Kami saling menggenggam, saling menatap dan berharap ini tak terjadi. Kejadian menyakitkan yang harusnya tak pernah terjadi. Aku tau, seharusnya aku tak melakukan hal bodoh itu. Menduakannya dengan wanita lain bahkan saat aku membentaknya beberapa waktu lalu ketika dia mengetahui hubungan gelapku.
Jujur, aku sangat sedih melihatnya seperti itu. Caranya berpura-pura tersenyum sangat jelek, menahan tangisnya dengan cara menunduk itu sangat kekanak-kanakan.
"Mou ii yo... Ayo akhiri hubungan ini. Aku tau, kau berhak melakukannya, kau harus memiliki masa depan, memiliki anak bersama wanita yang kau cinta. Bukan bersamaku, aku hanya lelaki bodoh yang menyukai sesama jenis." ucapnya sembari menundukkan pandangan.
Aku masih diam mematung, hanya menatap keluar jendela sambil mencerna kata-kata yang barusan dia ucapkan. Aku sedikit menaikkan ujung bibirku, membuat sebuah senyuman yang aku lemparkan padanya.
"Thank you Hokuto, Let's do it one more time." ajakku sambil mengangkat genggaman tangan kami.
Aku mendekatinya, menghilangkan jarak diantara kita. Sangat terlihat wajah merahnya ketika menatapku. Mata sendunya bertemu dengan mataku, seolah berkata untuk tidak pergi. Aku mendekatkan wajahku padanya dan ia memejamkan matanya. Air mata lolos dari sudut matanya, bibirnya gemetar dan sedikit terisak. Dia menahan isaknya dengan cara menggigit bibir bawahnya, hal yang paling aku benci. Itu akan melukai bibir indahnya, tapi dia tetap melakukannya.
Aku mengecup keningnya beberapa saat sampai suara isakannya terdengar kembali. Dia mendorongku menjauh darinya dan berlari menuju balkon. Aku segera menyusulnya dan benar saja, dia mencoba untuk melompat dari apartemen ini. Aku menarik tangannya untuk membuatnya menjauh dari pagar balkon.
"Kenapa? Kenapa kau melakukannya?! Kalau aku melompat tadi, kau tak akan melihat wajah menjijikkan ini lagi kan? Kau bisa terbebas dari hubungan ini, kau bebas mencari wanita impianmu." ocehnya sambil menunjukku dengan jari telunjuknya. Aku menggeleng, aku juga mencintainya.
"Atau karena kau ingin?" Dia menatapku sambil tersenyum. Senyum anehnya, yang sebelumnya tak pernah ku lihat.
Ia membuka kemeja birunya dan berjalan mendekat kearahku. Aku memundurkan langkahku. Janjiku untuk tak menyakitinya, aku ingkari dengan wanita lain. Membuatnya menangis sampai terisak seperti tadi. Itu pertama kalinya aku melihat dia menangis didepanku.
Hokuto memelukku, seperti menggodaku untuk melakukannya. Dia mengecup pipiku. Aku mengusap pipinya dan menempelkan bibirku pada bibirnya. Mendorongnya ke kasur dan kemudian melakukannya.
༺
"Please don't go Hokuto... forgive me baby.." aku memohon kepadanya sambil memeluk tubuh indahnya dari balik selimut.
Hokuto menatapku dan tersenyum, senyum yang sangat manis yang selalu dia berikan kepadaku ketika aku kembali ke rumah setelah bekerja seharian. Ia mengusap pipiku dan berkata,
"Arigatou na... Aku senang bertemu dengan Jesse. Kau... Seperti adik kecilku, tapi sayangnya aku tak punya adik." Dia tertawa, memeluk pinggangku dan menyandarkan kepalanya di dadaku.
Aku mencium puncak kepalanya dan mengusapnya lembut. "Apa kau dengar detak jantungku?" tanyaku padanya. Dia mengangguk dan mendongakkan kepalanya untuk menatapku.
"Hanya kau yang dapat mendengarnya dari sini, aku tak membiarkan seorangpun mendengarnya." Dia kembali tertawa dan memelukku erat.
"Arigatou... Gomen na..."
Nada lirih mengatakannya, sepertinya dia akan tertidur. Aku mengusap rambutnya lembut sambil membenarkan selimut untuk menutupi tubuh polos kami. Untuk terakhir kalinya, aku kembali mengecup keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Lying | HokuJe fanfiction
Fanfic"Kau pembohong yang hebat, kau jauh lebih unggul dariku, Hokuto. Kau sangat hebat, bisa membohongiku sampai seperti ini." -Jesse Lewis 📌BL 📌Hokuje