The Meaning of You (I)

1.1K 98 13
                                    

Sinar rembulan yang nampak begitu terang ditemani bintang mengingatkan perempuan itu pada masa silam. Dulu, julukan bulan dan bintang disematkan padanya juga laki-laki yang menjadi teman dekatnya. Dia lupa bagaimana persisnya kapan tetapi dua kata itu seakan menjadi kode setiap kali dia memposting sesuatu di media sosialnya. Maklum, kala itu hubungan keduanya masih tidak terbuka untuk publik dan dia hanya bisa menggunakan kode-kode tersembunyi untuk menyampaikan rasa rindunya –yang seringnya tetap diketahui oleh para penggemar mereka berdua.-

Perempuan berkulit putih itu tersenyum. Membiarkan angin membelai wajah dan rambut hitamnya. Suara nyaring Thalia, Thania dan Ariella masih terdengar bersahutan dengan suara Bunda yang menyuruh mereka segera mandi. Di mata Bunda, ketiganya masih seperti anak kecil yang menggemaskan, tak beda dengan dia ataupun laki-laki yang merupakan anak sulung keluarga tersebut. Mereka masih bebas bermanja dan khusus untuknya Bunda adalah tempat pengaduan selama 24 jam.

"Ai cari-cari ternyata disini."

Anneth menoleh ke belakang dan melihat seseorang berjalan mendekatinya. "Kenapa nggak di dalem sih? Dingin tahu!"

"Namanya juga di villa, Yang. Kalau mau panas di Jakarta." jawabnya sambil meleletkan lidah.

"Dih! Bisa aja ya," Betrand duduk di samping Anneth. "Ngapain duduk sendiri, Bu?"

"Lagi nostalgia."

"Huh?"

"Iya. Lagi mengingat awal-awal ai ke tempat ini."

"Sama cardigan anti melarnya ya?"

Anneth tergelak. "Ai kenalan sama ayam you juga buat pertama kali kan waktu itu?" dia terdiam sejenak. "Udah berapa tahun ya, Yang sejak ai pertama kali kesini?"

"Hmmmm.... lima belas tahun? Waaaah... udah lama juga ternyata."

"Hahaha... kita udah tua, Yang."

"Nggak, ya, baru tiga puluh tahun juga."

"Udah tiga puluh tahun kali yang bener," Anneth menyandarkan kepalanya pada pundak Betrand. "Ai selalu seneng kalo kita ngumpul disini."

"Kenapa?"

"Nggak tahu. Seneng aja bawaannya," dia mendongakkan kepalanya. "Apalagi ada you."

"Istri ai makin pinter ngegombal deh."

"Diajarin suami gimana lagi?" Anneth kemudian kembali tergelak. "Ai makin mirip sama you bucinnya."

"Ya nggak apa-apa ngebucin suami sendiri. Ai aja lebih lama jadi bucin you."

"Tahu, Pak, makasih ya ai suka tersanjung lho kalau bapak ngaku gini."

"Bukannya udah sering? Ai mah selalu terus terang dari dulu juga."

"Polos sih lebih tepatnya."

Betrand tertawa mengingat lagi kelakuannya dulu yang selalu tak bisa terkontrol apabila menyangkut seorang Anneth Delliecia. Seringkali Ayah Bunda harus mengingatkannya tetapi tetap saja dia keceplosan. Sudah panggilan hati sulit sekali untuk ditutupi. Begitulah istilah Betrand yang dianutnya sejak remaja. Satu hal yang sering membuat Anneth harus lebih banyak menahan diri untuk menutupi salah tingkahnya.

"Yang," panggil Anneth setelah beberapa lama mereka terdiam.

"Apa?"

"Kapan kita kesini sambil bawa baby? Seru kali ya kayak waktu Thania kecil dulu diajak main."

Betrand melirik ke arah istrinya. Pandangan perempuan itu masih mengarah ke depan, tetapi dia tahu kalau isi kepalanya mulai dipenuhi berbagai macam hal. Sifat buruk yang susah dihilangkan sejak mereka masih berstatus sebagai sahabat.

The Episode of MoonstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang