Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Xiao Zhan menatap tidak percaya pada dua orang yang begitu di kenalnya kini saling mencicipi bibir satu sama lain. Bertukar ludah tanpa malu sedikitpun pada tatapan orang-orang di sekitarnya. Mereka asik dengan dunianya sendiri, tanpa sadar kalau Xiao Zhan sudah berdiri di samping keduanya dengan raut wajah yang begitu terluka.
Ingin rasanya menampik lengan seseorang yang kini melingkar apik di leher kekasihnya— atau mungkin mantannya mulai detik ini, lalu memaki keduanya tepat di wajah dengan suara lantang sampai seluruh dunia tahu betapa bejatnya kelakuan dua orang yang begitu di kenalnya.
Gu Jiacheng —kekasihnya, kini tengah mencium seorang perempuan bertubuh molek perkaian minim dengan begitu rakus tanpa menyadari keadaan sekitarnya.
Bahkan suara kecupan bibir terdengar jelas di kedua telinganya, meskipun sekarang ia tengah berada di lautan manusia di ruangan sempit berbentuk kotak dengan sentakan musik khas diskotik memenuhi kesegala penjuru ruangan.
Xiao Zhan mendengus, setitik air mata lolos tanpa bisa ia cegah. Tujuannya kemari untuk bersenang-senang hancur ketika ia malah bertemu dengan kekasihnya yang tadi ia sempat mengajaknya namun malah sebuah tolakan ia terima, dengan alasan kekasihnya itu akan menemani Ibunya pergi berbelanja.
Sebuah alasan klasik yang harusnya sedari awal Xiao Zhan pahami. Juga berbagai alasan yang ia terima setiap kali akan mengajak pergi kekasihnya itu Xiao Zhan terima dari minggu kemarin, sekarang terlihat masuk akal baginya. Kekasihnya bermain api di belakangnya tanpa Xiao Zhan ketahui.
Ciuman kedua orang di depannya terlepas ketika Xiao Zhan berdeham keras sembari menarik kerah baju yang Gu Jiacheng kenakan. Xiao Zhan bisa melihat bagaimana kedua bola mata pemuda itu melebar kaget dengan mulut yang terbuka setengah, seperti akan mengatakan sesuatu namun tertahan tidak bisa mengatakannya sama sekali.
"Terakhir kali aku melihat Ibumu, aku masih mengingatnya kalau beliau tidak semuda ini."
