Pukul 21.00 [Taman komplek]
Angin malam yang begitu dingin berhembus lembut. seorang gadis merapatkan mantel yang melekat di tubuhnya. Ia menengadah menatap hamparan langit malam yang dihiasi ribuan bintang. Beril Alsava, gadis berumur 17 tahun yang selalu mengenakan topeng bahagia di hadapan para temannya. dan sekarang, ia sendiri, sendiri di taman komplek yang sepi ini.
"Huft..." helaan napas panjang terdengar samar dari bibir tipisnya.
Ia lelah. Ia hanya lelah dengan permainan takdir yang begitu tak terbaca. air mata mengalir begitu saja dari kedua mata cantiknya. Ia menangis dalam diam.
"Tuhan, hari ini saja... hari ini saja biarkan aku mengeluh tentang hari-hari dalam hidupku. Sakit Tuhan...sesak..." isakan menyayat hatipun terdengar.
Setelah puas menangis, Ia mengusap pelan air mata yang tersisa di pipinya. menghela napas sekali lagi agar merasa lebih lega. Beril melangkahkan kakinya menuju rumah. sesampainya di rumah, ia disambut dengan suara benda pecah disusul dengan teriakan kedua orang tuanya.
"Huft.." untuk ketiga kalinya ia menghela napas.
"Lagi...?" batinnya.
Meskipun begitu , Ia tetap melangkahkan kaki memasuki rumah? entahlah apakah tempat ini pantas disebut rumah atau justru neraka dunia? yang jelas, tempat ini tidak ada kebahagiaan di dalamnya. saat Beril membuka pintu utama, aksi kedua orang tuanyapun terhenti. Ia menatap kedua orang tuanya yang juga tengah menatap dirinya.
"Sssssttt, jangan berisik, barangnya jangan dilempar lagi." ucapnya, lalu ia kembali melanjutkan langkahnya menuju lantai dua. saat di pertengahan anak tangga, langkahnya terhenti. Ia membalikkan badannya lalu kembali menatap kedua orang tuanya.
"Bunda sama Ayah udah besar, jangan bersikap kekanakan dengan melampiaskan kekesalan terhadap satu sama lain di depan mata seorang anak." Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar. Sementara kedua orang tuanya kembali bertengkar menyalahkan satu sama lain.
Sesampainya di kamar, beril menggantungkan mantelnya, lalu ia berbaring di kasur. lama ia termenung, rasa kantuk pun tiba. ia memejamkan matanya lalu tak lama kemudian ia pun terlelap.
Pukul 21.00 [Cafe]
Terlihat 5 orang cowo masi berada di tempat tongkrongan. Mereka asik membicarakan hal random yang mungkin dari A-Z sudah mereka bahas. Reyno Albarra, salah satu cowo yang selalu menarik perhatian para kaum hawa. memiliki wajah yang tampan, alis yang tebal, mata yang indah, hidung mancung, bibir tebal dan garis rahang yang tegas. memiliki tampang dingin dan badboy bukan berarti sikapnya pun begitu. Ia laki-laki yang ramah, selalu menolong orang dan yang terpenting, ia sangat menghargai perempuan.
"Rey" panggil salah satu dari mereka, Bagas.
Reyno menoleh ke arah Bagas, lalu ia pun memasuki handphonenya ke dalam saku hoodie yang ia kenakan. Reyno selalu seperti itu. saat ada yang mengajaknya berbicara, sebisa mungkin dia memfokuskan diri kepada si pembicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAITOR
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] 📌Ini murni pemikiranku sendiri, jika ada sedikit kemiripan aku minta maaf mungkin aku terinspirasi atau mungkin hanya kebetulan. --------- "Kenapa GA ADA YANG BISA DI PERCAYAA??!!" ----------