Awal Dilema

10 1 1
                                    

- Caffe daerah kemang, Jakarta-

"Siapa yang ngejamin, kakak ipar lu nggak bakal ngapai-ngapain lu. Nyaa, kakak ipar lu tuh cowok normal!!"

"Gue nggak nyangka, pikiran lu sedangkal itu" Jawab Rea tajam, matanya pekat menatap mata Damar, bisa terlihat jelas kalau gadis didepannya ini sangat tersinggung dengan kalimat yg baru saja keluar dari mulutnya. Damar membuang mukanya sembari mendengus kasar.

"Gue nggak bermaksud begitu" ucapnya singkat dengan nada suara yg tiba-tiba melemah. "Reaa, gue nggak bisa bayangin dan enggak mau ngebayangin juga. Cewek yg gue sayang yg sangat amat gue cintai. Harus tinggal satu atap atau mungkin bisa jadi satu kamar dengan lelaki lain. Dan semakin nggak masuk akal, lelaki lain adalah lelaki bekas suami kakaknya sendiri. Gue nggak rela Re, demi Tuhan gue nggak rela!!" Pekik Damar kembali meninggi, tatapannya sudah beralih kembali ke gadis itu dan tangannya meremas kasar tangan Rea.

Reflek Rea menepis tangan Damar, gadis berambut panjang sebahu itu terlihat menghela nafas berat. Perlahan ia kemudian berdiri dan bersiap meninggalkan Damar.

"Gue pamit pulang, percuma kita bahas masalah ini sampai air mata kita berdarah-darahpun, lu tetap nggak percaya sama gue! Rasanya percuma 6 tahun kita pacaran!" Tegasnya sambil tersenyum kecut. Rea bersiap melangkahkan kakinya, sedikit membereskan bagian belakang rok selututnya. Tanpa pencegahan, Damar cuma bisa menatap nanar gadis didepannya yang semakin lama bayangannya semakin jauh dan menghilang.

Sepanjang perjalanan pulang. Rea terlihat melamun dan menatap kosong pemandangan dari balik kaca jendela mobil hitamnya.

"Bagaimana mungkin gue bisa macam-macam sama kakak ipar gue sendiri, sementara menatap wajahnya aja, bayangan Kak Gina pasti selalu muncul. Damar, apa lu tau. Gue seakan jadi selingkuhan dari suami kakak kandung gue sendiri. Dan itu terlihat sangat menjijikan" Rea langsung memejamkan matanya. "Tidak boleh menangis, nangisnya nanti dikamar aja!" bisiknya dalam hati.

-30 menit kemudian-

Rea baru saja sampai dirumahnya, gadis itu bergegas menaiki anak tangga menuju lantai dua kamarnya.

"Baru pulang? Dari mana?" Tiba-tiba terdengar suara Mama Rima yang baru saja keluar dari dapur.

Langkah kakinya langsung terhenti, Rea sedikit memutar kepalanya dan melihat kearah Mamanya, "Habis ketemu Damar, Maa" jawabnya malas.

"Masih saja?" sambung Mamanya enteng. Rea mendecak kesal, baru saja ia ribut dengan Damar dan sekarang dirumah, Mamanya seakan memancing untuk mengajaknya ribut juga.

"Maa, stop. Rea baru pulang. Reaa capek, Rea nggak mau ribut! Rea kekamar dulu Maa!" Tanpa menunggu persetujuan dari Mamanya, Rea langsung menghilang masuk kekamar.

Gadis berkulit putih itu langsung menjatuhkan diri diatas tempat tidurnya. Matanya yang bulat, terlihat kosong memandang langit-langit kamarnya.

"Kenapa semuanya begitu tiba-tiba Tuhan? kenapa engkau tidak memberiku kesempatan untuk memilih? Kenapa harus aku? kenapa mesti aku? sepertinya, cuma aku yang tidak mempunyai hak dijalan hidupku sendiri. Seakan semuanya sudah diatur, yaa memang sudah diatur. Tapii...." kalimatnya menggantung, Rea memiringkan tubuhnya. Kini matanya, memandang lurus sebuah foto polaroid yang menempel ditembok kamarnya. Fotonya dengan Damar, lelaki yang sudah mengisi hari-harinya selama 6 tahun kebelakang. Yang sudah memberi warna dihidupnya. Gadis itu ingat betul, perbincangan beberapa bulan lalu sebelum ada pengumuman kelulusan. Ia dan Damar, dengan penuh semangatnya menceritakan mimpi-mimpi mereka. Rencana apa saja yg akan mereka lakukan setelah mereka lulus nanti.

Rea mengerjapkan matanya, terasa sangat perih. Reflek ia menutup matanya dan tangan kanannya memijit keningnya yang terasa sedikit berdenyut. 

"Ya Tuhan, bisakah aku menjalani semuanya?" Gadis itu membatin lagi. 

*******



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodoh SambunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang