ini ia belum mengeluarkan sepatah katapun untuk mark.
Mark tahu chanisa mengabaikan nya sejak tadi, walaupun sang istri tak menolak perintahnya, si manis sejak dulu memang seperti itu, selalu menuruti keinginan mark, itu salah satu hal yang membuat mark jatuh hati pada chanisa.
"Mommy!!!" Jisung berjalan dengan langkah kaki kaku nya, menghampiri chanisa yang masih sibuk dengan kompor dan bahan makanan.
"Eh? Kenapa ji?" Chanisa sedikit kaget melihat jisung yang berjalan kedapur.
"Bobo ji mau bobo." Jisung melangkah dengan mata kantuknya.
"Bentar dulu, mommy lagi masak." Mark bangkit, mengendong sang anak agar tak mendekati chanisa.
"Dad!! No! Bobo! Hikss..." Jisung mulai merengek tak kuat menahan kantuknya.
"Iya, sebentar mommy lagi masak." Mark mencoba menenangkan jisung yang mulai memukulinya.
"Cokelatnya sudah habis?" Tanya chanisa mencoba mengalihkan perhatian jisung.
"Hiksss... Bobo! Mommy chan jung mau bobo hikssss..."
Chanisa sedikit panik, masakan nya belum selesai tapi jisung sudah menangis dengan kencang, chanisa tak dapat fokus.
"Matiin dulu aja, bawa jisung ke kamar." Ucap mark, merasa pusing dengan rengekan dan teriakan jisung.
Chanisa menuruti perintah mark, lalu membawa jisung kedalam gendongan nya meninggalkan mark yang masih mematung di dapur.
Mark menatap punggung chanisa yang mulai menghilang dibalik pintu kamar, jika di pikirkan kembali chanisa cukup cekatan untuk mengurus anak, padahal istrinya itu tak memiliki pengalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second.
RandomAku tak mau berharap lebih, bagaimanapun aku hanya perempuan simpanan nya, walaupun terkadang aku ingin egois.