"Kanaya, bener-bener ya lo! Udah punya pacar nggak bilang-bilang!" Tarissa berucap penuh semangat setelah mengatur nafasnya yang ngos-ngosan akibat berlari dari tangga darurat menuju kelas.
Naya yang tengah membenarkan tugas di laptop hanya melirik sekilas sebelum membalas, "Lo habis sholat dzuhur bukannya istighfar, malah nebar gosip."
"Gue nggak nebar gosip, anying. Anak-anak tuh pada gosipin lo," Tarissa menarik salah satu kursi dan duduk di samping Naya. "Kata mereka lo udah punya pacar. Kaget dong gue! Gue pikir lo pacaran sama Rio. Gue udah mau marah aja soalnya lo nggak cerita ke gue. Eh, ternyata bukan Rio. Kata mereka pacar lo BRONDONG! BAYANGIN! BRONDONG, NAY! BRONDONG! YA ALLAH, KANAYA! INGET UMUR LO, HEH!" cerocos Tarissa tanpa henti.
"Ck, lebay. Emang kenapa, sih, kalo brondong? Lagian gue sama Rio itu cuma temen," kata Naya.
Tarissa melotot. "Jadi lo beneran pacaran sama brondong, Nay?" perempuan itu langsung geleng-geleng. "Ya Allah, pantesan si Rio kagak lo lirik sama sekali. Orang selera lo brondong. Kasihan banget Rio kalah sama brondong,"
Naya menghentikan pekerjaannya dan menoleh dengan raut kesal. "Lo apa, sih, Sa? Daritadi brondang brondong aja! Nggak lihat gue lagi sibuk benerin PPT?" katanya kesal. "Daripada lo bahas itu, mending lo bantuin gue benerin ini PPT. Tugas kelompok udah kayak tugas individu aja,"
Tarissa cemberut. "Ya udah, mana sini! Gue benerin," ia mengambil alih laptop dari Naya dan mulai membetulkan tugas mereka.
Naya tersenyum. "Gitu dong,"
"Eh, tapi, Nay. Serius nih lo pacaran sama brondong?" tanya Tarissa yang masih belum puas.
Naya menghela nafas. "Brondong yang lo maksud itu—bentar," Naya meraih ponselnya yang bergetar. Ada panggilan masuk dari Egy.
"Halo, Gy. Kenapa telfon?"
"Kak, lo ngerjain gue, ya?"
"Hah? Maksud lo?"
"Gue udah di rumah ini. Tapi kayaknya nggak ada orang deh. Rumah kita tutupan semua. Ini gue lagi di teras, nggak bisa masuk soalnya pintu dikunci."
"Lo udah pencet bel?"
Di seberang sana Egy mendecak sebal. "Udah berkali-kali tapi nggak ada yang keluar,"
"Perasaan dia di rumah, deh." Naya mengernyitkan dahinya bingung. "Bentar. Gue chat Winter dulu,"
Tanpa mematikan panggilan, Naya beralih mengirim pesan kepada Winter.
"Lah, Winter di rumah, Gy." Kata Naya membaca balasan pesan dari Winter. "Katanya dia baru bangun, makanya nggak denger lo pencet bel tadi."
Egy kembali mendecak. "Ya udah kalo gitu. Bye,"
Belum sempat Naya membalas, Egy langsung memutus sambungan. "Dasar adik kurang ajar!" gerutu Naya sembari membanting pelan ponselnya ke atas meja.
"Jadi siapa, nih, Nay? Gue udah kepo banget gila,"
Naya menghela nafas lelah, rupanya Tarissa masih menunggu ceritanya. Ia membenarkan posisi duduknya sebentar sebelum menatap serius Tarissa yang kini juga menatapnya serius. "Sorry kalo gue mematahkan ekspetasi tinggi lo. Tapi brondong yang lo maksud itu Egy dan nggak ada brondong-brondong lain."
Tarissa terlihat syok. "HAH?! LO MACARIN ADIK LO SENDIRI, NAY?!"
"YA ENGGAKLAH GILA!" Naya langsung menabok lengan Tarissa keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bro & Sis
FanfictionKehidupan Kanaya dan Egy yang awalnya tentram harus berubah ketika Winter-sepupu mereka yang tiba-tiba datang dari New York dan tinggal bersama mereka. Berbanding terbalik dengan Bunda dan Kanaya-sang kakak yang menerima Winter dengan ramah, Egy mal...